Share

Nabilla: Berusaha

“Pertemuan-pertemuan yang terus berlanjut, yang akhirnya mengukuhkan berjuta-juta asumsi di kepala seseorang. Asumsi-asumsi itu selalu terhubung dengan sebuah konsep bernama perasaan.”

-----------

Nabilla keluar kelas saat jam istirahat, di depan kelasnya sudah menunggu ke tiga sahabatnya, Jihan, Narendra, dan Olivia. Saat mereka melangkah menyusuri lorong menuju kantin tak hentinya Olivia terpekik histeris saat membicarakan abang sepupu Narendra, siapa lagi kalau bukan si Alvaro. “Jadi dia itu, abang sepupu lo yang dari Jakarta itu?” Tanya Olivia kepada Narendra.

"Hemmm…” Jawab Narendra malas. Bagaimana Narendra tidak males dan kesal kalau dari tadi para kaum hawa di sekolahnya banyak yang ngepoin abangnya itu.

Olivia memegang lengan Narendra dan menggoncang-goncangkan pelan, “Sumpah abang kamu ganteng abis, plisss… bantuin aku buat pedekate sama abang kamu dong Ndra.” Ujarnya pada Narendra.

What..” Pekik Narendra heboh.

“Ok, seengaknya biar abang kamu lirik aku dikit, Ndra..” Ucap Olivia memelas pada sahabatnya itu.

Narendra memutar bola matanya jengah, “Woi… Olivia Fernanda anaknya om Kelvin Antoni Fernando, kamu pengen aku di gantung sama Beriel di ring basket.” Ujar Narendra kesal, sementara Olivia hanya nyengir sambil mengangkat tangannya yang membetuk ‘V’.

“Abis abang kamu super kece gitu, iya kan Na.” Olivia memandang Nabilla yang sedari tadi hanya mendengarkan.

“Tau ah,” Sahut Narendra kesal.

Nabilla dan Jihan terkekeh melihat Narendra yang merengut kesal, “Eh Na, kemarin malam aku lihat mbak Linda sama o.., Awwww.” Jihan yang ingin mengalihkan pembicaraan tentang abangnya Narendra menghentikan ucapannya karena dapat injakan dari Olivia.

“Sama siapa, mbak?” Tanya Nabilla.

Jihan menggaruk kepalanya, “Eh anu…..”

“Nabilla!” Teriak sesorang saat mereka melangkah memasuki kantin. Merekapun menghentikan langkah dan menoleh kearah datagnya suara. Dan ternyata Adlan Gazi Rhamadan si ketua osis yang tengah melambaikan tanganya sembari berlari ke arahnya.

“Kamu disuruh menemui kepala sekolah sekarang.” Ujarnya dan dianggukan mengerti oleh Nabilla.

Nabillapun segera menemui kepala  sekolah, sementara sahabat-sahabatnya menunggu di kantin dan memesankan makanan untuk Nabilla. “ Han, hampir aja kamu keceplosan.” Ujar Olivia meletakkan nampan yang berisi empat bakso ke meja.

“Sorry.”  Ujar Jihan menyesal.

“Keceplosan apa sih?” Tanya Narendra yang memang tidak mengerti apa yang Jihan dan Olivia bahas.

“Rahasia.” Ujar Jihan.

“Ohhh jadi sekarang kalian main rahasia-rahasiaan sama aku ya?” Tanya Narendra namun tidak ada respon dari Jihan dan Olivia.

“Beb, kok kamu gitu sih sama aku.” Rengeknya pada Jihan namun Jihan tetap diam, sepertinya ia tengah memikirkan sesuatu.

Karena jengah  dengan rengekan Narendra akhirnya Olivia pun bercerita padanya. “ Tapi kamu janji bakalan teraktir kita-kita, ya.” Ujarnya sebelum mulai bercerita.”

“Siap, pokoknya selama satu minggu aku bakalan teraktir kalian.” Ujarnya sembari memperlihatkan dompet tebalnya.

“Wihhh, eh tapi itu halalkan beb?” Tanya Jihan, ia khawatirkan pacarnya itu berbuat nggak benar buat mendapatkan uang sebanyak itu.

