Share

Bab 3. Sepucuk surat

Penulis: Faiz bellzz
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-22 12:24:48

“Astaga, apa yang terjadi?” Letha memekik tertahan sambil bangkit, tapi kesulitan karena tangan kokoh Jaden melingkar erat pada perutnya. 

Perempuan itu baru saja membuka mata, dan hal yang pertama ia lihat adalah wajah tampan Jaden yang tertidur pulas. Refleks Aletha menunduk, melihat apa yang terjadi, dan mendapati jika dirinya dalam keadaan polos. 

“Oh, apa ini?” gumam Letha benar-benar dibuat bingung. Ia memijat pelipisnya yang berdenyut sambil berusaha mengingat apa yang terjadi. 

“Tidak mungkin!” Letha membelalak, tak habis pikir dengan dirinya sendiri ketika semua potongan ingatan tentang kejadian semalam sudah terkumpul dan tersusun dengan rapi. “Astaga, kenapa aku bodoh sekali?” 

Perempuan itu benar-benar merutuk diri sendiri. Tapi semua sudah terjadi, menyesal pun tak ada guna. Letha sadar akan hal itu, sehingga langkah yang diambil untuk sekarang adalah berusaha melepaskan diri dari belitan tangan Jaden dengan perlahan–berharap jika Jaden tidak terganggu dengan tindakannya. 

Setelah berhasil terlepas, maka Letha pun lekas turun dari ranjang. Memunguti pakaian lalu memakainya. 

“Aku harus segera pergi dari sini, sebelum pria itu bangun!” gumam Letha melirik ke arah Jaden yang masih tertidur. 

Tanpa menunggu lama, setelah Letha menuliskan sebuah catatan pada memo yang disiapkan pihak hotel, ia pun bergegas pergi.

***

“Kau dari mana saja tadi malam? Jam segini baru pulang?” 

Baru saja Letha menginjakkan kakinya di rumah, ia sudah mendapatkan cercaan dari Rafqi. Menunduk dalam, Letha yang tak bisa menjawab memilih diam. Sehingga membuat Rafqi mendengus kesal. 

“Kau memang anak tidak berguna!” hardik Rafqi semakin menjadi. “Sejak kau lahir, kau hanya pembuat masalah! Seharusnya saat itu daddy meminta ibumu menggugurkan kandungannya saja, daripada mempertahankan anak pembawa sial sepertimu!”

“Maaf,” ucap Letha dengan suara lirih, nyaris tak terdengar. Sejak dulu, ia selalu disalahkan, bahkan dengan apa yang tidak Letha perbuat.

Rafqi mendengus kesal lalu membuang muka. “Sebagai hukuman, kau tinggallah di gudang dalam seminggu ini!” 

“Tapi, Dad—” 

“Jangan membantah, atau daddy tambah hukumanmu!” potong Rafqi membuat Letha merapat mulut.  

“Baik,” ucap Letha sebelum dirinya pergi menuju gudang yang berada di belakang rumah. 

Dengan langkah gontai, Letha berjalan melewati Rasya dan Risha yang tampak menatapnya dengan sinis. Letha sudah terbiasa dengan hal itu, dan memilih untuk mengabaikan, bahkan ketika mereka menyindirnya. 

“Apa kau dihukum lagi?” tanya Rasya tak mendapatkan sahutan. “Ck! Dasar tuli. Aku bertanya, Letha!” pekiknya merasa jengkel, karena telah diabaikan.

Langkah Letha terhenti, lalu berbalik dan menatap kedua saudaranya secara bergantian. “Aku tahu kalian yang menjebakku. Sebenarnya apa yang membuat kalian begitu membenciku?” 

“Woah, ternyata perempuan kampungan sepertimu pintar juga!” Dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada, Risha berjalan mendekat dan berhenti tepat di depan Letha. “Kau tanya kami kenapa membencimu? Tentu saja karena kau anak kampungan!” Risha menoyor Letha tanpa peringatan, membuat Letha yang sejak tadi menahan kesal pun menggeram.

“Kakak, aku tidak akan diam saja!” Letha yang terlalu muak karena kedua saudaranya sudah keterlaluan pun membalas.

Tentu saja Risha tidak terima. Lekas Risha menjambak ketika Letha akan berlalu menuju rumah bagian belakang. Sehingga langkah Letha terhenti dengan tubuh yang hampir melengking. 

