Share

Bab 4. Mau ke mana?

Penulis: Faiz bellzz
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-25 15:51:15

[Nona kecil, kau mau kabur ke mana?]

“Siapa dia?” gumam Letha dengan kening yang mengkerut setelah membaca pesan dari nomor yang tak dikenal. “Mungkin orang iseng!”

Perempuan itu kemudian menaruh ponselnya di atas ranjang lalu melangkah menuju kamar mandi. Tubuhnya lelah setelah seharian membantu di kebun. Dan berharap malam ini bisa tidur nyaman meski bukan di kamar biasanya. 

Tapi ketika Letha akan rebahan, ponselnya kembali bergetar, dan nomor yang tak dikenal tadi kembali mengirimnya pesan.

[Beraninya kau mengabaikanku setelah malam itu menggodaku dengan nakal!]  

Wajah Letha pucat seketika. Bayangan malam itu kembali menari-nari di kepalanya. “Apa mungkin dia—”

“Oh, astaga!” Letha memekik secara refleks ketika ponselnya tiba-tiba berdering, dan menampilkan nomor tak dikenal tadi menelponnya. “Apakah benar ini dia?”

Letha tampak ragu, dan berniat mengabaikan. Tapi orang yang menghubungi tak menyerah.

[Jika kau tidak menerima panggilanku, aku akan masuk ke kamarmu sekarang juga!]

Mata Letha hampir keluar begitu membaca ancaman yang ia terima. Lalu tidak lama ponselnya kembali berdering, hingga pada akhirnya ancaman tersebut berhasil membuat Letha menerima panggilan.

“Halo?”

“Malam, Nona kecil?” Suara berat Jaden membuat bulu kuduk Letha berdiri.

Perempuan itu menelan ludah susah payah. “Si-siapa ini?” tanyanya tergagap.

“Jangan berpura-pura. Setelah menggodaku, kau pikir bisa lepas dariku. Hemm?”

Tubuh Letha lemas, tenggorokannya tercekat. Ia tidak menyangka jika Jaden bisa menemukannya. 

“Maaf, tapi sepertinya Anda salah sambung.” Letha berusaha mengelak, tanpa tahu jika pria yang sedang dihadapinya adalah pria berbahaya yang tak mudah dibohongi. Setelahnya Letha memilih menutup panggilan lalu mematikan ponselnya.

“Oh astaga, apa benar dia pria yang malam itu?”

Tidur Letha tak tenang. Ia gelisah, bahkan setelah pagi tiba, dan ia berangkat menggunakan bus untuk tiba di kampus. 

“Hei, Letha!” Japer menyapa dengan senyumnya yang menawan. Tapi kemudian lelaki itu tampak mengerutkan kening. “Ada apa dengan lingkaran hitam di wajahmu? Kau terlihat kurang tidur!” tambahnya.

Refleks Letha menunduk–menyembunyikan wajahnya yang tampak tak segar, sebab tadi malam tidak bisa tidur.

“Sepertinya kau begadang!” Jasper tak menyerah, ia kembali mengajak Letha berbicara. 

“Hemm, kau benar.”

“Kau seharusnya jangan terlalu sering begadang. Itu tidak baik untukmu!”

“Ya, aku hanya sesekali,” balas Letha masih tak berani menampakkan wajah.

“Aku harap kau bisa menjaga diri dengan baik. Karena jika kau sakit, aku akan sedih!” 

Tak terlalu menanggapi gombalan Jasper, Letha memilih izin untuk ke toilet sebentar–demi menghindar.  

“Wajahku memang terlihat pucat.” Saat di toilet, Letha menatap pantulan dirinya di cermin, lalu mencuci muka agar terlihat lebih segar.

Tapi sepertinya itu tak berhasil, sebab ketika ia akan keluar, Letha malah bertemu dengan kedua saudaranya.

“Waah, lihat, siapa dia!”

“Tentu saja dia anak yang terbuang!”

Risha dan Rasya tampak cekikikan. “Bagaimana rasanya tinggal di tempat kumuh dan jorok?”  

“Kakak, tentu saja dia akan merasa nyaman. Karena bagaimanapun, dia memang pantas tinggal di sana!” 

“Kau benar!” 

Letha tak menanggapi, dan memilih berlalu. Tapi Risha langsung menghadang.

“Hei, mau ke mana kau?” 

Mendesah pelan, Letha kemudian menatap Risha dengan jengah. “Itu bukan urusanmu!” 

“Kau, berani sekali!” Risha tak terima dan langsung mendaratkan tamparan. Hingga membuat pipi Letha panas.

Refleks Letha menyentuh pipinya yang perih. “Kakak, kenapa kau selalu mengganggu?”

“Karena aku menyukainya!” Risha menjawab dengan enteng.

Tersenyum miris, Letha memilih untuk tak meladeni. Dan beruntungnya kedua saudaranya tak memperpanjang. 

