Home / Fantasi / QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan / Bab 91 – Bayangan Sang Pencipta

Share

Bab 91 – Bayangan Sang Pencipta

Author: Just B
last update Last Updated: 2025-08-23 12:14:11

Langit di atas retakan seakan koyak. Cahaya hitam yang memancar dari celah itu menelan sinar ungu, menciptakan pusaran dimensi yang membuat udara bergetar. Semua yang hadir merasakan tekanan luar biasa, seakan gunung raksasa menekan dada mereka.

Wu Yao menggenggam erat Batu Qi Awal, jantungnya berdegup kencang. Sosok raksasa perlahan terbentuk dari kabut hitam: tinggi menjulang, wajahnya samar seperti terbuat dari kabut pekat, namun dua mata merah menyala menembus segalanya. Aura yang dipancarkannya membuat Shen Mo berlutut, tubuhnya gemetar tak terkendali.

“Penciptaku…” suara Shen Mo parau, nyaris tak terdengar.

Wu Yao melirik cepat, tatapannya tajam. “Dia… yang membuatmu?”

Shen Mo menunduk, wajahnya penuh pergulatan. “Ya. Dia disebut Arsitek Jiwa. Semua eksperimen Qi Mutlak berasal darinya. Aku—aku diciptakan untuk menjadi senjata, bukan manusia.”

Mata merah sosok raksasa menatap tajam ke arah Shen Mo. Suaranya bergema berat, menusuk hingga ke inti jiwa.

“Shen Mo. Kau menyimpa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   Bab 91 – Bayangan Sang Pencipta

    Langit di atas retakan seakan koyak. Cahaya hitam yang memancar dari celah itu menelan sinar ungu, menciptakan pusaran dimensi yang membuat udara bergetar. Semua yang hadir merasakan tekanan luar biasa, seakan gunung raksasa menekan dada mereka. Wu Yao menggenggam erat Batu Qi Awal, jantungnya berdegup kencang. Sosok raksasa perlahan terbentuk dari kabut hitam: tinggi menjulang, wajahnya samar seperti terbuat dari kabut pekat, namun dua mata merah menyala menembus segalanya. Aura yang dipancarkannya membuat Shen Mo berlutut, tubuhnya gemetar tak terkendali. “Penciptaku…” suara Shen Mo parau, nyaris tak terdengar. Wu Yao melirik cepat, tatapannya tajam. “Dia… yang membuatmu?” Shen Mo menunduk, wajahnya penuh pergulatan. “Ya. Dia disebut Arsitek Jiwa. Semua eksperimen Qi Mutlak berasal darinya. Aku—aku diciptakan untuk menjadi senjata, bukan manusia.” Mata merah sosok raksasa menatap tajam ke arah Shen Mo. Suaranya bergema berat, menusuk hingga ke inti jiwa. “Shen Mo. Kau menyimpa

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   Bab 90 – Bayangan di Balik Retakan

    Langit di atas Lapisan Uji Takdir semakin menegang. Awan hitam yang semula hanya berlapis tipis kini menebal, seakan ada sesuatu yang menekan dari balik dimensi. Retakan bercahaya ungu di atas reruntuhan kota hancur terus melebar perlahan, dan setiap denyutnya memengaruhi ritme Qi seluruh dunia kecil itu. Wu Yao berdiri di garis depan. Nafasnya stabil, namun dalam hatinya ia tahu, kekuatan yang mengalir dari celah itu bukan sesuatu yang bisa diabaikan. Batu Qi Awal di tangannya bergetar samar, kadang memancarkan cahaya lembut, kadang redup—seolah bimbang antara menyatu dengan Qi alami atau menolak keberadaan Qi sintetis yang merembes keluar. Luo Yian berada di sampingnya, alisnya berkerut. Aura Alam Jiwa Langit tahap akhir yang ia miliki bergetar keras, dan sesekali tubuhnya menggigil. “Tekanan ini… membuat inti jiwa seakan retak. Seakan-akan aku sedang dipaksa naik tingkat sebelum waktunya.” Wu Yao menoleh cepat. “Jangan dipaksakan. Jika kau biarkan, kau bisa benar-benar kehilanga

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   Bab 89 – Pertarungan di Ladang Nisan