“Lepaskan aku, Kak!” Letha berusaha melepaskan diri, tapi percuma. Sebab Rasya yang semula diam, kini ikut-ikutan. 

Dua lawan satu, jelas Letha kalah. Perempuan itu hanya bisa menjerit, meminta tolong, hingga membuat Rafqi dan Geisha menghampiri. 

“Apa yang sedang kalian lakukan?” hardik Rafqi dengan kedua tangan yang bertolak pinggang, menatap ketiga anaknya dengan tajam.

“Letha yang lebih dulu, Dad!” Rasya dan Risha kompak menjauh lalu menunjuk Letha yang hanya bisa tersenyum miris. Perempuan itu seolah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya saat Rasya dan Risha sudah mengadu kepada Rafqi.

Meski bukan Letha yang memulai, tapi tak akan ada yang percaya padanya. Karena di mata keluarganya, Letha hanyalah biang masalah! 

“Kau, berani-beraninya membuat keributan padahal baru saja membuat masalah, Letha!” hardik Rafqi. “Apa hukuman tinggal di gudang kurang untukmu?” sambungnya dengan nada tinggi. 

Lekas Letha menggeleng. Baginya tinggal di gudang adalah hukuman terberat, sebab Letha tidak menyukai kegelapan. “Tidak, Pa, itu sudah cukup untukku ….”

“Lantas, kenapa kau masih saja membuat masalah?”  

Kali ini Letha kembali diam, hingga membuat Rafqi mendengus kesal. Sementara Rasya dan Risha tampak cekikikan–merasa puas karena melihat Letha yang mendapatkan cercaan. 

“Karena kau sudah membuat dua masalah, maka kau tinggallah di gudang hasil panen selama satu minggu!” cetus Rafqi dengan keputusannya yang mutlak.

Sontak Letha langsung menatap Rafqi tak percaya, sedangkan Rasya dan Risha semakin terbahak.

“Tapi, Pa—”

“Tidak ada yang boleh membantah keputusan papa. Lebih baik kau bersiap dan pergi ke gudang. Atau jika tidak mau, maka jangan pernah menginjakkan kaki di rumah ini lagi!”

Mendapatkan ancaman seperti itu jelas membuat Letha menciut. Sebab ia tidak memiliki tempat tujuan dan punya siapa-siapa lagi. 

“Baik, Dad,” ucap Letha pelan. Perempuan itu lekas ke kamarnya untuk mengambil beberapa baju dan keperluan lainnya selama tinggal di gudang panen–dimana gudang yang dikhususkan untuk menyimpan bahan-bahan hasil panen.

Iya, kebetulan keluarga Rafqi memiliki usaha dibidang pertanian, yang hasil panennya akan dikirim kepada perusahaan-perusahaan untuk diolah menjadi makanan premium. 

“Syukurin kau!” cetus Rasya saat Letha melewatinya. Tapi tak digubris oleh Letha.

Pikiran Letha terlalu penuh hanya untuk meladeni tingkah kedua saudaranya. Lagipula, Letha merasa lelah, sebab tingkahnya tadi malam baru ia rasakan efeknya. 

Setibanya di tempat tujuan, sudah ada beberapa pekerja yang menyambutnya.

“Nona, apa yang membuat Anda datang ke mari?” tanya salah satu pekerja bernama Liana–seorang wanita senja yang sudah lama bekerja dan tinggal bersama di sana bersama dengan suaminya.

Tak menjawab, Letha hanya tersenyum tipis. Tapi hal itu sudah menjadi jawaban bagi Liana. Sebab ini bukan pertama kalinya Letha dihukum di sana.

“Nona, Anda pasti lelah. Saya akan membawakan minum dulu untuk Anda.”

Saat Liana akan pergi, Letha lekas menahannya. “Bibi, tidak perlu. Jika daddy tahu—”

“Tidak, apa-apa, Nona. Tolong tunggu sebentar.” 

Letha mendesah pelan, lalu memilih duduk di sebuah kursi kayu yang berada di depan sebuah rumah kecil.

Sejujurnya gudang panen itu terletak di sebuah pedesaan yang begitu asri. Sayangnya tempatnya terlalu jauh dari kampus tempat Letha kuliah. Dan yang lebih parah dari hukuman yang Letha terima adalah … ia harus ikut membantu pekerja di sana untuk mendapatkan uang saku!

Menatap lurus ke depan, tiba-tiba ingatan Letha kembali pada saat malam tadi. Saat dirinya dengan nakal menggoda Jaden. 

