Chapter 9
End of a Friendship
Sunshine merasa aneh dengan sikap Poppy yang tidak seperti biasanya, Poppy menatapnya seolah mereka adalah musuh. Dan aura ketegangan yang menyelubungi keduanya membuat Sunshine semakin tidak nyaman.
Ia berdehem. "Poppy, apa kau baik-baik saja?"
"Aku sangat baik andai aku ada di posisimu," jawab Poppy ketus.
"Maaf, maksudmu?"
Poppy justru tertawa. "Kau tegang sekali. Aku hanya bercanda."
Sunshine menghela napas karena lega lalu tertawa seperti Poppy. "Jadi, apa pertemuan ini sangat penting?"
"Menurutmu?"
Sunshine tersenyum. "Aku yakin penting. Jika tidak, kau bisa berbicara lewat telepon."
Poppy tersenyum, ia menekan bel untuk memanggil pelayan seraya berucap, "Kurasa kita harus memesan sesuatu dulu sebelum menemani obrolan kita."
Sunshine setuju dengan ucapan Poppy, setelah pelayanan datang, ia memesan segelas jus melon dan dalam waktu singkat pesanan mereka datang.
"Bagaimana kau bisa hidup tanpa makanan?" tanya Poppy ketika Sunshine mengaduk jus melon tanpa gula pesanannya.
Sunshine menyeringai. "Jam makan malam telah berlalu, aku telah mendapatkan makan malamku tadi."
Sunshine baru saja kembali dari studio televisi untuk menjadi bintang tamu di sebuah acara, kebetulan ia telah makan malam meski ia menyantap makan malamnya di mobil. Mona membawakan bekal untuknya karena kebetulan waktu makan malamnya bertepatan saat ia berada di jalan.
Ia menjaga tubuhnya demi menunjang penampilan. Jangan ditanya seberapa membosankannya menjaga penampilan dan tidak bisa makan makanan lezat seperti orang kebanyakan. Ia memimpikan makan di restoran siap saji, meminum kopi kental yang penuh dengan krim dan gula, ia menginginkan es krim, dan semuanya mustahil.
"Jadi, berita baik apa yang ingin kau sampaikan padaku?" tanya Sunshine setelah meletakkan gelas jus kembali ke atas meja.
"Berita baiknya adalah, aku mendapatkan promosi kenaikan jabatan." Poppy menatap Sunshine seraya tersenyum lebar.
Sunshine ternganga. "Menakjubkan, selamat, Poppy." Ia meletakkan satu telapak tangannya di atas telapak tangan sahabatnya. "Jadi, kau mengundangku untuk makan malam? Kenapa tidak mengatakan dari tadi?"
Poppy tertawa. "Jadi, demi merayakan kenaikan jabatanku, kau bersedia mengorbankan dietmu?"
Sunshine juga tertawa. "Tentu saja demi sahabat baikku, dietku bisa kumulai lagi besok."
Poppy menggeser telapak tangannya, ia menggenggam telapak tangan Sunshine. "Rencananya besok aku ingin mengundangmu dan Lexy untuk merayakannya."
Sunshine mengerutkan kedua alisnya. "Lexy?"
Poppy menaikkan kedua alisnya. "Ya. Kau dan Lexy, karena lusa aku harus pergi ke Perth."
Kerutan di alis Sunshine bertambah dalam. "Kau akan pergi berlibur?"
Poppy mengedikkan bahunya. "Sayangnya, aku mendapatkan kenaikan jabatan tapi aku dipindahkan ke Perth."
"Ya Tuhan, apa tidak ada pilihan lain?"
Poppy menggelengkan kepala. "Aku tidak memiliki pilihan dan ini adalah kesempatanku satu-satunya."
"Kau akan jauh dari keluargamu," desah Sunshine.
"Mau bagaimana lagi?"
"Kenapa kau tidak bekerja di perusahaan keluargamu?"
Poppy menggeleng pelan. "Perusahaan keluargaku tidak bergerak di bidang properti."