“Aku benar-benar lelah,” keluh Letha melangkah dengan gontai menuju gerbang kampus. “Ibu, rasanya aku ingin menyusulmu saja.”

Pandangan Letha tak fokus. Pikirannya terlalu penuh, hingga tak sadar jika dirinya melangkah ke tengah jalan.

Tiiiin! 

Klakson dari kendaraan yang hampir menabraknya membuat Letha tersadar. Perempuan itu menoleh, dan hampir pasrah, sebab jarak antara mobil dan dirinya begitu dekat.

Tapi tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangannya, hingga membuat Letha tersungkur dan berakhir dalam pelukan orang itu.

“Kau gila!” sentak orang itu. 

Letha tak langsung menyahut. Lututnya lemas, dan hampir tak bisa menopang tubuhnya sendiri, andai orang yang menolongnya tidak menahan. Dan tanpa terasa cairan bening mulai tergenang di pelupuk mata.

Jaden–orang yang menolong Letha–mengerutkan kening. Perlahan ia menunduk ketika merasakan kemeja yang dikenakannya basah. 

“Kau menangis?”  

“Tidak, aku sedang menjerit!” jawab Letha disela isak tangisnya.

“Ck! Bisa-bisanya kau bercanda setelah berniat bunuh diri!” 

“Siapa yang mau bunuh diri?” Letha menjauh, lalu mendongak untuk melihat siapa yang menolongnya. Tapi kemudian ia menganga saat tahu yang menolongnya adalah Jaden. “Ka-kau …?” 

“Ada apa denganku?” tanya Jaden dengan datar.

Letha menggeleng, lalu mundur. Tapi Jaden menahan pinggangnya.

“Mau ke mana, hemm?” 

“Ak-aku—” 

“Sudah saya katakan, kau tidak akan saya lepaskan.” Jaden menunduk, lalu berbisik tepat di telinga Letha. Hingga membuat Letha menelan ludahnya susah payah. Sementara Jaden tersenyum miring.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 36. Tidak sabar

    "Kenapa harus membahas hal seperti itu? Yang terpenting sekarang kau mengandung, dan aku akan menikahimu!" Jawaban dari Jaden membuat Letha kecewa. Perempuan itu hanya bisa menahan napas sejenak, lalu mematikan panggilan tanpa mengatakan apapun lagi. "Yang dikatakan Tuan Jaden benar. Tidak seharusnya aku memikirkan bagaimana perasaan pria itu padaku," gumam Letha memilih merebahkan diri di ranjang. "Ayolah Letha, kau harus sadar jika kau bukanlah type wanita yang disukai Tuan Jaden!" *** "Tuan putri baru bangun? Enak sekali kau!" Rasya menatap Letha yang baru saja keluar dari kamar dengan tajam.Letha diam, memilih tak menyahuti. Sehingga Rasya kembali berujar, "Harusnya kau sadar diri---" Ucapan Rasya langsung terhenti ketika Risha menyikutnya."Kakak, apa maksudmu?" Rasya protes--tak terima dengan tindakan Risha padanya barusan."Kau tidak mendengar apa kata ibu tadi?" tanya Risha membuat Rasya memutar bola matanya dengan malas."Aku hanya memarahinya. Bukan menyiksanya!" ki

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 35. Alat penghasil pewaris

    "Letha, jadi pria tua yang menjadi teman tidurmu adalah anak pertama dari keluarga Hazard?"Letha diam saja dengan kepala yang menunduk dalam saat ia mendapatkan cercaan dari kedua orang tua dan kedua saudaranya. Risha dan Rasya bahkan terlihat puas sekarang. "Aku tidak mengerti bagaimana bisa kalian berhubungan. Tapi bukankah itu baik, Papa?" ujar Risha lalu mengalihkan perhatiannya ke arah Rafqi. "Setidaknya dengan Letha mengandung anak dari keluarga Rafqi, kita akan mendapatkan keuntungan!" "Itu benar." Bukan Rafqi yang menyahut, melainkan Geisha. "Kali ini tindakanmu benar. Meski anak pertama dari keluarga Hazard terkenal dengan perangai dan wajahnya yang buruk, kau tetap menjadi menantu dari keluarga Hazard!" tambahnya."Dan kau harus bersikap manis. Jangan membuat masalah hingga membuat anak pertama dari keluarga Hazard murka di masa depan!" cetus Rafqi mewanti-wanti. "Karena andai kau melakukan kesalahan. Bukan hanya kau yang akan mendapatkan masalah, tapi kami juga!""Leth

