Chapter 8
Anger & Jealously
"Aku harus bicara dengan Beck," ujar Sophie tanpa menatap Charlotte. Ia menatap langsung mata Beck dengan tatapan mengintimidasi.
Charlotte mengedikkan bahunya. "Silakan saja." Ia hendak berbalik meninggalkan Beck dan Sophie. Tetapi, Beck menangkap pergelangan tangannya. "Aku tidak akan mencampuri kepentingan kalian," ucapnya dengan nada sangat santai.
Beck benar-benar hanya bisa bernapas menggunakan sebelah paru-parunya. Sepertinya begitu karena oksigen yang ia hirup terasa menyiksa. Ia dan Sophie telah sepakat, Sophie tidak akan mengganggunya lagi dengan syarat ia memberikan tunjangan hidup yang tidak sedikit.
Pada poin ini, Beck menaruh kecurigaan yang tidak sedikit kepada Sophie. Ia curiga jika Sophie hanya memanfaatkan sakit hatinya dengan cara memerasnya. Tetapi, ia memilih kehilangan materi dari pada kehilangan Charlotte.
Rencananya ia akan melakukan tes DNA untuk memastikan anak di dalam kandungan Sophie setelah anak itu lahir. Beck telah berkonsultasi dengan dokter kandungan, Dokter mengatakan jika tes DNA bisa dilakukan dengan cara mengambil cairan ketuban saat kandungan minimal berusia tujuh bulan. Tetapi, risiko keguguran sangat besar dan yang lebih sulit dari itu semua adalah ia tidak yakin bisa membujuk Sophie untuk melakukannya.
Mantan kekasihnya terus saja bersikeras jika janin itu miliknya dan entah mengapa meski ia tahu jika selama bertahun-tahun berhubungan dengan Sophie dan dirinya adalah pria satu-satunya yang bersama Sophie, untuk pertama kali ia merasa ragu akan janin yang dikandung Sophie.
Sophie dengan mudah menerima keputusannya untuk mengakhiri hubungan mereka. Hanya dengan syarat bercinta untuk terakhir kali. Kenapa ia tidak bisa berpikir panjang saat itu? Dan sekarang ia menyesal karena terlambat menyadari permainan yang Sophie bangun.
Seharusnya masalahnya telah selesai, atau setidaknya tertunda. Jika anak itu miliknya, ia akan memberitahu Charlotte. Tetapi, ia tidak menyangka jika Sophie berkhianat.
"Sayang, kurasa kau harus tahu," ucap Beck, matanya menatap Charlotte. "Sophie hamil."
Charlotte membalas tatapan Beck. "Aku bisa melihatnya." Perutnya buncit.
"Anak calon suamimu," sahut Sophie terdengar mengejek.
"Benar anakmu?" tanya Charlotte lembut.
Reaksi Charlotte yang lembut dan tatapan matanya yang tenang justru membuat nyali Beck menciut hingga ke level terendah. Belum pernah ia merasakan ketakutan hingga ia merasa tubuhnya pun seperti mengecil apa lagi di depan seorang wanita.
Ia menelan ludah. "Aku tidak tahu."
Orang yang tidak menampakkan emosi biasanya memiliki emosi yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang memiliki emosi meledak-ledak. Seringnya justru mereka yang pandai menyembunyikan emosinya harus lebih diwaspadai.
"Tentu saja anak Beck, aku tidak pernah tidur dengan pria lian," ujar Sophie dengan nada tidak terima.
"Sayangku," ucap Charlotte diiringi senyum manis. "Kapan kalian terakhir melakukan hubungan seks?"
Demi Tuhan, senyum manis Charlotte sama sekali tidak indah baginya. Beck justru merasa jika senyuman itu seperti senyuman terakhir dari Dewi Kematian. Ia menghela napas dalam-dalam lalu mengembuskannya. "Saat aku memutuskan hubungan kami, Sophie mengajukan syarat."
"Kami bercinta," sahut Sophie.
"Just sex," ralat Beck tidak terima.
Bercinta dan berhubungan seks berbeda, ia tahu arti bercinta yang sesungguhnya saat bersama Charlotte. Rasanya berbeda dengan pengalamannya bersama Sophie.
Bersama Charlotte, ia menikmati setiap gerakan, setiap sesi, dan setiap hunjaman yang seirama dengan getaran di dadanya. Juga pelepasan yang luar biasa hingga membuat jiwanya seperti meninggalkan raganya untuk sesaat. Bersama Sophie, ia tidak menemukan itu. Ia bahkan enggan kulitnya disentuh setiap kali selesai, ia merasa risi. Tetapi, bersama Charlotte, ia tidak risi. Bahkan ingin memeluknya berlama-lama setelah bercinta.
