Home / Romansa / Queen for the King / 9. End of Friendship

Share

9. End of Friendship

last update Huling Na-update: 2021-06-19 16:06:56

Chapter 9

End of a Friendship

Sunshine merasa aneh dengan sikap Poppy yang tidak seperti biasanya, Poppy menatapnya seolah mereka adalah musuh. Dan aura ketegangan yang menyelubungi keduanya membuat Sunshine semakin tidak nyaman. 

Ia berdehem. "Poppy, apa kau baik-baik saja?" 

"Aku sangat baik andai aku ada di posisimu," jawab Poppy ketus. 

"Maaf, maksudmu?" 

Poppy justru tertawa. "Kau tegang sekali. Aku hanya bercanda."

Sunshine menghela napas karena lega lalu tertawa seperti Poppy. "Jadi, apa pertemuan ini sangat penting?"

"Menurutmu?" 

Sunshine tersenyum. "Aku yakin penting. Jika tidak, kau bisa berbicara lewat telepon." 

Poppy tersenyum, ia menekan bel untuk memanggil pelayan seraya berucap, "Kurasa kita harus memesan sesuatu dulu sebelum menemani obrolan kita."

Sunshine setuju dengan ucapan Poppy, setelah pelayanan datang, ia memesan segelas jus melon dan dalam waktu singkat pesanan mereka datang.

"Bagaimana kau bisa hidup tanpa makanan?" tanya Poppy ketika Sunshine mengaduk jus melon tanpa gula pesanannya.

Sunshine menyeringai. "Jam makan malam telah berlalu, aku telah mendapatkan makan malamku tadi." 

Sunshine baru saja kembali dari studio televisi untuk menjadi bintang tamu di sebuah acara, kebetulan ia telah makan malam meski ia menyantap makan malamnya di mobil. Mona membawakan bekal untuknya karena kebetulan waktu makan malamnya bertepatan saat ia berada di jalan. 

Ia menjaga tubuhnya demi menunjang penampilan. Jangan ditanya seberapa membosankannya menjaga penampilan dan tidak bisa makan makanan lezat seperti orang kebanyakan. Ia memimpikan makan di restoran siap saji, meminum kopi kental yang penuh dengan krim dan gula, ia menginginkan es krim, dan semuanya mustahil. 

"Jadi, berita baik apa yang ingin kau sampaikan padaku?" tanya Sunshine setelah meletakkan gelas jus kembali ke atas meja.

"Berita baiknya adalah, aku mendapatkan promosi kenaikan jabatan." Poppy menatap Sunshine seraya tersenyum lebar. 

Sunshine ternganga. "Menakjubkan, selamat, Poppy." Ia meletakkan satu telapak tangannya di atas telapak tangan sahabatnya. "Jadi, kau mengundangku untuk makan malam? Kenapa tidak mengatakan dari tadi?" 

Poppy tertawa. "Jadi, demi merayakan kenaikan jabatanku, kau bersedia mengorbankan dietmu?" 

Sunshine juga tertawa. "Tentu saja demi sahabat baikku, dietku bisa kumulai lagi besok."

Poppy menggeser telapak tangannya, ia menggenggam telapak tangan Sunshine. "Rencananya besok aku ingin mengundangmu dan Lexy untuk merayakannya." 

Sunshine mengerutkan kedua alisnya. "Lexy?" 

Poppy menaikkan kedua alisnya. "Ya. Kau dan Lexy, karena lusa aku harus pergi ke Perth." 

Kerutan di alis Sunshine bertambah dalam. "Kau akan pergi berlibur?"

Poppy mengedikkan bahunya. "Sayangnya, aku mendapatkan kenaikan jabatan tapi aku dipindahkan ke Perth." 

"Ya Tuhan, apa tidak ada pilihan lain?" 

Poppy menggelengkan kepala. "Aku tidak memiliki pilihan dan ini adalah kesempatanku satu-satunya." 

"Kau akan jauh dari keluargamu," desah Sunshine. 

"Mau bagaimana lagi?" 

"Kenapa kau tidak bekerja di perusahaan keluargamu?" 

Poppy menggeleng pelan. "Perusahaan keluargaku tidak bergerak di bidang properti." 

Sunshine menggigit bibirnya. "Keluargaku memiliki perusahaan di bidang properti, jika kau mau, aku bisa membantumu untuk masuk ke sana." 

Poppy merasa jika keberuntungan memang berada di pihaknya. Jessie mendorongnya ke dalam jurang, tetapi Sunshine justru mengulurkan tali ke dalam jurang untuk menyelamatkannya. 