    Kabut hitam berputar, menyatu dengan suara tangisan ribuan jiwa yang terperangkap di ladang nisan. Dari pusaran itu, sosok kolosal mulai menampakkan wujudnya: tubuh setinggi menara, berselimut kabut kelam, dengan tulang-tulang putih mencuat dari permukaan tubuhnya. Matanya menyala merah darah, penuh dengan kebencian purba. Di tangannya, sabit tulang raksasa bergemeretak, menimbulkan nada mengerikan setiap kali menyapu udara. Angin yang dihasilkannya membuat nisan-nisan di sekitar berderak dan hancur. Luo Yian menelan ludah. “Qi-nya… setara dengan Jiwa Suci tingkat menengah.” Han Qing menegakkan tubuh, pedangnya bergetar. “Kita bahkan belum menyentuh level itu…” Wu Yao berdiri di garis depan. Aura barunya setelah stabil di ranah Jiwa Suci tahap awal bergemuruh. Warna ungu-hitam menyelimuti tubuhnya, seperti nyala api yang berkobar liar namun terkendali. “Tidak perlu gentar,” katanya tenang. “Ini ujian. Jika kita tidak bisa melewati ini, maka jalan kita berhenti di sini.” Makhluk

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   Bab 88 – Ujian Jiwa dalam Kota Bayangan

    Jalur bercahaya yang terbuka dari nisan memanjang seperti sungai bintang yang membelah reruntuhan. Udara bergetar, membawa desiran Qi yang asing, seolah-olah dimensi itu sedang menyiapkan panggung bagi pertarungan batin yang lebih besar. Wu Yao berdiri paling depan. Meski tubuhnya masih belum pulih sepenuhnya, ia merasakan keterikatan aneh dengan jalur cahaya itu, seolah nisan benar-benar memanggilnya secara pribadi. Luo Yian menatapnya cemas. “Kau yakin ingin masuk sekarang? Fondasi kultivasimu belum stabil. Kalau jalur ini ujian jiwa, kau bisa—” Wu Yao memotong dengan suara tenang. “Kalau aku mundur, fondasi ini akan hancur lebih cepat. Satu-satunya cara untuk menstabilkan langkahku adalah dengan menghadapi ujian ini.” Han Qing mendengus kecil. “Kau gila, tapi entah kenapa aku percaya kau bisa melewatinya.” Mei Huarong menepuk gagang tombaknya. “Kita takkan membiarkanmu masuk sendirian.” Sementara itu, Jian Wushen hanya menyeringai tipis. “Menarik. Semakin aku melihatmu, Wu Ya

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   Bab 87 – Jejak Retakan dan Bayangan Aliansi

    Kabut ungu yang tersisa perlahan memudar dari alun-alun reruntuhan kota. Hanya debu bercahaya dari Penjaga Qi Mutlak yang berguguran, melayang seperti serpihan bintang yang mati. Wu Yao masih berlutut di tanah, menahan gejolak Qi yang menggila di dalam tubuhnya. > Kultivasi Wu Yao: Jiwa Roh akhir → Ambang Jiwa Suci awal (belum stabil, fondasi rapuh). Ia menarik napas dalam, mencoba mengatur aliran meridian yang terasa seperti sungai liar ingin menerobos bendungan. Batu Qi Awal di genggamannya bergetar pelan, seolah mengingatkannya untuk berhati-hati. “Wu Yao, jangan paksa tubuhmu lebih jauh,” suara Luo Yian terdengar berat, tapi ia juga tidak dalam kondisi baik. Keringat menetes dari dahinya, sementara aura di sekeliling tubuhnya masih bergejolak. > Kultivasi Luo Yian: Jiwa Langit akhir → Tanda-tanda menuju Jiwa Suci awal (belum menembus). Ia belum berhasil melewati ambang itu, namun setiap benturan energi dalam pertempuran tadi membuat dinding penghalang di dalam tubuhnya semaki

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   Bab 86 – Ambang Jiwa Suci

    Suasana di dalam reruntuhan kota dimensi masih dipenuhi bayangan kabut ungu. Suara Qi sintetis bergema seperti bisikan tak berujung, seakan-akan dinding ruang itu sendiri bernafas. Wu Yao berdiri di tengah alun-alun, peluh dingin menetes dari pelipisnya. Tubuhnya bergetar—bukan karena takut, melainkan karena aliran Qi yang mengalir liar di meridian. Sejak pusaran Qi tanpa nama menyatu dengan Batu Qi Awal di genggamannya, fondasi kultivasinya dipaksa menanggung beban baru. > Kultivasi Wu Yao: Jiwa Roh akhir → memasuki ambang Jiwa Suci awal (belum stabil). Aura yang keluar dari tubuhnya bukan lagi aura murni Jiwa Roh. Ada denyut halus yang membuat Luo Yian, Han Qing, dan Mei Huarong terpaksa mundur beberapa langkah agar tidak ikut terseret. “Qi-nya beresonansi dengan retakan dimensi…” gumam Luo Yian, wajahnya tegang. Ia sendiri merasakan gejolak yang tak kalah dahsyat. Sejak memasuki Lapisan Uji Takdir, aliran energi dalam tubuhnya seakan menolak untuk tetap diam. Setiap tarikan na

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status