“Oh astaga, aku berharap tidak bertemu lagi dengan pria itu …,” gumam Letha sambil menutup wajahnya yang tiba-tiba terasa panas. 

Tapi sepertinya harapan Letha tidak akan pernah terwujud. Sebab pria itu tak terima, dirinya ditinggalkan begitu saja dengan sepucuk surat yang memintanya untuk melupakan kejadian tadi malam.

“Melupakan?” Jaden tersenyum miring sambil meremas surat yang Letha tuliskan untuknya. “Setiap desahmu bahkan masih kuingat,” sambungnya merasa harga dirinya ternodai, sebab biasanya ia yang meninggalkan partner ranjangnya.

“Max!” panggil Jaden kepada tangan kanan-nya yang sejak tadi berdiri di belakang.

“Iya, Tuan,” sahut Max sigap. 

“Cari tahu tentang wanita yang sudah menghabiskan malam denganku,” titahnya tanpa menoleh. Tatapannya tetap lurus ke depan–menatap ke luar jendela besar yang menampilkan sibuknya hiruk pikuk kota. “Saya ingin mendapatkan semuanya kurang dari satu jam!” sambungnya.

“Baik, Tuan.” Tanpa menunggu lama, Max langsung bergerak cepat. 

“Ke mana pun kau pergi, aku akan menemukanmu ….” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 74. Jadi nakal

    "Makan yang banyak, aku tidak ingin anakku kekurangan gizi!" cetus Jaden sambil mengambilkan sayur dan beberapa potong daging, lalu ditaruh di piring Letha yang masih penuh.Sontak Letha membelalak, lalu menegakkan kepala, dan menatap Jaden dengan tajam. "Itu terlalu banyak!" cetusnya."Aku tidak peduli, kau harus menghabiskannya!" ujar Jaden bersikap acuh tak acuh. Setelah kejadian malam itu, Jaden mulai kembali memberikan perhatian--seolah tidak ingin Letha mencari perhatian pada pria lain di luaran sana. Meski dengan sikap yang sedikit tak acuh.Letha mendengus, lalu tak lagi mendebat dan memilih makan.Seperti rencana sejak pertama, Letha masih bersikap datar. Perempuan itu hanya ingin membuat Jaden sadar jika benar pria itu mencintainya, maka tidak seharusnya malah diabaikan. Sebab sekali pun Jaden sedang berada dalam keadaan sakit, Letha tidak mempermasalahkannya. "Aku sudah selesai," ucap Letha sambil menaruh sendok dan garpu di atas piring yang sudah kosong.Perempuan itu me

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 73. Kerja sama

    "Geledah kamar utama. Dan buang semua benda yang mencurigakan!" perintah Jaden kepada semua pelayan yang ia kumpulkan di ruang tengah.Mengetahui jika Letha memiliki benda terlarang lantas membuat Jaden semakin curiga jika Letha memiliki yang lain.Pria itu bahkan langsung cemburu dengan benda tersebut. Sehingga membuatnya hampir gila andai Letha benar-benar berhubungan dengan pria lain. Sekalipun sudah ia ceraikan nantinya."Baik, Tuan!" Para pelayan mulai menggeledah kamar Letha saat perempuan itu sedang berangkat ke kampus. Jaden sendiri langsung memanggil Max untuk menemuinya di ruang kerja."Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Max begitu menghadap kepada Jaden yang tampak memijat pelipisnya yang berdenyut. "Max, saya ingin sembuh!" ujar Jaden tampak frustasi. "Bisa-bisanya istri kecilku melampiaskan hasratnya pada benda mati seperti itu!" ocehnya membuat Max mengerutkan kening."Jadi, ini tujuan Anda menggeledah kamar Nyonya Letha, Tuan?" "Tentu saja!" jawab Jaden d

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 72. Memanas-manasi

    "Di mana istriku?" tanya Jaden kepada Nico yang senantiasa selalu menyambut kepulangan Jaden.Nico adalah kepala pengawal yang ditugaskan Jaden menjaga rumah. Lalu sekarang pria itu memiliki tugas tambahan. Yaitu menjaga keselamatan Letha. "Saya melihat tadi Nyonta Letha masuk ke kamar, dan tidak lagi keluar setelahnya." Penjelasan Nico lantas membuat Jaden menaikan satu alisnya. Pria itu kemudian menatap Nico dengan heran."Dia tidak keluar untuk menyambut kepulanganku?" tanya Jaden seolah tak percaya.Nico cukup terkejut dengan sikap Jaden, tapi kemudian pria itu mengangguk. "Iya, Tuan." "Apa dia sakit?" Jaden tampak mencari alasan dari sikap Letha yang abai padanya."Tidak, Tuan. Nyonya Letha tampak sehat hari ini." Jaden lantas mendengus kesal. "Baiklah, aku akan melihatnya sendiri!" cetusnya kemudian melangkah pergi--meninggalkan Nico yang hanya mengerutkan kening, lalu bergumam, "Sebenarnya apa yang terjadi dengan Tuan Jaden?"Pertanyaan itu hanya bisa Nico telah mentah-men