“Tenang, selama abangku stay di sini, kalian nggak bakalan kelaparan.” Ujarnya bangga dan dibalas senyum bahagia oleh Jihan dan Olivia.

Jihan menghela nafas sebelum bercerita pada Narendra.” Jadi, kemarin aku nganter Oliv ke hotel ayahnya buat nganter berkas, dan di sana kita melihat mbak Linda sama om-om. Setelah kita cari tahu   ternyata…” Jihan menjeda ucapannya dan menghela nafas kasar. “ Ternyata mbak Linda itu, sugar baby..” Ujarnya sedih.

What…” Narendra tersedak es teh yang sedang diminumnya, hingga tidak sengaja menyembur ke arah Olivia yang duduk di sebrangnya.

“Ihhhhh…, Narendra jorok banget sih kamu.” Kesal Olivia yang mengambil tisu untuk mengelap air yang singgah di seragamnya.

“Sorry…sorry, aku kaget sumpah.” Katanya

“Jadi mbaknya Nabilla jadi simpanan om-om, gitu?” Tanyanya  yang masih belum percaya.

“Hemmm, kita harus lindungin Nabilla supaya dia nggak terjerumus ke dunia hitam kayak ibu dan kakanya.” Ujar Jihan, ia bertekat akan melindungi Nabilla. Ia sangat menyayangi Nabilla seperti adiknya sendiri. Ia tidak ingin gadis baik itu terjerumus ke dunia hitam itu.

---

Sepulang sekolah Nabilla mengayuh sepedanya menyusuri jalan untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Namun sudah empat café yang ia datangi, namu semuanya menolak dengan alasan karena Nabilla mengenakan jilbab dan usianya yang masih di bawah umur.

Nabilla memarkirkan sepedanya di sebuah masjid saat mendengar azan ashar, kakinya terasa nyeri karena sudah terlalu jauh ia mengayuh sepeda ditambah ini baru pertama ia naik sepeda setelah sekian lama ia naik angkutan umum.

Dalam sujud Nabilla tidak terasa air mata keluar dari mata indahnya, ia meratapi takdir yang menurutnya sangat tidak adil. Jujur saat ini Nabilla sangat sedih, uangnya hampir habis persediaan beras dan lain-lain juga hampir habis. Ibunya boro-boro ngasih uang, lagian Nabilla juga enggan menerima uang dari ibunya seandainya ibunya memberikan ia uang, karena Nabilla tahu dari mana uang yang dihasilkan ibunya itu.

Setelah selesai sholat, Nabilla menghapus air matanya, ia menghela nafas dan tersenyum menyemangati dirinya sendiri. Dirinya tidak boleh mengeluh, Allah hanya ingin melihat kesabarannya sampai mana.

Nabilla pun memutuskan pulang dan akan melanjutkan mencari pekerjaan besok. Nanti malam ia akan bertanya pada sahabatnya apakah mereka mempunyai informasi tentang pekerjaan paruh waktu.

Sampai di halaman rumahnya, Nabilla menghela nafas kasar saat melihat sebuah mobil terparkir di depan rumahnya. Ia sudah hafal, pasti itu pelanggan ibunya, Nabilla pun memilih masuk rumah dari pintu belakang.

Nabilla membuka pintu belakang pelan, ia melangkah pelan menuju kamarnya. Namun sialnya ia disuguhkan pemandangan yang tidak seharusnya ia lihat namun sering ia lihat sejak usianya delapan tahun.

“Enggghhhhh.” Lenguhan dari ruang tamu terdengar, Nabilla memejamkan matanya setelah sekilas melihat ibunya tengah menungging tanpa sehelai benang melekat di tubuhnya. Jangan lupakan seorang pria yang tengah menggarapi ibunya dengan bringas. Pria yang berbeda dari hari sebelum-sebelumnya itu tak gencar mengeluar masukkan kejantanannya pada inti ibunya.

“Ahhhh… pelan-pelan sayang… ahhh..”