Charlotte mengalihkan tatapannya kepada Sophie. "Kau yakin itu anak calon suamiku?"
Sophie membalas tatapan Charlotte dengan tatapan tajam. "Apa maksudmu? Kau pikir aku gadis yang tidur dengan sembarang pria?"
Charlotte tersenyum miring. "Bagaimana jika itu anak Charlie, kakakku atau pria lain langgananmu, maksudku langganan ibumu yang muncikari?"
Wajah Sophie memutih, aliran darahnya seakan terhenti. Ia tidak menyangka jika Charlotte tahu siapa dirinya. Ia hendak melayangkan pembelaan tetapi saat hendak menyuarakan pembelaan, suaranya terasa tersangkut di tenggorokannya karena Beck menatapnya dengan penuh kebencian.
Bertahun-tahun ia mengenal Beck, ia belum pernah menyaksikan bara di mata pria itu. "Kau menjebakku."
Charlotte menggaruk salah satu ujung alisnya menggunakan kuku di jari telunjuknya. "Selesaikan masalah kalian. Setelah itu, kau berhutang penjelasan padaku, Calon Suami."
***
Hanya dalam waktu dua hari setelah pertemuannya dengan Jessie, Poppy nyaris kehilangan hidupnya di Spanyol. Jessie menggunakan otoritasnya keluarga kerajaan. Jessie seolah menyingkirkannya hanya dengan cara menjentikkan jarinya.
Perusahaan tempatnya bekerja mendadak memindahkannya ke Perth, Australia. Memang ia mendapatkan promosi kenaikan jabatan. Tetapi, meninggalkan Spanyol berarti meninggalkan keluarga, dan Lexy. Baginya itu sangat berat.
Ia bisa saja memilih keluar dari pekerjaannya agar bisa tetap tinggal di Spanyol, tetapi ia tidak bisa memikirkan dirinya sendiri karena perusahaan keluarganya juga dalam ancaman. Jessie tidak main-main dengannya. Benar ucapan Jessie, jika keluarga kerajaan tidak akan segan padanya.
"Jika kau bukan sahabat Calon anggota keluarga kami, aku tidak akan peduli dengan keberadaanmu. Tetapi, menyaksikan Sunny ditusuk oleh sahabat baiknya sendiri selama bertahun-tahun, rasanya sudah cukup kami membiarkanmu bermain-main di belakang Calon Ratu."
"Kuharap, kakakku menyadari kesalahannya karena sebaik-baiknya manusia adalah yang tidak menipu sahabatnya sendiri."
Ia tidak merasa menikam Sunshine, ia tidak merebut Lexy karena ia tahu hubungan Lexy dan Sunshine tidak seperti yang terlihat di depan media. Bahkan Lexy selalu terlihat enggan setiap kali ia membuka topik pembicaraan yang menyangkut Sunshine.
"Kau sebaiknya memahami sebelum kau pada akhirnya hanya akan kecewa karena bahkan keajaiban pun tidak akan menyatukan kalian. Kau harus pikirkan ini, meski kau dan Lexy bersikeras, apa keluarga kami akan menerimamu? Kau akan dibenci sepanjang hidupmu dan aku jamin, istana akan menjadi neraka bagimu."
"Apa jika Lexy orang biasa, kau akan menerimanya? Kurasa, kau tidak akan sudi menjalani hubungan rumit jika tanpa memiliki niat terselubung. Setidaknya kau pasti memiliki niat untuk menaikkan derajatmu, bukan?"
Ucapan demi ucapan sinis yang dilontarkan oleh Jessie menghunjam dadanya terlalu dalam. Menyayat jantungnya, membuatnya berdarah-darah. Mendapatkan pangeran berkuda putih adalah imajinasi hampir semua gadis di muka bumi ini. Dan jika kesempatan ada di depan mata seperti yang terjadi padanya? Apa ada yang bisa menolak?
Sepertinya siapa pun akan mengambil kesempatan. Mempertaruhkan keberuntungannya seperti seorang penjudi meski ia tahu risiko yang menghadang.
Untuk ke tiga kalinya, Poppy mengecek jam di pergelangan tangannya. Ia menunggu Sunshine di sebuah restoran, ia ingin membicarakan rencana kepindahannya ke Perth lusa.
Baru setelah ke lima kalinya ia mengecek jamnya, Poppy melihat Sunshine memasuki restoran bersama dua pengawal dan Mona yang berjalan tidak jauh darinya.
