Jadi dia berpikir, andai suatu hari nanti benar-benar terdengar kabar kematian Kirana, dirinya pasti juga akan merasa sangat sedih. Kenangan tentang dirinya yang pernah disayangi oleh Nyonya Kirana sejak kecil, pasti akan menghantamnya hingga membuatnya merasa sesak dan sulit bernapas.Kalau begitu, mengapa tidak berusaha sekarang saja? Menggantikan gurunya untuk mengobati Kirana.Pertama, demi keselamatan sang guru. Kedua, juga memberi dirinya sendiri alasan untuk tidak menyesal di kemudian hari.Andini sudah berusaha sebaik mungkin. Jadi, meskipun Kirana akhirnya meninggal, setidaknya dia tidak akan terlalu merasa bersalah.Tabib menatap Andini dengan perasaan bangga. "Sesungguhnya, seorang tabib memang seharusnya begitu," ucapnya sambil menarik napas panjang, lalu menatap ke kejauhan."Dulu, waktu aku masih berada di Lembah Raja Obat, aku sering nggak bisa memahami berbagai aturan kaku yang ditetapkan sang kepala lembah dalam hal mengobati orang.""Menurutku bagi seorang tabib, tida
Setelah selesai mandi, Andini pun pergi mencari tabib istana yang kini menetap di kediaman Pangeran Surya. Sejak tabib itu dibawa ke kediaman Pangeran Surya, Andini memang jadi lebih mudah mencarinya kapan saja.Tabib sudah tahu kalau Andini sudah kembali, hanya saja karena hari itu Andini pulang bersama orang luar, dia memilih untuk tidak menampakkan diri. Kini melihat Andini datang mencarinya, dia tentu merasa senang. Dia menyambut Andini dengan gembira, lalu menyerahkan kumpulan buku medis yang ditulisnya dalam beberapa waktu terakhir."Pelajari baik-baik, setelah selesai, berarti kamu sudah bisa mandiri."Andini memang berbakat dalam ilmu pengobatan, juga cerdas menangkap inti pelajaran. Apa yang dikuasai tabib itu, sebagian besar sudah dituliskan dalam buku medis tersebut dan hampir semuanya sudah diajarkan padanya.Andini pun menerima buku itu dengan wajah berseri-seri. "Terima kasih, Guru. Guru memang yang terbaik untukku!"Tabib itu merasa sangat senang karena dibujuk manis, ta
Surya dan Kalingga melihat jelas ekspresi kedua wanita itu, baru kemudian mereka melangkah perlahan mendekat.Surya tidak langsung berkata apa-apa. Dia hanya berjalan sampai di hadapan Andini. Melihat keringat yang terus mengalir di dahinya, Surya tersenyum tipis. "Jangan-jangan di medan perang pun kamu nggak pernah sekacau ini, ya?"Andini jarang-jarang bertingkah manja. Kali ini, dia menjulurkan lidahnya sedikit, lalu tanpa sadar menoleh ke arah Aiyla.Di saat bersamaan, Kalingga juga sudah berjalan sampai di sisi Aiyla, wajahnya tetap seperti biasa."Putri, duduklah dulu dan istirahat."Aiyla pun menurut dan duduk dengan manis. Namun dia menyadari tatapan Andini, lalu meliriknya dengan manja seolah sedang merajuk.Andini berpikir, sebaiknya jangan menggodany lagi. Kalau sampai Aiyla menangis di depan Kalingga, itu pasti repot. Dia pun menarik kembali pandangan, lalu menoleh ke Surya. "Kaisar bilang apa?"Surya tersenyum samar. "Nggak ada apa-apa."Mendengar itu, ekspresi Kalingga be
Surya tidak berkata apa-apa. Dia tidak merasa ini sesuatu yang memalukan.Akhirnya, Kaisar pun tak berdaya dan mengalah, "Sudahlah, sudahlah. Kalau begitu kamu pulang saja dulu, tanyakan sama Andini. Kalau dia senang, baru kamu kembali kasih tahu aku. Saat itu aku akan menuliskan titah resmi, bagaimana?"Kalimat terakhirnya sudah penuh nada tak berdaya.Sebagai orang luar, Kalingga berdiri di samping mendengarkan bagaimana Kaisar begitu "memanjakan" Surya dan tanpa sadar tersenyum tipis. Dia pun teringat pada dirinya sendiri. Bukankah dia juga sering bersikap seperti itu terhadap Rangga? Sepertinya, sikap seorang kakak terhadap adiknya di dunia ini memang hampir sama saja.Namun, Surya tidak tersenyum. Dia hanya mengangguk pelan.Kaisar pun menganggap itu sebagai persetujuan, lalu menghela napas panjang sebelum kembali berkata, "Hanya saja, anugerah pernikahan saja rasanya tidak cukup. Bagaimanapun, dia berhasil memperjuangkan 50 juta tahill emas .... Bagaimana kalau jabatan Kepala Aka
Kalaupun ada ....Andai bukan karena pernah melewati perjuangan sehidup dan semati bersama Surya,andai bukan karena pernah mendapat pertolongannya .... Sebagai seorang Kaisar, dirinya pasti akan penuh kecurigaan. Bagaimana mungkin bisa percaya begitu saja?Hanya dengan satu kalimat itu, Surya pun tak lagi berbicara. Dia tahu, semakin banyak bicara hanya akan merusak keharmonisan di antara saudara.Di dalam ruang kerja kaisar, suasana hening berlangsung cukup lama. Kaisar dan Surya sama-sama tidak berbicara. Kalingga tentu semakin tidak pantas untuk buka suara.Akhirnya setelah sekian lama, Kaisar yang lebih dulu memecah keheningan, "Bagaimana keadaan Rangga di sana?""Nggak tahu," jawab Surya datar.Itu memang wataknya. Namun mungkin karena diam panjang tadi, ketika dia hanya mengucapkan dua kata itu, terdengar seolah-olah sedang marah. Bukan hanya Kaisar, bahkan dirinya sendiri pun merasakannya.Jadi, dia menambahkan, "Untuk sementara belum bisa dihubungi, tapi aku sudah meninggalkan
Surya telah meninggalkan ibu kota selama setengah tahun. Namun, itu bukan berarti dia sama sekali tidak tahu mengenai urusan di dalam istana. Meskipun semua urusan ibu kota telah dia serahkan kepada Kalingga dulu, Surya tetap meninggalkan kaki tangannya di sana. Dengan demikian, jika ada peristiwa besar terjadi di sana, dia bisa segera mengetahuinya dan datang memberi bantuan.Namun tak disangka, hari itu dia menerima sepucuk surat rahasia dari ibu kota. Isi surat itu hanya beberapa kata pendek.[ Keluarga Wiryono telah dihukum penyitaan rumah dan harta. ]Seharusnya surat rahasia itu ditulis sedetail mungkin, tetapi karena hanya ada beberapa kata singkat, itu membuktikan bahwa orang yang menulis surat memang hanya mengetahui sebatas itu saja. Alasan Keluarga Wiryono dihukum penyitaan sama sekali tidak diketahui.Itulah sebabnya Surya begitu tergesa-gesa untuk bertanya.Kaisar juga tahu, Surya pasti akan menanyakan hal ini setelah dia kembali. Jadi, dia hanya menghela napas, lalu menga