Share

Chapter 1– Awal

[ Wina! Mama sudah hubungi kenalan Mama. ]

[ Awas saja kalau kamu nggak dateng! ]

Aku menghela napas panjang melihat pesan Mama. Entah kenapa dia begitu terobsesi menjadikan aku seorang aktris, sedangkan selama ini aku tidak pernah sekalipun menunjukkan ketertarikan.

Sejak tadi dia bahkan tak berhenti menerorku dengan pesan dan telepon, bahkan dia juga mengirimkan voice note dengan suara mengancam.

Meski demikian, aku berusaha menahan amarah. Sudah lama aku tak pulang ke rumah karena kuliah di Malangkaya. Jika aku bertengkar dengan mama, bisa-bisa kedua adikku akan kebingungan dan kena getahnya.

Segera, aku pun bersiap menuruti perintah mamaku dan bersiap. Namun, ketika kakiku baru saja menapaki tangga terakhir, sebuah suara menganggetkanku.

“Mau ke mana, Mbak?”

Arfa--adikku--terlihat kebingungan.

“Mbak mau pergi casting,” jawabku sambil melihat sekilas ponsel yang kembali berdering.

“Sama Mama, Mbak? Bukannya Mama sudah pergi sejak siang?”

Aku mengangguk pelan. “Iya, Mbak nyusul.”

Sekali lagi teleponku berbunyi. Masih dari Mama.

“Mbak pergi dulu. Kalau nanti mau titip sesuatu, chat Mbak saja.”

Adikku itu tampak mengangguk. Dia kemudian mengantarkanku sampai pintu depan--melambai dan menyemangatiku.

'Semoga, casting ini gagal,' batinku.

*****

Butuh satu jam untuk sampai ke kawasan Kedora dan saat tiba di gedung ruko berlantai tiga itu.

Namun, aku begitu terkejut begitu menemukan Mama sudah tidak berada di sana.

Panggilan teleponku tidak diangkat, pesanku juga tidak di read.

Tanganku mengapal kesal. Rasanya, aku ingin langsung pulang saja, tapi aku tidak ingin terlibat pertengkaran lagi.

Mungkin aku akan menunggu beberapa menit lagi? 

“Mbak, kamar mandi di mana ya?” tanyaku pada salah satu  wanita yang duduk meja resepsionis.

Setidaknya, bila menunggu di sana, aku tidak perlu terlalu canggung. Terlebih, aku juga ingin buang air kecil.

Namun, respsionis itu tidak menjawabku. Lama, wanita itu menatapku--membuatku risih.

Kesal, aku pun balas menatapnya, hingga membuat dia terkejut.

“Di lantai atas, Mbak.”

"Terima kasih," ucapku cepat sambil berlalu

Masih saja kucoba menghubungi Mama sembari berjalan.  Namun saat di lantai dua, aku tidak menemukan tulisan toilet atau ikon bergambar Women dan Men yang sering tertempel di pintu.

Kantung kemihku sudah sesak, hingga aku memutuskan membuka pintu di samping tangga.

Mengikuti insting, biasanya kamar mandi sering berada di sana.

Namun, langkahku seketika terhenti begitu beberapa pasang mata yang tadi terlihat serius dengan percakapan mereka, kini melihat ke arahku. Bahkan, aku dapat melihat di antara mereka, ada Jevin--artis yang sedak naik daun--menatapku. Bila Arfa melihatnya, anak itu pasti terkejut. Akhir-akhir ini, dia terus memutar lagu yang dinyanyikan Jevin sampai aku pun hafal liriknya.

“Ma-maaf!” ujarku pelan.

Mereka masih saja menatapku, hingga seorang wanita berkacamata di samping Jevin berbicara, “Cari siapa Mbak?”

“Kamar mandi di mana, ya? Katanya ada di lantai dua,” ucapku pelan karena merasa sedikit malu.

“Di ruangan yang paling ujung.” Masih wanita berkacamata itu yang berbicara.

Aku pun mengangguk dan menunduk sopan. “Terima kasih dan maaf mengganggu.” 

Setelahnya, aku berjalan sedikit tergesa-gesa dan menuju ruangan yang dimaksud wanita berkacamata tadi.

Aku pun menghembuskan napas lega ketika ruangan itu memang benar kamar mandi--sampai suara wanita dewasa mengaggetkanku.

“Kamu Awina, kan? Anak Dariah?”

“Iya Tan,” jawabku dengan tersenyum ramah sambil menghidupkan kran air wastafel.

“Ini Tante Claudia, kamu masih ingat, kan?”

Aku memberikan senyum ramah. Otakku berusaha mengingat wanita seksi itu.

“Dulu waktu kami usia kisaran tiga belasan, tante sering main ke rumahmu.”

“Oh iya Tan, aku ingat,” kataku setelah bayangan beberapa tahun silam menunjukkan wajahnya.

Tapi seingatku lagi, hubungan antara Mama dan Tante Claudia sedang tidak baik. Aku pernah mendengar Mama memaki-makinya saat bertelepon.

Dia juga sudah tidak pernah ke rumah lagi sekarang. Tapi, mungkin dia tahu di mana Mama berada?