Sunshine menggigit bibirnya. "Keluargaku memiliki perusahaan di bidang properti, jika kau mau, aku bisa membantumu untuk masuk ke sana."
Poppy merasa jika keberuntungan memang berada di pihaknya. Jessie mendorongnya ke dalam jurang, tetapi Sunshine justru mengulurkan tali ke dalam jurang untuk menyelamatkannya.
Namun, ia tidak ingin memperlihatkan warna lain di depan Sunshine secara terang-terangan. "Aku akan mencoba beberapa bulan dulu di sana, jika di sana tidak cocok, mungkin aku memerlukan bantuanmu."
"Kapan pun itu, aku akan membantumu."
"Terima kasih, kau sahabatku yang paling baik," ucap Poppy. Berdehem pelan. "Bagaimana dengan pesta besok malam? Bisakah kau dan Lexy datang?"
Tenggorokan Sunshine terasa kering, ia dengan lembut melepaskan tangannya yang masih terjalin dengan tangan Poppy. Ia mengambil gelas jusnya untuk membasahi kerongkongannya. "Lexy belum diizinkan keluar dari istana."
"Bagaimana jika kita yang ke sana?"
Gelas jus yang dipegang Sunshine nyaris tergelincir dari tangannya. "Yang Mulia tidak mengizinkan orang luar untuk menemui Lexy untuk sementara," ucapnya dengan perasaan gugup.
"Apa kau tidak bisa membawa Lexy keluar dari istana diam-diam?"
"Maafkan aku," desah Sunshine.
"Sekali ini saja, aku ingin melihat kalian berdua untuk terakhir kali sebelum kita berpisah." Poppy menatap Sunshine penuh harap.
Besok siang, Lexy palsu, Nick akan tampil bersamanya di rumah sakit. Tampil sekilas untuk mengelabuhi wartawan dan masyarakat. Raja mengatur akan memberitakan Lexy menjalani pemeriksaan ke rumah sakit. Meski Nick berada di Madrid, bukan berarti ia bebas meminta tolong kepada Nick untuk datang ke pesta yang dimaksudkan oleh Poppy.
Tidak sesederhana itu karena jika diamati benar-benar dari dekat perbedaan Lexy dan Nick akan terlihat. Lagi pula, ia tidak bisa membawa Nick pergi untuk menghadiri keperluan pribadi. Pesta perpisahan Poppy sama sekali di luar urusan Nick, dan yang pasti, Nick beristri. Ia tidak bisa seenaknya saja meminjam pria beristri untuk hadir ke pesta.
"Aku tidak bisa membawa Lexy, karena...." Sunshine nyaris tergagap. "Siangnya Lexy akan menjalani pemeriksaan di rumah sakit, aku tidak yakin jika pemeriksaan akan berjalan cepat atau bisa juga ia kelelahan setelahnya karena sebenarnya keadaan Lexy tidak terlalu baik."
Sunshine meremas telapak tangannya sendiri di bawah meja, berharap jika caranya bisa memukul mundur Poppy.
"Kalau begitu, aku akan menemani kalian ke rumah sakit."
Penyesalan langsung menghantam Sunshine. Seharusnya ia melakukan kebohongan saja, bukan berkata setengah jujur yang sekarang malah membuat kerumitan yang lain.
"Kau tahu, Yang Mulia ada di sana, penjagaan sangat ketat, aku dan Lexy tidak bisa mengobrol denganmu." Untungnya ia menemukan cara untuk menghindari Poppy dan berharap jika caranya berhasil.
"Sunny," ucap Poppy dengan nada dingin. "Aku selalu bersedia menemanimu di rumah sakit. Tapi, kali ini saja aku hanya ingin berkumpul dengan kalian dua sahabatku sebelum aku pergi ke Perth dan kau terus saja mencari-cari alasan."
