LOGIN"Berikan yang terbaik untuk istriku. Dia akan menjadi pusat perhatian karena akan datang bersamaku!" perintah Jaden kepada para pekerja yang akan melayani Letha dalam perawatan."Hubby, kau berlebihan ...." Letha menegur pelan, takut jika Jaden akan tersinggung.Tapi sepertinya tidak. Pria itu malah membalas dengan lantang. "Sama sekali tidak berlebihan, Baby. Kau memang harus diperlakukan dengan istimewa. Kau istriku!" Pria itu bahkan dengan sengaja menekan ucapannya di akhir kalimat. Seolah menegaskan jika Letha adalah miliknya, dan tidak ada seorang pun yang boleh menyikiti miliknya.Letha menggeleng pelan--merasa tak habis pikir, tapi hatinya juga terasa lebih hangat atas perhatinan yang Jaden berikan. ' "Tapi aku merasa---" "Sudahlah, nikmati saja sebagai nyonya Jaden. Jangan mengelak," potong Jaden cepat, hingga membuat Letha tak lagi berkata-kata.Perempuan itu hanya mengangguk singkat. Sedangkan Jaden mendekat, lalu menarik Letha ke dalam pelukan. "Aku akan menunggu di r
"Apa tadi kedua saudaramu mengganggumu, Baby?"Waktu begitu cepat berlalu. Siang telah berganti malam, dan Jaden baru saja membersihkan diri ketika mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat Letha kembali teringat dengan ucapan Risha."Hei, ada apa dengan wajahmu?" Jaden yang tak kunjung mendapatkan jawaban lantas kembali bertanya, lalu melisik perubahan raut wajah Letha yang signifikan.Letha mendesah pelan, lalu menggeleng. "Sepertinya keberanian mereka telah berkurang.""Benarkah?" Pria itu menaikkan satu alisnya. "Hemm." Letha lekas mengangguk."Tapi aku merasakan hal yang lain," keluh Jaden lalu meraih dagu Letha dan menariknya agar melihat ke arahnya. "Katakan, jangan ada yang ditutup-tutupi," pintanya dengan nada mengancam. Perempuan itu diam sejenak, lalu berkata, "Sejujurnya tadi Kak Risha mengatakan akan merebutmu dariku, Hubby.""Benarkah?" Jaden membelalak, sedangkan Letha mengangguk pelan. "Itu bukan hal yang tidak mungkin, karena suamimu ini adalah pria tampan dan mapan
"Good morning, Baby ...."Letha sedang menatap pantulan dirinya di cermin saat secara tiba-tiba Jaden menghampiri, lalu memeluknya dari belakang. Perempuan itu menoleh, hingga tanpa sengaja bibir mereka jadi saling bertemu--sebab Jaden langsung memajukan wajah."Hubby ...," ucap Letha dengan pipi yang bersemu.Jaden terkekeh ringan, kemudian kembali mendaratkan kecupan. Meski kali ini hanya mengenai pipi Letha, sebab perempuan itu kembali menatap lurus ke depan."Ini masih pagi. Kau mau ke mana?" tanya Jaden saat melihat penampilan Letha dari pantulan cermin. "Apa Hubby lupa kalau pagi ini aku ada kelas?" Raut wajah Jaden berubah masam. "Aku pikir nanti siang," keluhnya."Memang apa bedanya? Aku sama-sama ke kampus!" cetus Letha sambil mendelik."Tentu saja berbeda!" Jaden mengeratkan pelukannya, lalu mengendus aroma Letha pada ceruk leher perempuan itu. "Jika siang, setidaknya kita bisa mengulangi yang semalam!" Rona merah langsung menghiasi wajah Letha. Perempuan itu bahkan harus
Lelah?Letha bahkan tidak tahu harus mendeskripsikan perasaannya bagaimana. Ia memang kadang merasa lelah dengan Jaden yang terlalu misterius. Tapi ia juga menikmati setiap perhatian yang Jaden berikan.Tidak ada celah. Pria itu memperlakukan Letha dengan baik. Jaden memanjakannya, hingga sialnya membuat perempuan itu nyaman."Baby, apa yang sedang kau pikirkan?"Tiba-tiba Jaden datang ketika Letha tengah memikirkan ucapan Jasper tadi. Adik dari suaminya itu sudah pulang tadi. Sehingga Jaden pulang, mereka tidak bertemu."Astaga, Hubby, kau mengagetkanku!" Refleks Letha memegang dadanya yang tersentak karena Jaden pulang tanpa memberitahunya."Oh, maafkan aku," ucap Jaden merasa bersalah. Pria itu kemudian menarik Letha ke dalam pelukannya. "Lagipula, apa yang sedang kau lakukan malam-malam begini di luar, hemm?" Jaden mendaratkan kecupan singkat di bibir Letha sebelum ia melepaskan pelukan.Letha mengembungkan pipinya, lalu menatap Jaden dengan jengah."Aku hanya merasa bosan saja,
"Kenapa hanya diam saja? Kau mau atau tidak, hemm?" Jaden menegur saat Letha diam dengan pandangan kosong, lalu mengajukan sebuah pertanyaan setelah Letha mengerjap."Hubby ... sepertinya itu tidak perlu," ujar Letha pelan dengan sebuah gelengan lemah."Kenapa tidak? Kau sudah disakiti oleh mereka. Bukankah sudah saatnya kau menggunakan aku sebagai alat balas dendam?" tanya Jaden dengan serius. Pertanyaan Jaden tak main-main. Letha dapat melihat itu dari sorot matanya. Tapi sayang, Letha tetap teguh pada pendiriannya. "Aku sungguh bersyukur jika kau bersedia melakukannya. Tapi aku tidak ingin membuat keributan. Lebih baik biarkan saja, karena bagaimanapun mereka tetap keluargaku." Jaden diam, menatap Letha dengan tatapan yang tidak bisa Letha artikan.Tapi kemudian Letha malah merasakan sebuah kecupan singkat nan hangat dari pria itu. "Hatimu sungguh baik. Andai aku berada di posisimu, aku tidak akan pernah memaafkan mereka," ujar Jaden hanya dibalas senyuman tipis. Pria itu kemu
"Makanlah yang banyak." Dengan penuh perhatian Jaden menyuapi Letha. Pria itu benar-benar memperlakukan Letha dengan baik.Sayang, Letha merasa jika perhatian yang Jaden berikan bukan murni untuknya. Melainkan untuk anak dalam kandungnya! "Aku bisa makan sendiri. Kau juga harus makan, Hubby." Letha menolak ketika Jaden akan kembali menyuapinya."Kau menolakku?" Lagi-lagi tatapan tajam Jaden tunjukan saat Letha menolaknya."Tidak, bukan seperti itu!" kilah Letha dengan cepat. "Aku hanya ingin kau juga ikut makan, Hubby. Sejak tadi Hubby terlalu sibuk menyuapiku, dan kau belum makan satu suap pun!" terangnya memberikan alasan yang logis. Jaden mendesah pelan. Pria itu baru menyadarinya. "Meski begitu. Tidak masalah, karena yang terpenting adalah kau!" ujar Jaden tetap menyuapi Letha. Tapi kali ini ia mulai ikut makan. Sehingga Letha tak dapat lagi protes. "Setelah ini apa kau ingin jalan-jalan?" tanya Jaden ketika mereka baru selesai makan. "Jika aku ingin tetap di sini. Apa ti







