“Pemikiran adalah bayangan dari perasaan kita, selalu lebih gelap, lebih kosong, dan lebih sederhana.”
----------
Varo mengajak Nabilla duduk di sebuah kursi yang ada di sekitar Marina Bay , “Ayo duduk, Billa.” Lalu, meletakkan tubuh Nabilla di kursi dan Nabilla terus memegangi kepalanya sangat keras hingga Varo juga ikut memegangi kepala gadis jelita itu, sembari memijatnya lembut. Saat itu, Nabilla merasa begitu nyaman dan lambat laun rasa sakitnya sedikit berkurang. Nabilla yang lemah akibat rasa sakit yang baru pertama ia rasakan, memilih untuk meletakkan kepalanya pada pundak Varo.
Nabilla menatap wajah Varo lekat-lekat. Baru pertama ini ia bisa menatap wajah menawan Varo dalam posisi sedekat ini. Dan Nabilla baru menyadari bahwa pria menawan yang sedang menjadi sandaranya saat ini, terlihat tidak asing baginya.
“Sebenarnya kamu siapa bang, kenapa aku begitu nyaman saat bersam
Mohon maaf ya, untuk part sebelumnya sedikit mengecewakan. Tapi jika ada waktu, aku bakal revisi, kok. Terimakasih juga, udah mampir diceritaku. Happy reading and happy nice weekend!*****“Sesungguhnya bagian terindah dalm hidup ini adalah saat kita bisa berbagi hal positif, kebaikan dan kebahagiaan dengan orang lain”----------Pukul 3 dini hari, seorang pria tampan yang masih terlihat super duper tampan di usianya yang hampir memasuki 40 tahun, telah selesai manyapa Rabbnya. Kebiasaan yang sudah menjadi rutinitasnya sembilan tahun terakhir ini. Cobaan hidup yang menghampiri keluarganya kerap kali membuat dirinya frustasi. Jabatannya yang merupakan seorang Presdir di Agustaf company, tidak membuat Dinnar melarikan diri dari ujian kehidupan dengan menyentuh hal yang di haramkan. Seperti minum-minuman, narkoba atau pun yang lainya, yang akan menambah ujianya semakin bertambah berat.Kehilangan putri kesayangan
“Bahkan, jika ditakdirkan amnesia pun kemungkinan masa lalu itu masih akan kembali lagi suatu saat nanti. Karena kenangan-kenangan yang tertinggal di belakang, sangat berharga untuk sekedar di lupakan.”----------Jam menunjukan hampir pukul 4 sore, para karyawan yang bekerja day sift sudah bersiap untuk pulang. Namun, suasana berbeda bisa dirasakan sore ini. Seluruh karyawan yang bekerja di bawah naungan Agustaf Company berbondong-bondong menuju lobi yang sudah disediakan sebuah layar besar di sana. Semua karyawan ingin mendengarkan pengumuman langsung yang akan di lakukan oleh sang Presdir. Ini kali pertama seluruh karyawan-karyawan berkumpul dan mendengarkan langsung sang pimpinan, mungkin ini kali pertama karyawan bisa melihat pimpinan Agustaf Company.Tepat pukul 4 sore, seluruh karyawan di Queen hotel Purwokerto berbondong-bondong menuju lobi hotel. Mata mereka terfokus pada sebuah layar besar yang sudah menyala menampilkan sebuah
“Lupakan masa yang telah berlalu, hidup terus berjalan. Di depan sana, ada banyak kebahagiaan yang menantimu. Dan biarkan kesedihan yang pernah mewarnai hidupmu perlahan memudar dan berganti dengan warna baru, yaitu 'bahagia'.” ----------Narendra dan Jihan tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit, ia berlari menuju ruangan yang sudah Varo beritahu. Ruangan dimana Nabilladi rawat. Jihan menahanair mata kala melihat seorang yang ia sayangi terbaring lemah.