Sunshine ternganga. Ia tidak menyangka Poppy emosi hanya karena ia hal seperti itu. Lagi pula bukankah Poppy sudah tahu bagaimana protokol penjagaan istana? Tidak semudah itu ia bisa bertemu dengan keluarga istana apa lagi posisinya di rumah sakit.
"Poppy, tidak begitu...."
"Apa setelah Lexy sadar kau tidak lagi memerlukan aku?"
Sunshine sekali lagi tidak menyangka jika kata-kata itu terlontar dari mulut Poppy. "Poppy...."
"Ya, aku tahu, kau tidak memerlukan bantuanku lagi karena calon suamimu itu telah kembali," ujar Poppy ketus.
"B-bukan begitu... aku tidak bermaksud...."
"Stop." Poppy bangkit dari duduknya. "Aku muak menjadi sahabatmu, kau selalu bersikap sok polos dan ada apa denganmu? Apa kau benar-benar bodoh? Lexy tidak menginginkanmu dan kau sanggup bertahun-tahun berpura-pura tidak tahu jika Lexy sebenarnya menolakmu?"
Jantung Sunshine seperti tertikam belati. Tidak perlu Poppy mengatakan hal itu, sudah jelas jika ia memang tidak diinginkan oleh Lexy dari sikap dingin Lexy sejak mereka berada di bangku sekolah menengah atas. Ia juga tidak menginginkan perjodohan, ia ingin menjadi gadis biasa yang bisa memilih hidupnya sendiri.
Ia marah dan tersinggung dengan ucapan Poppy karena bagaimana pun ia hanya manusia biasa. Tetapi, sebagai gadis yang menerima pendidikan tata krama tingkat tinggi dan dipersiapkan untuk selalu tersenyum di depan semua orang, ia menyembunyikan emosinya.
"Poppy, apa maksudmu?"
Poppy kembali duduk dengan kasar. "Aku hanya meminta kau dan Lexy datang ke tempat tinggalku besok, itu saja. Tidak sulit tapi kau menolakku. Aku sedang tersinggung. Apa kau mengerti?"
Sunshine memejamkan matanya. "Kecuali itu, aku akan melakukan apa saja untukmu. Aku tidak bisa melawan Yang Mulia."
Poppy tersenyum. "Kalau begitu lepaskan Lexy."
Kali ini dada Sunshine bukan lagi tertikam. Tetapi terbelah. Ucapan demi ucapan Poppy semakin tidak masuk akal.
"Asal kau tahu, Jessie menyingkirkanku dari negaraku sendiri," ujar Poppy sinis. "Jika bukan karena kau, aku tidak akan terusir dari Spanyol."
"Aku akan berbicara dengan Jessie agar mencabut perintahnya. Tapi, tidak ada jaminan jika aku berhasil," ujar Sunshine datar. Kali ini ia tidak mampu lagi mempertahankan sikap manisnya.
"Kau tidak perlu melakukan hal yang sia-sia." Poppy kembali bangkit dari duduknya. Ia mengambil tasnya. "Aku muak dengan segala sikap lembut dan sopan santunmu itu. Dan kurasa Lexy juga muak padamu."
Sunshine tersenyum tipis. "Terima kasih atas nasihatmu."
"Aku tidak sedang menasihatimu, sayangnya kau salah menilai persahabatan palsu kita. Kau terlalu bodoh untuk menyadari jika selama ini, aku dan Lexy sebenarnya memiliki hubungan di belakangmu."
Sunshine tidak bergeming, ia membiarkan Poppy keluar dari restoran. Ia masih mematung di tempatnya hingga Mona menghampirinya dan mengajaknya meninggalkan tempat itu.
Di dalam mobil, tangisnya tidak tertahankan. Eyeshadow berwarna hitam yang menghias matanya terkontaminasi air mata dan mengubah wajah cantiknya menjadi sangat mengerikan. Seharusnya, Poppy tidak perlu mempertegas jika Lexy tidak menginginkannya.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan RATE!
Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.