Namun, ia tidak ingin memperlihatkan warna lain di depan Sunshine secara terang-terangan. "Aku akan mencoba beberapa bulan dulu di sana, jika di sana tidak cocok, mungkin aku memerlukan bantuanmu." 

"Kapan pun itu, aku akan membantumu." 

"Terima kasih, kau sahabatku yang paling baik," ucap Poppy. Berdehem pelan. "Bagaimana dengan pesta besok malam? Bisakah kau dan Lexy datang?" 

Tenggorokan Sunshine terasa kering, ia dengan lembut melepaskan tangannya yang masih terjalin dengan tangan Poppy. Ia mengambil gelas jusnya untuk membasahi kerongkongannya. "Lexy belum diizinkan keluar dari istana." 

"Bagaimana jika kita yang ke sana?" 

Gelas jus yang dipegang Sunshine nyaris tergelincir dari tangannya. "Yang Mulia tidak mengizinkan orang luar untuk menemui Lexy untuk sementara," ucapnya dengan perasaan gugup. 

"Apa kau tidak bisa membawa Lexy keluar dari istana diam-diam?" 

"Maafkan aku," desah Sunshine. 

"Sekali ini saja, aku ingin melihat kalian berdua untuk terakhir kali sebelum kita berpisah." Poppy menatap Sunshine penuh harap. 

Besok siang, Lexy palsu, Nick akan tampil bersamanya di rumah sakit. Tampil sekilas untuk mengelabuhi wartawan dan masyarakat. Raja mengatur akan memberitakan Lexy menjalani pemeriksaan ke rumah sakit. Meski Nick berada di Madrid, bukan berarti ia bebas meminta tolong kepada Nick untuk datang ke pesta yang dimaksudkan oleh Poppy.

Tidak sesederhana itu karena jika diamati benar-benar dari dekat perbedaan Lexy dan Nick akan terlihat. Lagi pula, ia tidak bisa membawa Nick pergi untuk menghadiri keperluan pribadi. Pesta perpisahan Poppy sama sekali di luar urusan Nick, dan yang pasti, Nick beristri. Ia tidak bisa seenaknya saja meminjam pria beristri untuk hadir ke pesta. 

"Aku tidak bisa membawa Lexy, karena...." Sunshine nyaris tergagap. "Siangnya Lexy akan menjalani pemeriksaan di rumah sakit, aku tidak yakin jika pemeriksaan akan berjalan cepat atau bisa juga ia kelelahan setelahnya karena sebenarnya keadaan Lexy tidak terlalu baik." 

Sunshine meremas telapak tangannya sendiri di bawah meja, berharap jika caranya bisa memukul mundur Poppy.

"Kalau begitu, aku akan menemani kalian ke rumah sakit." 

Penyesalan langsung menghantam Sunshine. Seharusnya ia melakukan kebohongan saja, bukan berkata setengah jujur yang sekarang malah membuat kerumitan yang lain. 

"Kau tahu, Yang Mulia ada di sana, penjagaan sangat ketat, aku dan Lexy tidak bisa mengobrol denganmu." Untungnya ia menemukan cara untuk menghindari Poppy dan berharap jika caranya berhasil.

"Sunny," ucap Poppy dengan nada dingin. "Aku selalu bersedia menemanimu di rumah sakit. Tapi, kali ini saja aku hanya ingin berkumpul dengan kalian dua sahabatku sebelum aku pergi ke Perth dan kau terus saja mencari-cari alasan."

Sunshine ternganga. Ia tidak menyangka Poppy emosi hanya karena ia hal seperti itu. Lagi pula bukankah Poppy sudah tahu bagaimana protokol penjagaan istana? Tidak semudah itu ia bisa bertemu dengan keluarga istana apa lagi posisinya di rumah sakit. 

"Poppy, tidak begitu...." 

"Apa setelah Lexy sadar kau tidak lagi memerlukan aku?" 

Sunshine sekali lagi tidak menyangka jika kata-kata itu terlontar dari mulut Poppy. "Poppy...." 

"Ya, aku tahu, kau tidak memerlukan bantuanku lagi karena calon suamimu itu telah kembali," ujar Poppy ketus. 

"B-bukan begitu... aku tidak bermaksud...." 

"Stop." Poppy bangkit dari duduknya. "Aku muak menjadi sahabatmu, kau selalu bersikap sok polos dan ada apa denganmu? Apa kau benar-benar bodoh? Lexy tidak menginginkanmu dan kau sanggup bertahun-tahun berpura-pura tidak tahu jika Lexy sebenarnya menolakmu?" 