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 34. Melamarkan

    "Jangan lupa untuk memberiku kabar," ujar Jaden sebelum membiarkan Letha turun."Iya, aku akan mengingatnya." Setelah mengatakan itu, Letha turun dari mobil, lalu masuk ke rumah yang terlalu memiliki banyak kenangan di dalamnya. "Bukankah dia anak nakal itu?" cetus Geisha begitu Letha masuk.Sontak pandangan semua orang langsung teralih kepada Letha yang kini berdiri di ambang pintu."Dasar anak nakal!" Rafqi langsung bangkit, pria paruh baya itu kemudian mendekat, lalu mendaratkan sebuah tamparan yang membuat pipi Letha merah. Refleks Letha langsung memegang pipinya dengan mata yang berkaca-kaca. "Papa ...." "Selama ini kau ke mana saja, huh?" tanya Rafqi dengan nada tinggi. "Kau tidak berada di gudang, juga tidak masuk ke kampus. Benar-benar anak menyebalkan!" cercanya semakin menjadi, sedangkan Letha hanya bisa diam dengan kepala tertunduk dalam. Melihat hal itu lantas membuat Rafqi semakin geram. "Kau tidak ingin menjelaskan sesuatu, huh?" "Maaf," ucap Letha, tapi tak di

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 33. Dimarahi

    "Oh, ini sungguh menyebalkan," keluh Rafqi sambil memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Jelas hal itu membuat Geisha menatap suaminya dengan heran. "Ada apa dengan dirimu? Pulang-pulang mengeluh seperti itu!" Rafqi mendesah pelan, lalu memilih untuk duduk terlebih dahulu. Sontak Geisha pun melakukan hal yang serupa sambil menunggu penjelasan dari suaminya itu. "Aku baru saja ke desa untuk memeriksa hasil panen yang selalu berkurang. Tapi coba tebak apa yang aku dapatkan di sana?" "Kenapa bertanya padaku? Aku bahkan tidak tahu apa-apa," jawab Geisha membuat Rafqi mendengus kesal. Pria paruh baya itu memilih untuk menyandarkan punggungnya terlebih dulu pada sandaran kursi sebelum berkata, "Letha tidak ada di sana. Dan menurut pekerja, anak itu tidak pulang dalam beberapa hari ini!" "Apa?" Geisha membelalak, lalu menatap Rafqi serius. "Anak itu memang selalu membuat masalah. Dasar anak nakal!" Tentu saja hal itu semakin membuat Rafqi geram. "Panggilkan Risha dan Rasya!"

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 32. Status

    "Jadi dia anak kedua dari keluarga Rafqi?"Hazard menunjuk Letha, lalu mengalihkan perhatiannya ke arah Jaden, dan menatap anak sulungnya dengan tatapan tak percaya. "Hemm. Namanya Aletha Ephnaan, wanita pilihanku." Jaden menjawab dengan penuh percaya diri.Bahkan pria itu bergerak meraih tangan Letha, menggenggamnya, lalu mengecup punggung tangan perempuan itu tanpa sungkan. Sehingga membuat Jasper yang menyaksikannya pun diam-diam mengepalkan tangannya di bawah meja. Sementara Elisa dan Hazard terperangah karena selama ini Jaden telah menjelma menjadi pria yang kaku. "Hhaha ...." Hazard tertawa lepas melihat tingkah anak sulungnya. "Baiklah, baiklah, papa akan meminta Rafqi untuk berkunjung ke rumah kita!" ujarnya begitu menghentikan tawa. Pria paruh baya itu kemudian meminta mereka untuk menikmati makan malam. "Sebagai perayaan karena sebentar lagi kita akan memiliki pewaris, maka nikmatilah makan malam ini!" "Letha, jangan sungkan. Kau harus makan yang banyak agar calon cucuk

  • Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan   Bab 31. Calon pewaris

    Jaden diam, menatap Letha yang tengah menatapnya dengan penuh harap sekaligus cemas. Lalu dengan pelan pria itu mengembuskan napas."Menikah?" Jaden mengulangi, dan Letha mengangguk dengan gerakan patah-patah sebagai jawaban. "Tentu saja kita akan menikah! Aku tidak mungkin membiarkan calon pewarisku tidak memiliki status yang jelas," sambungnya membuat Letha menahan napas sejenak."Ma-maksudnya, kau benar-benar akan menikahiku?" Letha masih tak percaya dan berpikir jika ia salah mendengar."Hemm. Kita akan menikah. Jadi kau harus beristirahat karena nanti malam saya membawamu bertemu dengan keluarga saya!" terang Jaden semakin membuat mata Letha melebar."Ja-jadi aku akan bertemu dengan Tuan Hazard?""Yes, Baby. Nanti malam saya berniat memperkenalkanmu dengan mereka sebagai calon istriku!" Letha diam, tak mengira jika Jaden benar-benar akan bertanggung jawab. Terlepas dari perasaan pria itu padanya."Ada apa dengan wajahmu?" Jaden menaikkan satu alisnya, menatap Letha dengan hera

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status