🍒
Chapter 10 broken Heart Beck menggeram seraya menutup laptopnya dengan kasar, ia konsentrasinya benar-benar payah hingga ia tidak bisa bekerja dengan benar. Padahal semua pekerjaannya harus selesai hari ini karena ia akan menikah besok kemudian berbulan madu. Masalahnya dengan Sophie belum selesai karena tadi malam saat Charlotte memberikan kesempatan untuk berbicara berdua dengan Sophie, mantan kekasihnya tidak mengambil kesempatan itu untuk menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Sophie justru berbalik dan melarikan diri dan membuat Beck semakin yakin jika ia adalah korban permainan Sophie. Beck bersumpah ia akan membuka kedok Sophie dengan tangannya sendiri, akan ia buktikan kepada Charlotte jika janin di dalam kandungan Sophie bukan miliknya bagaimanapun caranya. Sophie pernah bersamanya lebih dari lima tahun, Sophie kehilangan pekerjaan ju
Chapter 11 The Real Queen Lamunan Sunshine terjeda karena Jessie masuk ke dalam ruangan, Jessie memberitahu jika Raja ingin bertemu. Lima belas kemudian Sunshine kembali ke ruang rawat dan mendapati Nick sedang berbincang-bincang dengan Jessie, bukan hanya Jessie karena di sana juga ada Ratu. Ada yang menarik menurut pandangan Sunshine, keakraban di antara mereka terlihat tidak dibuat-buat. Cara Ratu memperlakukan Nick, seperti layaknya seorang ibu. Sedangkan Jessie, caranya bersikap selayaknya seorang adik perempuan kepada kakak laki-laki. Berbanding terbalik dengan sikap Raja yang cenderung dingin terhadap Nick, juga tatapan sinis Nick terhadap Raja. Bahkan untuk berbicara menanyakan kabar saja, Raja lebih memilih berbicara secara pribadi dengan Sunshine padahal beberapa kali Raja berada di ruang rawat yang ditempati Lexy bersamanya, mengobrol seperti biasa selayaknya c
Chapter 12 Bad Experience Charlotte melirik cangkir berwarna putih dengan tangkai bercorak mawar. Ia mengangkat lepek dan mendekatkan cangkir ke hidungnya. "Kenapa bukan rumput saja yang kau masukkan ke dalam sini?" Sunshine terkekeh. Ia tahu Charlotte sangat kesal setiap datang ke rumah pribadinya yang sedikit tidak normal. Seluruh isi rumahnya bercorak mawar dengan warna merah, merah jambu, dan putih. Ia bahkan menghidangkan teh mawar kepada Charlotte, juga kukis berbentuk mawar. "Apa tidak ada sesuatu yang normal di sini?" gerutu Charlotte sambil meletakkan cangkir ke tempat semula tanpa berniat mencicipinya. "Kedatanganmu membuatku terkejut," ujar Sunshine, ia menatap Charlotte dengan tatapan penuh pertanyaan. "Ya Tuhan," erang Charlotte sembari menutupi wajahnya. "Aku pasti kehilangan akalku." Sunshine
Chapter 13 Good News Charlotte mendekati Sunshine yang sedang menggunting bunga mawar untuk dimasukkan ke dalam vas. "Kulihat kau melakukan hal yang sama setiap hari," ucap Charlotte. Ia mengambil satu tangkai mawar berwarna merah yang tangkainya masih utuh. "Aku menikmatinya," ujar Sunshine seolah tidak terusik dengan ucapan Charlotte yang bernada ejekan. "Menggunting mawar setiap pagi." Charlotte menggoyangkan tangkai mawar di tangannya. "Melukis, membaca buku, dan...." "Pergi berkuda," pungkas Sunshine. Charlotte memberikan mawar di tangannya kepada Sunshine. "Kurasa itu satu-satunya yang paling menyenangkan dalam hidupmu." Sunshine mulai memasukkan satu persatu tangkai mawar yang telah ia seimbangkan ukuran panjangnya ke dalam vas bunga berisi air. Air di dalam v