“Tante tahu Mama ada di mana sekarang? Sejak tadi aku menelponnya, tapi nggak diangkat,” tanyaku pada akhirnya.

Entah mengapa, wanita itu tiba-tiba tersenyum lebar--membuatku merinding. “Tadi Dariah memang di sini, tapi sekarang dia sudah pergi---”

Drrt!

Tiba-tiba ponsel yang Tante Claudia letakkan di atas keramik wastafel bergetar. Dia terlihat fokus dengan ponsel itu, sebelum akhirnya kembali menatapku.

“Tadi, sebelum Dariah pergi, dia berpesan kepada Tante untuk membawamu ke tempatnya. Dia menunggu di sana sekarang.”

“Memang Mama sedang di mana, Tan?” tanyaku bingung.

“Dia nunggu kita di Kafe Kemang,” Tante Claudia menjawab seraya berkutat mengetik di layar ponselnya.

“Kita berangkat sekarang, yuk,” ajak Tante Claudia, dia menatap cermin sebentar, memperhatikan penampilannya sebelum bergerak menuju pintu dan aku mengikutinya.

Tidak banyak yang kami perbincangkan di dalam mobil, hanya basa-basi sekadar menanyakan kabar.

Dan wajahku tidak bisa menyembunyikan raut kebingungan ketika mobil ini membelok memasuki area parkir sebuah hotel. Bukankah, seharusnya di kafe?

“Kok kita ke sini, Tan? Bukannya kata Tante kalau Mama menunggu di Kafe Kemang?” protesku.

“Dariah baru saja chat, meminta kita menunggu di hotel ini saja, nanti dia menyusul kok.”

Meski bingung, aku akhirnya membuka pintu mobil dan menyusul Tante Claudia yang sudah keluar duluan.

Dengan cepat, aku menyejajarkan langkah kami. “Memang Mama ada urusan apa sih, Tan? Kok dia balas chat Tante, tetapi nggak chat-ku?” 

“Mungkin dia nggak sempat karena sekarang dia ada interview sama reporter.”

Aku pun mengangguk. Ragu, kuikuti langkah Tante Claudia menuju meja resepsionis. Aku juga memperhatikan interior hotel di sini dengan kagum.

Tampak jelas kalau hotel Chancellor ini merupakan hotel bintang lima. Beberapa pengunjung yang berlalu lalang dengan penampilan luxury mereka, semakin menunjukkan kalau hotel ini memang bukan hotel kaleng-kaleng.

“Kita nunggu di atas saja,” kata Tante Claudia yang tanpa menunggu persetujuan dariku, dia lantas menuju lift.

Sekali lagi aku berdecak kagum. Kamar yang baru saja dimasuki ini didominasi warna emas dan dilengkapi dengan furnitur premium. Bahkan panorama yang disajikan juga spektakuler, menampilkan seluruh hamparan kota. Siapapun yang melihatnya pasti akan langsung menyukainya.

“Kamu tunggu disini sebentar, Tante mau bertemu seseorang di bawah.”

Aku hanya membalas dengan anggukan.

Terus saja, aku mengagumi kamar hotel ini hingga tidak sadar kapan Tante Claudia sudah keluar.

Sudah satu jam berlalu, tapi Tante Claudia belum kembali. Mama juga masih belum mengangkat teleponku, bahkan chat-ku juga belum dibalas. Langit yang terlihat dari jendela kamar sudah berubah gelap. Jam di pergelangan tanganku menunjukkan jam delapan lewat lima belas menit.

Brak!

Tubuhku refleks berdiri ketika melihat pintu yang terbuka. Tapi sosok laki-laki beralis tebal yang muncul di balik pintu membuat dahiku mengernyit.

“Jevin?” lirihku.

Namun, pria itu tak menjawab. Dia justru berjalan tanpa ragu hingga duduk di salah satu sofa yang tidak terlalu jauh dari tempatku berdiri.

Matanya memindai tubuhku dari atas hingga ke bawah--hingga tanpa sadar membuatku mencengkram bantal di sampingku.

“Benar kalau kamu masih virgin?” ejeknya tiba-tiba.

Sontak bola mataku membelalak. Pertanyaan yang sedikit tak pantas untuk ditanyakan seorang laki-laki ke perempuan, apalagi bagi mereka yang tidak saling mengenal.

Bukankah seorang publik figur yang seharusnya bisa menjaga omongan? 

'Ah, aku lupa kalau Mamaku juga tidak bisa menjaga mulutnya,' batinku.

Aku pun menoleh pada Jevin. Pria itu hanya diam saja memandangiku. Aku pun berniat keluar dari ruangan itu, sampai ucapannya mengaggetkanku.

“Kamu anak kandungnya Dariah Angelica, si artis kontroversial itu?”

Kini, dia bahkan menunjukkan smirk mengejek sambil mendekatiku. “Aku nggak yakin kalau masih virgin. Tapi, tidak ada salahnya mencoba. Bila ternyata kamu tidak virgin, aku bisa minta ganti rugi seperti perkataannya.”

"A--apa?"

Alsaeida

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA. @Alsaeida0808

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status