Pria itu membuka mulut, tetapi tak berkata apa-apa.Melihat ekspresinya, Andini berkata lagi, "Kalau kamu tahu cara menetralisasi Racun Es, aku akan mengakuimu sebagai guruku. Tapi kalau nggak bisa, lupakan saja."Sebelumnya, pria tua ini yang bilang bahwa Racun Es adalah racun ciptaan Ketua Lembah Raja Obat dan tidak punya penawar. Mungkin hanya Ketua Lembah sendiri yang tahu cara menetralisasinya.Pria tua itu memandangi Andini beberapa saat, lalu akhirnya menyerah. "Sudahlah, sudahlah. Aku ini cuma melihat kamu punya bakat luar biasa dalam pengobatan. Karena menghargai bakat, makanya aku ingin menjadikanmu muridku. Tapi kalau kamu nggak mau, ya sudah."Melihat wajah pria tua itu yang seolah-olah benar-benar menyesal, Andini refleks melembutkan ekspresinya.Tadinya dia berharap bisa menipu pria ini untuk membocorkan rahasia Racun Es, tetapi dari reaksi tadi, sepertinya pria ini memang tidak tahu cara menetralisasinya.Hais ... tampaknya dia tetap harus pergi ke Lembah Raja Obat sendi
Pria tua itu kembali bersuara, "Dengan identitasmu, kurasa mencari orang itu bukanlah hal sulit."Mendengar itu, dada Andini seolah-olah bergemuruh. Identitasnya ....Jika pria ini rajin menyelidiki, pasti bisa menemukan kediamannya. Ketika saat itu tiba, dia akan pergi ke Kediaman Adipati. Kalau sampai dia bertemu dengan sang guru ....Andini menarik napas dalam-dalam, menekan kepanikan dalam hatinya, lalu berpura-pura tak peduli. "Kemampuan ini kudapat dari buku pengobatan. Kalau kamu bisa cari tahu siapa yang mengajariku, berarti kamu hebat."Mendengar itu, pria itu tercengang. "Apa katamu? Buku pengobatan? Ada yang berani menuliskan teknik Lembah Raja Obat ke dalam buku?"Andini cukup terkejut. Semudah itu percaya? Namun, dia tetap berpura-pura santai dan membalas, "Kamu ini siapa sih? Memangnya apa urusanmu kalau ada yang menulis ilmu dari Lembah Raja Obat ke dalam buku?"Wajah pria itu membeku sesaat, lalu dia berdeham dan mengalihkan topik. "Jadi, kamu pelajari semuanya dari buk
Baik dari usia maupun penampilan, pelayan di hadapan Andini ini sama sekali tidak mirip dengan kakek tua yang dia temui dua jam lalu. Namun, Andini tahu dialah orang yang telah meracuni Darya!Alis Andini langsung berkerut. "Lepaskan dulu kakakku, baru akan kuberi tahu kamu.""Baik." Pria itu menyetujui dengan mudah, dan langsung melepaskan pegangan dari tubuh Darya.Andini segera melompat ke sisi Darya, memastikan bahwa tangannya tak mengalami luka apa pun. Kemudian, dia menghela napas lega."Katakan! Siapa yang mengajarimu cara menetralisasi racun itu?"Andini menatapnya sejenak, lalu menjawab dengan suara rendah, "Tempat ini bukan tempat yang cocok untuk bicara."Mendengarnya, pria itu melirik ke seluruh ruangan yang penuh orang, lalu mengangguk. Dia setuju dengan ucapan Andini.Dia segera maju, mencengkeram pundak Andini dengan satu tangan. Seperti mengangkat seekor anak ayam, dia langsung membawa Andini melesat ke luar jendela."Andin!" Seruan panik Abimana terdengar dari belakang
Namun ... bagaimana mungkin seseorang yang sudah meninggal dua hari lalu bisa muncul di pasar dan menjual obat? Bagaimana pula orang itu bisa meracuni Kakak Darya?Tiba-tiba, terdengar suara dentingan. Cangkir di tangan Abimana terjatuh ke atas meja.Suara itu membuat semua orang tersentak dan serempak menoleh ke arahnya. Tampak Abimana yang pucat dan agak takut. "Omong kosong macam apa itu? Mana mungkin orang yang sudah mati dua hari jualan obat di pasar? Nggak mungkin yang kita lihat itu hantu, 'kan?"Meskipun berkata begitu, dari ekspresi terlihat jelas bahwa Abimana benar-benar percaya, mereka telah bertemu hantu.Bukan hanya Abimana. Bahkan Hasanun dan Ikhsanun pun tak bisa menyembunyikan kegelisahan dalam hati. Bagaimanapun, kejadian ini terlalu aneh."Jelas bukan hantu." Di antara mereka, justru Andini yang tampak paling tenang.Meskipun tadi sempat terkejut saat mendengar kabar bahwa orang tua itu sudah meninggal, saat Hasanun menyebut bahwa mayatnya sudah membusuk selama dua h
Sejam kembali berlalu. Tiba-tiba, terdengar seruan dari Abimana. "Sudah sadar!"Mendengarnya, Andini bergegas ke balik partisi dan melihat Abimana telah menopang tubuh bagian atas Darya. Dia sedang menggunakan lengan bajunya untuk menyeka arak yang mengenai mata Darya.Darya akhirnya bisa membuka mata. Dia menatap Andini, lalu melihat Abimana. Wajahnya tampak bingung. "Aku ... ini ... kenapa?""Kak Darya keracunan. Masih ingat dengan kakek tua itu?" Andini bertanya dengan lembut dari samping.Darya seolah-olah baru teringat sesuatu. Seketika, sorot matanya dipenuhi amarah. "Kakek keparat itu!"Saat ini, racunnya memang sudah terurai, tetapi tubuh Darya masih sangat lemah.Ikhsanun segera memanggil beberapa pelayan untuk membantu mengangkat Darya keluar dari bak. Kemudian, Andini mencabut seluruh jarum perak dari tubuh Darya satu per satu. Setelah selesai, dia meninggalkan ruangan bersama Ikhsanun dan Abimana.Mereka membiarkan para pelayan membersihkan tubuh Darya dan menggantikan paka
Segala metode yang Andini ketahui, semuanya dia pelajari dari kitab pengobatan yang diberikan oleh gurunya.Dia percaya pada gurunya, makanya dia tanpa ragu menggunakan cara ini. Namun, dia tidak percaya pada dirinya sendiri. Dia tidak tahu, apakah dia benar-benar bisa melakukannya!Jadi, hal paling mendesak sekarang adalah harus segera menemukan pria tua itu!Hasanun langsung berdiri. "Gampang saja. Kalau orang-orang Keluarga Gutawa turun tangan, kamu nggak perlu khawatir."Selesai berbicara, dia langsung keluar dari ruangan.Melihat raut wajah Andini yang masih dipenuhi kekhawatiran, Ikhsanun tersenyum. "Tenang saja. Hasanun paling ahli mencari orang. Sebentar lagi pasti ada kabar."Andini mengangguk pelan. "Maaf sudah merepotkan Kakak.""Kalau kamu sudah memanggilku Kakak, berarti urusanmu adalah urusanku juga." Ikhsanun tersenyum lembut dengan tatapan yang penuh kehangatan. "Lain kali jangan bicara hal bodoh seperti itu lagi."Mendengar kata-kata itu, Andini termangu. Tanpa sadar,