Chapter 14 Got Amnesia Sebenarnya Sunshine sama sekali tidak peduli tentang Lexy yang telah sadarkan diri. Ia tidak memiliki niat sedikit pun untuk berjumpa dengan tunangannya. Bahkan jika perlu ia tidak perlu bertemu pria itu untuk selamanya. Lagi pula Lexy diketahui mengalami amnesia, itu berarti Nick masih akan menggantikan posisi Lexy. Menurut Sunshine itu jauh lebih baik. Ia lebih senang bekerja sama dengan Nick dibandingkan bertemu Lexy. Nick terlihat sangat mencintai istrinya, Pria seperti itu yang sepantasnya menjadi Raja. Seorang pria yang memperlakukan wanitanya sebagai Ratu. Bukan pria yang bermain gila dengan gadis lain di belakang calon istrinya dengan bingkai persahabatan. Beberapa hari berlalu setelah pertemuannya dengan Jessie, Sunshine masih bisa berkelit. Ia mengemukakan sejuta alasan setiap kali ibu dan ayahnya menanyakan kabar Lexy padanya. Sunshine juga masih bisa m
Chapter 15 Bad Girl Sunshine melewati pintu tempat tinggalnya tanpa mempersilahkan Lexy untuk masuk. Ia menghentikan langkahnya kemudian berbalik untuk menatap Lexy yang masih mematung di ambang pintu. "Maaf, Yang Mulia. Aku tidak menggelarkan karpet merah untuk menyambut kedatanganmu di sini," ucap Sunshine sinis. Tidak ada keramahan, apa lagi kelembutan. Lexy menyipitkan matanya mengawasi rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya. Sebuah rumah minimalis yang sangat sederhana. Tidak ada kemewahan di sana, tidak ada sedikit pun menandakan jika rumah itu dihuni oleh calon pendamping Raja. "Kau yakin kita tinggal di sini?" tanya Lexy dengan nada enggan. "Kau bisa kembali, dengan senang hati aku akan meminta sopir untuk mengantarkanmu kembali," sahut Sunshine tajam. Lexy melewati pintu, ia mengernyit saat meny
Chapter 16Don't Touch Me!Entah kenapa suasana pagi di tempat tinggal pribadinya menjadi lebih indah, lebih menyenangkan, dan Sunshine merasa sangat bersemangat. Ia meliburkan seluruh pelayan yang bertugas mengurus tempat tinggalnya.Pelayan di tempat tinggalnya memang tidak banyak. Hanya ada satu juru masak, satu orang untuk menjaga kebersihan, dan satu orang yang bertugas mengurus barang-barang pribadinya.Sesuai rencana, Sunshine akan mempersulit hidup Lexy dengan caranya hingga pria itu merasa tinggal di neraka dan meninggalkan tempat tinggalnya.Setelah mencuci wajah dan mengganti pakaiannya, Sunshine memeriksa bunga-bunga di dalam vas untuk memastikan jika bunga-bunganya masih dalam keadaan segar kemudian pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapannya. Meskipun Sunshine adalah gadis yang lahir dengan sendok emas di mulutnya, bukan berarti ia tidak bis
Chapter 17 Again and Again "Aku penasaran gaun apa yang akan Sunshine kenakan malam ini," ujar Vanilla, ia menggeser layar ponselnya dan mengetik nama media sosial Sunshine. Saat itu mereka duduk di bangku pesawat pribadi menuju Madrid. Nick tertawa pelan, ia meletakkan telapak tangannya di atas kepala istrinya. "Kau mengikuti media sosial Sunny?" Vanilla menyeringai. "Aku menyukainya dan mengikuti media sosialnya sejak Sunshine mendaftarkan diri sebagai salah satu kandidat ratu kecantikan." Nick mengangguk-anggukan kepalanya pelan. "Apa yang kau sukai darinya?" Vanilla tersenyum sembari menyentuh salah satu foto Sunshine yang mengenakan gaun malam di sebuah acara resmi. "Caranya bersikap terlihat tidak dibuat-buat dan cara