Share

Chapter 8 – Antara Menghakimi dan Simpati

“Klinik aborsi?” Mata Yofi terbelalak.

“Adik sepupuku hamil diluar nikah,” sambungku.

Yofi tampak menghela nafas. “Kamu membuatku kaget, Win. Aku kira kamu yang ingin aborsi, karena dari penampilanmu, kamu terlihat seperti gadis baik-baik. Selama beberapa bulan aku mengenalmu pun, kamu tidak pernah menunjukkan sikap yang buruk.”

Aku hanya menunjukkan senyum kecil, sebagai bentuk menghargai atas pujiannya.

"Masih lama di sini, Win?"

"Nggak kok, ini mau ke kampus."

"Yuk, biar aku antar."

"Nggak usah Yof, nanti aku pesan Go-Jek saja," tolakku, masih ingin di sini.

"Sama aku saja, sekalian aku memang mau lewat di depan fakultasmu." Yofi menyodorkan helm yang tadinya tergantung di pengait di bawah stang.

"Nggak apa-apa Yof, aku…," belum aku menyelesaikan kalimatku, Yofi sudah memasang helm hitam itu ke kepalaku dan mengencangkan tali pengaman di bawah dagu.

"Ayuk naik!" kata Yofi memaksa. "Apalagi langit sekarang sedang mendung," tambahnya.

Dari ekspresi yang aku tunjukkan
Alsaeida

Terima kasih sudah membaca.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status