“Kerinduan tidak pernah peduli apa dan siapa, kerinduan bagaikan air sungai yang mengalir, dan kerinduan akan lenyap setelah sampai pada muara yang bernama 'pertemuan'.”----------Setelah semalam Nabilla dirawat di rumah sakit, siang ini dengan di antar Jihan dan Narendra, Nabilla kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia mendapati ibunyatengah bercumbu dengan seorang pria di ruang keluarga. Ia tersenyum kecut saat ibunya tidak menyapan bahkan menanyakan pasal dirinya yang semalam tidak pulang.Ia semakin yakin bahwa dirinya memang bukan anak kandung Maya, dan ia berharap orang tua kandungnya tidak seperti ibu yang sekarang sedang bercumbu dengan pria yang ia yakini adalah suami orang. Namun meski Maya bukanlah ibu kandungnya, ia akan tetap menghormati dan tidak membenci wanita yang telah membesarkannya itu.Tanpa menpedulikan ibu dan seorang pria yang sedang saling menghisap lidah dan bertukar saliva, Nabilla masuk ke dala
“Jika kesabaran bernilai dari apapun, itu harus dipertahankan sampai akhir. Dan keyakinan untuk hidup akan bertahan ditengah terpaan badai terbesar sekalipun.” ---------- Nabilla berjalan menuju ke moshola sekolah untuk menunaikan sholat zuhur. Sebenarnya ia tadi ingin mengajak Jihan, tapi sahabatnya itu belum selesai mengikuti pelajaran. Sepanjang jalan menuju mushola, senyum gadis jelita itu tidak pernah luntur, banyak siswa atau pun siswi yang menyapa dan Nabilla pun semakin melebarkan senyumnya membalas sapaan mereka. Meskipun Nabilla tergolong siswa miskin di sekolah tersebut, berkat prestasi-prestasi yang di torehkan dan kebaikan dan kelembuta hati yang dimiliki. Teman-temannya tidak pernah menganggapnya sebelah mata hingga harus di kucilkan. Nabilla menghentikan langkahanya saat laki-laki yang tadi pagi mengganggunya, tiba-tiba menariknya menuju gudang sekolah yang sangat sepi. “Abidzar, lepas….” Nabilla berusaha melepaskan tangannya d
“Hanya hari yang buruk, bukan kehidupan yang buruk. Remember!, Tanpa hari yang buruk hidup tidak akan menjadi lebih baik.”----------Alvaro melempar ponselnya ke dinding kamarnya, hatinya bergemuruh dadanya terasa sesak kala Narendra memberi tahu pasal Nabilla yang di lecehkan oleh Abidzar. Ponsel dengan harga selangit itu kini sudah hancur berkeping-keping, dan tentu saja ponsel itu tidak ada artinya di banding gadis jelita yang pasti saat ini sedang menangis sendu.Varo mengacak rambutnya frustasi, ingin sekali detik ini juga ia kembali ke Purwokerto memeluk gadis jelita itu dan menenagkannya. Namun mengingat mamanya yang belum mengizinkan dirinya pergi, ia jadi bingung. Terlebih sudah lama ia tidak berkumpul dengan mama dan papanya yang memang lebih sering tinggal di Bali.“Argghhh..” Varo bersiap meninju guci yang ada di kamarnya, namun sebelum ia melayangkan tinjuan. Tangannya sudah terlebih dahulu ditahan oleh
“Saat merasa rapuh dan goyah, sebuah pelukan hangat dari orang terkasih, bisa menguatkan dan meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.”----------Jihan membawa Nabilla ke mobil Narendra, sementara Narendra sedang mengambil tas Nabilla dan sekaligus meminta izin kepada guru untuk mengantar Nabilla pulang dengan alasan sakit. Sementara Olivia yang baru saja menghampiri Nabilla dan Jihan di tempat parkir langsung menatap kedua sahabatnya, tatapannya menyelami manik mata kedua sahabatnya bergantian. Mata sahabatnya yang sembab dan memerah, ia tahu mereka pasti habis menangis.Olivia ingin bertanya, namun langsung mendapat tatapan tajam dari Jihan. Olivia pun mengurungkan keinginannya untuk bertanya, kemuadian ia menatap Nabilla yang diam dengan tatapan kosong. “Liv, tolong nanti bawain tas ku sama tas Jihan ya. Kamu entar nyusul ke rumah Nabilla.” Ujar Narendra yang baru saja datang.Olivia mengerurtkan dahi tidak menger
“ Cinta adalah perasaan yang aneh! Perasaan yang memang luar biasa. Meski abstrak, tapi punya kekuatan luar biasa untuk mengubah hidup. Cinta datang begitu saja, kita mungkin tak menyadari kehadirannya dalam hati. Tahu-tahu, hidup kita sudah dibuat jungkir balik karenanya. Hingga akhirnya, kita tak paham dengan apa yang terjadi dengan diri kita sendiri.”----------Sudah sepuluh menit Nabilla menunggu Alvaro di teras rumah Narendra. Atas desakan Jihan dan paksaan Narendra, akhirnya Nabilla meng iyakan ajakan Varo yang ingin mengajaknya jalan-jalan. Nabilla memang masih enggan untuk berangkat sekolah karena kejadian dimana Abidzar melecehkannya kemarin masih membuat dirinya sedikit takut. Sebenarnya ia ingin dirumah saja, namun Varo malah ingin mengajak jalan-jalan ke Baturaden.Menolak ajakan pria menawan itu percuma saja, karena Jihan dan Narendra memaksa dirinya untuk pergi jalan-jalan dengan tujuan agar dirinya bisa melupak