Sunshine mengenakan setelan jas yang terlihat sesuai dengan ukuran tubuhnya berwarna putih tulang dipadukan dengan sepatu berwarna senada, rambutnya yang panjang berwarna madu tampak mencolok ditata dengan gaya keriting sehingga tampak bervolume. Wajahnya yang cantik dipoles dengan make-up sedikit mencolok di bagian mata menggunakan eyeshadow berwarna hitam pekat sehingga membuat kesan tegas.
Sunshine memang terlalu sempurna dalam hal apa pun. Gadis itu memiliki segalanya dalam dirinya. Sampai saat ini ia bahkan masih tidak mengerti mengapa Lexy lebih memilihnya dibandingkan Sunshine?
Apa kekurangan Sunshine?
"Cinta Lexy padamu mungkin hanya sebatas emosi anak remaja, atau juga karena pelampiasan emosi dari peliknya kehidupan di dalam istana. Kecemburuan sosial di mana remaja lain bebas berkencan dan berkeliaran, sedangkan kami tidak."
Apa ucapan Jessie adalah jawabannya?
"Maaf, membuatmu menunggu," ucap Sunshine. Ia duduk di kursi tepat di depan Poppy setelah pengawal memastikan kursi yang akan diduduki Sunshine aman.
Semua perlakuan yang diterima Sunshine membuatnya iri. Tuhan membuat takdir yang terlalu jomplang. Amarah dan rasa iri menerjang dadanya secara bersamaan.
"Tidak masalah, kau Calon Ratu dan kau juga Ratu Kecantikan di negara ini, kau pasti sangat sibuk," ucapnya sinis.
"Kau terlalu mendadak mengajakku bertemu," ucap Sunshine dengan nada lembut, sama sekali tidak tersinggung dengan kesinisan yang dilontarkan Poppy.
Namun, Poppy benar-benar telah muak dengan segala tingkah Sunshine yang dirasa membosankan dan terlalu sopan.
Poppy memutar bola matanya malas. "Ya, seharusnya aku menyesuaikan jadwalmu dan kita baru bisa bertemu beberapa bulan lagi. Dan aku yakin, setelah kau menjadi istri Lexy nanti, aku harus melalui protokol kerajaan untuk bertemu denganmu."
Bersambung....
Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan RATE!
Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.
🍒
Jangan lupa kasih komentar dan RATE ya. Salam manis dari Cherry yang manis.
Dua tahun telah berlalu setelah pernikahan mereka di Ainsa yang digelar dengan megah dan mewah, Lexy dan Sunshine menjalani rumah tangga yang manis meski terkadang terjadi pertengkaran kecil di antara mereka. Tetapi, itu mereka anggap hal lumrah karena setiap rumah tangga memiliki masalah sendiri."Suamiku, tolong ambilkan tali kekang León," seru Sunshine dari balik walk in closet-nya.Lexy yang sedang mencari ponsel di antara tumpukan buku-buku mengalihkan pandangannya dan memanjangkan lehernya berusaha melongok keberadaan istrinya yang seharusnya berada di atas tempat tidur. Tetapi, istrinya tidak lagi berada di sana. Sambil menggelengkan kepalanya, Lexy bangkit dari duduknya dan melangkah menuju arah suara."Amor, untuk apa kau mencari tali kekang León?" Lexy memandangi istrinya yang telah berdandan. "Kau berencana keluar?""Ya, aku ingin berjalan-jalan bersama León," sahutnya dengan acuh.Lexy mengerutka
Chapter 58EndTiga puluh dua Minggu Sunshine mengisi waktunya tanpa Lexy, rasanya waktu berjalan begitu lambat, ia bahkan memilih tinggal di kediaman orang tuanya karena enggan merasakan kesepiannya yang mendalam di tempat tinggal pribadinya. Rasa rindu ternyata sangat menyiksanya meskipun setiap hari mereka bertukar kabar melalui panggilan video. Justru setiap kali selesai melakukan panggilan video, rasa rindu semakin menderanya seolah ia harus menunggu seribu tahun lagi agar dapat kembali menyentuh Lexy.Namun, penantiannya hari ini seharusnya berakhir. Lexy dijadwalkan kembali dari Inggris dan ia tidak sabar untuk memeluk kekasihnya.Musim panas akan segera berakhir, tetapi cuaca masih cukup hangat dan pastinya mengenakan dress yang terbuat dari bahan tipis dan lembut adalah pilihan yang tepat. Dress sepanjang mata kaki tanpa lengan dan krah setinggi leher berwarna nude terlihat menawan di tubuh Sunshine.Ia keluar dari kamarnya dan mendapati ibu
