“Cinta sejati juga rela berkorban sekalipun itu berat dan menyakitkan. Pengorbanan yang besar tidak akan terasa seberapa jika bersungguh-sungguh mencintai seseorang.”
----------
Malam harinya seusai makan malam, berbincang hangat diruang keluarga menjadi rutinitas yang tidak pernah terlewatkan satu minggu belakangan ini. Namun malam ini suasana hangat itu, berubah menjadi menegangkan. Dan sumber dari suasana menegangkan itu adalah Marta yang tengah memaksa Varo untuk segera menikah.
Siang tadi Sam dan Marta kedatangan teman lama mereka, kedatangan mereka bertujuan ingin menyambung silaturahim. Mereka hendak menjodohkan putrinya dengan Alvaro, sementara Sam dan Marta yang memang menginginkan Alvaro segera menikah pun dengan senang hati menyambut niat baik itu.
Dan berakhirlah malam ini, dimana Varo yang bersandar di sofa dengan tangan yang memijat pelipisnya pelan. Mendengar omelan dan paksaan dari mamanya, membuat kepala V
Gaes sebenarnya bab ini dan 5 bab berikutnya itu udah aku tulis rapi di laptopku. Tapi, berhubung laptopku lagi butuh belaian tukan servic, jadi untuk bab ini aku tulis ulang pakai komputernya babehku. Jadi, aku tulis bab ini seingatnya saja, dan jika laptopku udah jadi aku bakal revisi lagi bab ini dan bab berikutnya yang akan aku publish. Keep stay tune yah...
“Betapa melupakan sungguh sangat sulit, meskipun begitu yakin telah mengikhlaskan.”----------Dinnar berjalan menuju kamar putrinya, baru saja putrinya itu memintanya untuk ke kamar sang putri. Dinnar yang sedang mengerjakaan beberapa pekerjan, tanpa berpikir langsung ke kamar Alesha yang berada di lantai 3. Sepertinya, ada hal penting yang hendak di sampaikan oleh Queen kecilnya itu. Menginggat biasanya Alesha yang menghampirinya di kamar jika ingin membicarakan sesuatu, tapi kali ini dirinya lah yang diminta putrinya untuk ke kamarnya.Ia berjalan menuju kamar yang ada di pojok dan bercat putih. Namun, langkahnya terhenti saat melewati depan kamar Alvaro yang sedikit terbuka. Ia pun penasaran, lalu Dinnar mengintip ke dalam kamar adik satu-satunya itu.Helaan nafas terdengar saat Dinnar mendapati Alvaro yang tengah berdiri di pintu balkon, sesekali ia juga melihat adiknya itu menghapus air mata yang meniti. Ia p
"Kita tidak pernah melupakan masa lalu kita. Kita hanya belajar untuk hidup dengan rasa sakit dan luka. Tapi, kenangan itu selalu ada di belakang pikiran kita, tidak peduli seberapa keras kita berusaha."----------Suasana hening menyelimuti sarapan pagi di meja makan, hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar. Bincang hangat yang selalu mengghiasi, pagi ini seakan sirna dari peradaban. Suasana menegangkan yang terjadi malam tadi, sepertinya masih terbawa hingga pagi ini. Baik Sam maupun Marta tidak saling bicara, pun dengan Dinnar dan Kanaya serta anak-anaknya yang juga memilih diam.Hingga, “Varo, menerima perjodohan dengan Karina.” Ucapan Varo itu, memecah keheningan dan menghentikan tangan-tangan yang sedang bermain dengan sendok.Sam dan Marta saling pandang, lalu Marta mengambil gelas dan meminum air putih, “Tapi, tadi malam Varo yang bilang kan kalau Varo tidak berkenan.” Kata M
"Menginginkannya sulit untuk dilupakan, mencintainya sulit untuk disesali, kehilangannya sulit untuk diterima, tetapi bahkan dengan semua rasa sakit yang aku rasakan, melepaskan adalah yang paling menyakitkan."----------Alesha buru-buru menghapus air matanya yang masih tersisa di pelupuk mata, lalu ia memberikan senyum kala melihat Rendy dan Santi berdiri di hadapannya, “Kenapa kak?” Tanya Santi.Dan Alesha menggeleng di iringi senyum yang terkesan terpaksa, “Nggak apa kok, tan.” Jawab Alesha.Lalu, Rendy dan santi duduk di samping kanan dan kiri Alesha, “Nggak mau cerita sama uncle?” Tanya Rendy mengusap punggung Alesha lembt.Alesha menggeleng, kemudian menghadap Rendy, “Lesha nggak apa-apa, uncle.” Ujar Alesha di iringi senyum.“Kalau nggak apa-apa, kenapa nangis segala, hmm?” Rendy menatap mata Alesha yang terlihat sembab, &ldq