Deritan sofa bersama dengan rintihan ibunya lagi-lagi menyapa lubang telinganya, “Astagfirullahalazim.” Tidak hentinya Nabilla beristigfar dalam hati, belum lagi benturan tubuh ibunya dengan tubuh pria itu dengan penuh hasrat menyapa memenuhi rumah yang terasa hening itu.

Nabilla segera masuk ke dalam kamar dengan sangat pelan hingga ibunya tidak menyadari dirinya sudah pulang. Buru-buru ia mengambil ponselnya dan menyumbat telinganya dengan earphone supaya tidak mendengar suara laknat itu. Ia pun harus menunda mandi, karena kamar mandi di rumahnya hanya ada satu dan terletak di luar di dekat dapur. Ia akan menunggu ibunya selesai dengan aktifitasnya terlebih dahulu. Nabilla mengetikan pesan di group w******p dimana ia dan sahabat-sahabatnya sering berbagi canda dan saling menyemangati. Ia berharap sahabat-sahabatnya mempunyai informasi tentang lowongan pekerjaan paruh waktu, supaya ia bisa menghidupi dirinya dengan uang yang halal.

Di sisi lain……

Narendra tengah menemani Varo yang sibuk dengan berkas-berkas yang berserakan di meja. Narendra yang sedang memainkan game online, menghentikan aktivitasnya sejenak setelah melihat notif dari group whatsappnya.

The cuby cupy

5 pesan belum terbaca

Nabilla Tya:

Assalamualaikum, sahabatku yang cantik-cantik dan ganteng. Kalian ada info loker part time nggak? Kalau ada kasih tau Nabilla ya.

Bebeb Jihan

Kamu mau kerja part time, Na? Kenapa?

Nabilla Tya

Iya, mbak. Besok aku cerita deh, mbak Jihan ada info nggak?

Oliv Fernan

Nanti aku  tanyain ke ayah, mungkin di hotel ayah ada loker.

Bebeb Jihan

Aku nggak ada, Na. Tapi nanti kalau ada pasti aku kasih tau ke kamu. Janji ya besok cerita sama kita-kita.

Ternyata membahas Nabilla yang sedang mencari pekerjaan paruh waktu. Narendra hendak membalas pesan bahwa ia juga tidak ada informasi tentang loker part time. Namun ia mengehentikan jarinya yang sedang mengetik pesan, kemudian melirik Varo yang sedang membaca berkas-berkas di meja. Senyum tersungging di bibirnya, sepertinya ia tahu sesorang yang bisa membantunya. “Bang…” Panggilnya mendekat ke meja di mana Varo tengah sibuk dengan kertas-kertasnya.

“Hemmm.” Jawab Varo tanpa mengalihkan pandangann dari kertas-kertas itu.

“Boleh minta tolong nggak?” Tanyanya.

“Temen gue kan lagi butuh pekerjaan part time, abang mau nggak ngasih dia kerjaan. Dia kerja apa aja pasti mau kok bang yang penting halal. Tapi dia pakai jilbab, usianya juga belum genap tujuh belas tahun.” Jelasnya pada Varo.

Varo menghentikan membaca berkas  di tagannya, namun pendanganya masih tetap di kertas itu. “ Memang teman kamu itu siapa?” Varo mulai merapikan berkas-berkas yang sebelumnya berantakan di mejanya.

“Nabilla, bang. Dia lagi butuh pekerjaan part time.” Ujar Narendra.

Mendengar Nabilla yang membutuhkan pekerjaan, hati Varo menjadi bimbang. Ia bingung harus senang atau sedih, di sisi lain ia senang karena kalau ia memberikan pekerjaan pada Nabilla, sudah dipastikan dirinya akan bertemu gadis itu setiap hari dan ia bisa lebih tahu lebih jauh tentang Nabilla. Namun di sisi lain ia juga sedih, karena melihat gadis jelita itu harus merasakan kerasnya dunia kerja di usia yang masih di bawah umur serta statusnya yang masih pelajar SMA.

Alvaro menghela nafas pelan, kemudian menatap Narendra. “Suruh dia ke Queen hotel besok.” Ujar Varo akhirnya, entah hatinya tiba-tiba memilih memutuskan begitu saja.

Bersambung…….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status