Chapter 57The King is MineLexy telah mahir meluncur di atas arena ice skating dan pria itu juga sering dengan sombongnya menunjukkan kepiawaiannya berakrobat kepada Sunshine yang membuat Sunshine kadang memekik karena merasa ngeri saat Lexy bermanuver seperti seorang profesional.Lexy memang dengan cepat menguasai teknik bermain ice skating dan semua itu tidak didapatkan dengan cara autodidak karena ia menyewa guru profesional untuk mengajarinya juga Sunshine.Lengan Lexy berada di pinggang ramping Sunshine, mereka meluncur dengan lembut dan dengan gerakan selaras mereka merentangkan satu kaki ke depan kemudian Sunshine mengangkat satu kakinya dan menumpukan berat badannya kepada Lexy yang mencondongkan tubuhnya dengan gerakan lentur ke arah belakang.Mereka meluncur membentuk lingkaran di tengah arena beberapa kali lalu Lexy menahan pinggul Sunshine yang dengan lembut berbalik ke menghadap ke arahnya dan mengangkat tubuh ringan Sunshine. Mem
Chapter 56Can You Feel it?Dua Minggu kemudian.Poppy meraih gagang telepon yang ada di depannya dengan cara yang sangat tenang. Di depannya, Clara menatapnya dengan tatapan sinis juga meraih gagang telepon."Apa maumu?" tanya Clara dengan suara enggan dan terdengar berat.Poppy tersenyum mengejek. "Aku mengunjungi ibu angkatku, apa aku salah?""Jalang!" desis Clara."Jangan mengataiku karena kita sama," ucap Poppy dengan nada yang sinis.Clara menatap Poppy yang terhalang oleh sekat kaca dengan tatapan penuh kebencian. "Pergi kau dari sini!""Aku tidak akan berlama-lama di sini, aku hanya ingin memastikan keadaan Ibu angkatku. Kuharap kau tidak terancam hukuman mati karena telah merencanakan pembunuhan."Wajah Clara memarah dan dadanya bergerak naik turun karena amarah karena ucapan Poppy. Malam itu Clara memerintahkan Poppy mengangkat gelasnya untuk bersulang dengan Lexy sebagai aba-aba kepada pembunuh bayara
Chapter 55MisunderstandSunshine ternganga atas apa yang dilakukan oleh Jessie. Apa lagi Beck, belum pernah dalam hidupnya di tampar oleh seorang gadis menggunakan bunga."Jessie, dia...." Sorot mata Sunshine memancarkan rasa iba kepada Beck. "Beck, maafkan Jessie, dia adalah adik Lexy."Darah Beck yang menggelegak oleh amarah seketika harus dikesampingkan, tetapi bukan berarti mereda. Gadis yang menurutnya tidak memiliki sopan santun itu ternyata merupakan adik Lexy, dan ia belum pernah melihatnya. Atau mungkin ia yang terlalu acuh pada dunia hingga ia tidak mengenali seluruh wajah anggota kerajaan di negaranya?Ia menjepit bunga yang dilemparkan Jessie ke dadanya menggunakan lengannya dan dengan gerakan santai mengusap wajah yang terkena tamparan buket bunganya dan bersyukur tidak ada duri yang melukai kulitnya.Beck menaikkan sebelah alis dan tersenyum miring. "Oh, jadi ini Tuan Putri? Senang sekali bisa bertemu dengan Tuan Putri yang sangat sopan."
Chapter 54Our Baby Vanilla menyerahkan bayi di dalam gendongannya kepada Lexy dan berujar, "Aku tidak ingin kau terlalu memanjakannya.""Aku tidak memanjakannya." Lexy menerima bayi yang diberi nama Marcello Knight. "Aku hanya terlalu antusias menyambut generasi Carloz."Vanilla menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Marcell benar-benar beruntung memiliki Paman yang sangat menyayanginya.""Dia beruntung memiliki Paman setampan aku, bukan begitu, Cariño?""Stop berbicara omong kosong, aku lebih tampan darimu," ucap Nick seraya membantu Vanilla melepaskan ikatan rambutnya kemudian dengan hati-hati mengikat rambut Vanilla.Vanilla tersenyum menyaksikan keakraban antara Nick dan Lexy. Batinnya bersorak puas karena akhirnya Nick mendapatkan keluarga kandungnya. Dimitri telah tersadar dan Nick mengunjungi Dimitri secara rutin. Suaminya juga dengan antusias menceritakan apa saja yang dibicarakan bersama Dimitri, tidak ada lagi nada enggan