Aku suka mataku saat kamu melihatnya. Aku suka namaku ketika kamu mengatakannya. Aku mencintai hatiku saat kamu menyentuhnya. Aku mencintai hidupku saat kamu berada di dalamnya. Dan aku akan tesenyum bahagia, kala melihat senyummu terbit tanpa beban dari bibir manismu.” ---------- Sebuah mobil Alphard di ikuti mobil Pajero Sport, membelah jalanan Yogyakarta yang mulai padat. Tepat pukul tujuh, Sam dan keluarga ditambah bunda Kayla tiba di Yogyakarta International Airport yang berada di Kulon Perogo. Dan di bandara, mobil yang di kendarai Alex dan beberapa bodyguard tadi malam dari Jakarta, pagi ini sudah siap di bandara YIA. Dan setelah menempuh perjalanan selama 1.5 jam dari Kulon Progo, mobil-mobil yang akan mengantar cucu-cucu Sam kembali ke pesantren sekalian menikmati liburan itu, dengan lancer membelah titik nol Yogya, lalu melintasi jalan P.Senopati dan melewati jembatan Sayidan. Selama perj
“Ada banyak orang yang bisa memanggil namakku, tapi hanya ada satu orang yang bisa membuatnya terdengar istimewa.”----------Kini Alesha dan keluarganya, beralih menuju tempat ikonik yang tidak boleh terlewatkan saat berkunjung ke Yogyakarta, yaitu Malioboro. Setelah memarkirkan mobil di parkiran pasar Bringharjo, merekapun berjalan menyusuri trotoar sepanjang Malioboro sembari melihat-lihat batik serta souvenir-souvenir yang akan di beli untuk oleh-oleh.Namun, cuaca sepertinya tidak mendukungkarena langit yang perlahan menitikan air hujan. Suasana Malioboro yang semula ramai pun, perlahan menjadi sepi karena pengunjung memilih berteduh dari guyuran air hujan. Begitu pun dengan rombongan keluarga Agustaf, yang memilih berteduh di dalam pasar Bringharjo sambil membeli batik dan beberapa barang yang bisa dijadikan oleh-oleh untuk para pegawai di rumah keluarga Agustaf.Kanaya, Marta, bunda Kayla serta Alesha tengah asyik memil
“Terkadang, pertemuan dan perpisahan terjadi terlalu cepat. Namun kenangan dan perasaan tinggal terlalu lama.”----------Hari masih gelap gulita, ayam jantan belum terdengar berkokok bersahutan. Dinginnya udara pagi yang menusuk hingga ke tulang, tidak menyurutkan semangat dua insan manusia untuk mengukir sebuah kenangan manis bak tokoh Cinta dan Rangga di fiem Ada Apa Dengan Cinta.Jam masih menunjukan pukul 02.30, gemericik air terdengar dari kamar mandi. Tidak seperti di rumahnya di Jakarta, baik Varo maupun Alesha harus keluar kamar dan bergantian mandi di kamar mandi di dekat mushola. Beruntung mushola berada di lantai dua, sehingga mereka tidak perlu ke kamar mandi yang ada di lantai satu.Selain beruntung, Varo juga merasa bersyukur karena ia dan Alesha berada di kamar yang bersebelahan. Sehingga, tidak sulit baginya untuk menghampiri gadis jelitanya.Seusai mandi, Varo menghampiri Alesha. Ia tersenyum kala mendapati gadis jelitanya
“Cemburu lebih terkait dengan perasaan seseorang yang takut kehilangan sesuatu yang ia yakini bisa dikontrol atau dimiliki daripada sekedar dicintai. Cemburu mungkin tanda seseorang merasa tidak berdaya saat orang yang dicintainya menikmati kedekatan dengan orang lain.”----------Udara dingin berangsur-angsur pudar, bergati udara hangat yang di pancarkan sang surya, “Pa, itu Candi Borobudur ya?” Tanya Alesha kala melihat stupa Candi Borobudur yang terlihat di bawah kabut tipis.“Iya.” Jawab Varo, “Kak, foto yuk.” Ajak Varo yang bersiap mengarahkan ponselnya.Dan mereka pun berfoto, membelakangi sunrise. Setelah puas berfoto dengan latar Candi Brorobudur di kejauhan, mereka ikut berdesak-desakan dengan pengunjung lain untuk mendapatkan spot yang bagus sebagai latar berfoto.Setelah berjalan 30 meter dari tempat Alvaro dan Alesha melihat sunrise,
"Keajaiban cinta pertama adalah ketidak tahuan bahwa cinta untuk cinta pertama itu tidak akan berakhir."----------Dinnar dan kedua putranya baru saja menemani Kanaya jalan-jalan di sekitar komplek Timoho Asri 1. Pagi tadi, dirinya mendapat laporan dari Alex, bahwa Varo membawa Alesha untuk jalan-jalan pagi di kawasan Malioboro. Dan tentu saja Dinnar tidak masalah sama sekali, karena ia percaya Varo pasti akan menjaga Alesha, seperti dirinya yang akan melakukan apa pun untuk anak-anaknya. Dinnar juga tidak mempermasalahkan saat Alesha tidak berpamitan dengannya maupun istrinya, yang terpenting putrinya itu pergi bersama orang yang tepat dan ia sangat percayai.Dinnar menggandeng sang istri yang sedikit kesusahan berjalan karena perut buncit yang sedikit menghalangi. Di belakang Dinnar dan Kanaya, ada Afnan dan Aflah yang sedang berbincang dengan Sam. Dinnar berjalan sedikit tergesa, ia ingin segera menemui sang putri, da