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 71. Jatuh cinta

    "Tidak, jika memang Tuan Jaden akan tetap menceraikanku, paling tidak anakku tetap harus bersamaku." Membayangkan jika Jaden akan mengambil anaknya, lalu mencampakannya, sungguh membuat Letha gila. Perempuan itu akan benar-benar hancur jika dipisahkan dengan anaknya. Terlebih saat mengingat jika Jaden akan menikahi Serly setelah mereka bercerai. Sehingga dengan keputusan yang bulat, Letha mulai menyusun rencana untuk kabur saat Jaden tak ada di rumah. "Kalau pergi, aku harus pergi ke mana?" gumam Letha dibuat bingung. Jaden adalah pria yang memiliki banyak koneksi. Kabur tidak akan mudah bagi Letha. Tapi bertahan dan membiarkan anaknya diambil oleh Jaden pun tidak akan mudah baginya.Kini, Letha berada dalam dilema. Perempuan itu merasa maju kena, mundur juga kena."Aku bahkan tidak memiliki teman untuk kujadikan tempat bercerai." Letha tersenyum miris.Sejak dulu, tidak ada yang mau berteman dengannya. Sebab Risha dan Rasya selalu membuatnya terlihat buruk ketika ada yang in

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 70. Hampir gila

    "Pasien hanya demam biasa. Tapi ini terjadi karena sebuah tekanan pada pikirannya."Penjelasan dari dokter yang baru memeriksa Letha lantas membuat Jaden merasa bersalah. Pria itu refleks menoleh ke arah Letha yang sedang tertidur pulas."Apa aku sudah keterlaluan ya?" gumam Jaden pelan.Ia kemudian mengangguk mengerti, lalu meminta dokter untuk keluar dari kamar. Sehingga kini, tinggallah ia yang melangkah--mendekati Letha, lalu duduk di sisi ranjang sambil memperhatikan perempuan itu dengan pandangan sendu."Maaf. Tidak hanya gagal menjadi seorang pria, tapi aku juga gagal menjadi suami," gumam Jaden kemudian mengulurkan tangan, meraih tangan Letha, lalu menggenggamnya.Cukup lama Jaden menatap Letha. Hingga akhirnya sebuah lenguhan lirih terdengar. Membuat Jaden buru-buru melepaskan genggamannya dan bangkit. "Hubby," ucap Letha saat perempuan itu membuka mata dan mendapati Jaden berdiri di sampingnya."Syukurlah kau sudah bangun," sahut Jaden membuat Letha tertegun. Perempuan i

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 69. Demam

    "Hubby," sapa Letha menyambut kepulangan Jaden dengan senyuman manis yang tidak bisa Jaden abaikan begitu saja.Perempuan itu sengaja menunggu kepulangan Jaden, meski sang suami pulang terlambat.Letha mondar-mandir di balkon, lalu segera berlari kecil saat mendengar deru mobil yang biasa Jaden gunakan saat memasuki gerbang. Sehingga begitu Jaden menginjakan kaki di teras, sudah ada Letha yang menunggunya. Sontak langkah Jaden terhenti. Untuk beberapa saat pria itu terpesona dengan senyuman manis Letha. Tapi tak berselang lama raut wajahnya kembali datar, lalu menatap Letha dengan jengah."Apa kau lakukan malam-malam seperti ini di luar?" tanya Jaden tanpa ekspresi.Letha sudah gugup. Tapi perempuan itu berusaha untuk tetap teguh."Aku sengaja menunggumu, Hubby," ujar Letha dengan sedikit tergagap.Tatapan Jaden yang mengintimidasi membuat Letha bahkan hampir hilang akal. "Seharusnya kau tidak perlu melakukan itu," ucap Jaden lalu melangkah, melewati Letha begitu saja. Refleks L

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status