Jantung Sunshine seperti tertikam belati. Tidak perlu Poppy mengatakan hal itu, sudah jelas jika ia memang tidak diinginkan oleh Lexy dari sikap dingin Lexy sejak mereka berada di bangku sekolah menengah atas. Ia juga tidak menginginkan perjodohan, ia ingin menjadi gadis biasa yang bisa memilih hidupnya sendiri.

Ia marah dan tersinggung dengan ucapan Poppy karena bagaimana pun ia hanya manusia biasa. Tetapi, sebagai gadis yang menerima pendidikan tata krama tingkat tinggi dan dipersiapkan untuk selalu tersenyum di depan semua orang, ia menyembunyikan emosinya. 

"Poppy, apa maksudmu?" 

Poppy kembali duduk dengan kasar. "Aku hanya meminta kau dan Lexy datang ke tempat tinggalku besok, itu saja. Tidak sulit tapi kau menolakku. Aku sedang tersinggung. Apa kau mengerti?" 

Sunshine memejamkan matanya. "Kecuali itu, aku akan melakukan apa saja untukmu. Aku tidak bisa melawan Yang Mulia." 

Poppy tersenyum. "Kalau begitu lepaskan Lexy." 

Kali ini dada Sunshine bukan lagi tertikam. Tetapi terbelah. Ucapan demi ucapan Poppy semakin tidak masuk akal.

"Asal kau tahu, Jessie menyingkirkanku dari negaraku sendiri," ujar Poppy sinis. "Jika bukan karena kau, aku tidak akan terusir dari Spanyol." 

"Aku akan berbicara dengan Jessie agar mencabut perintahnya. Tapi, tidak ada jaminan jika aku berhasil," ujar Sunshine datar. Kali ini ia tidak mampu lagi mempertahankan sikap manisnya.

"Kau tidak perlu melakukan hal yang sia-sia." Poppy kembali bangkit dari duduknya. Ia mengambil tasnya. "Aku muak dengan segala sikap lembut dan sopan santunmu itu. Dan kurasa Lexy juga muak padamu." 

Sunshine tersenyum tipis. "Terima kasih atas nasihatmu." 

"Aku tidak sedang menasihatimu, sayangnya kau salah menilai persahabatan palsu kita. Kau terlalu bodoh untuk menyadari jika selama ini, aku dan Lexy sebenarnya memiliki hubungan di belakangmu."

Sunshine tidak bergeming, ia membiarkan Poppy keluar dari restoran. Ia masih mematung di tempatnya hingga Mona menghampirinya dan mengajaknya meninggalkan tempat itu. 

Di dalam mobil, tangisnya tidak tertahankan. Eyeshadow berwarna hitam yang menghias matanya terkontaminasi air mata dan mengubah wajah cantiknya menjadi sangat mengerikan. Seharusnya, Poppy tidak perlu mempertegas jika Lexy tidak menginginkannya. 

Bersambung.... 

Jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan RATE!

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.

🍒

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Queen for the King   Epilogue

    Dua tahun telah berlalu setelah pernikahan mereka di Ainsa yang digelar dengan megah dan mewah, Lexy dan Sunshine menjalani rumah tangga yang manis meski terkadang terjadi pertengkaran kecil di antara mereka. Tetapi, itu mereka anggap hal lumrah karena setiap rumah tangga memiliki masalah sendiri."Suamiku, tolong ambilkan tali kekang León," seru Sunshine dari balik walk in closet-nya.Lexy yang sedang mencari ponsel di antara tumpukan buku-buku mengalihkan pandangannya dan memanjangkan lehernya berusaha melongok keberadaan istrinya yang seharusnya berada di atas tempat tidur. Tetapi, istrinya tidak lagi berada di sana. Sambil menggelengkan kepalanya, Lexy bangkit dari duduknya dan melangkah menuju arah suara."Amor, untuk apa kau mencari tali kekang León?" Lexy memandangi istrinya yang telah berdandan. "Kau berencana keluar?""Ya, aku ingin berjalan-jalan bersama León," sahutnya dengan acuh.Lexy mengerutka

  • Queen for the King   58. End

    Chapter 58EndTiga puluh dua Minggu Sunshine mengisi waktunya tanpa Lexy, rasanya waktu berjalan begitu lambat, ia bahkan memilih tinggal di kediaman orang tuanya karena enggan merasakan kesepiannya yang mendalam di tempat tinggal pribadinya. Rasa rindu ternyata sangat menyiksanya meskipun setiap hari mereka bertukar kabar melalui panggilan video. Justru setiap kali selesai melakukan panggilan video, rasa rindu semakin menderanya seolah ia harus menunggu seribu tahun lagi agar dapat kembali menyentuh Lexy.Namun, penantiannya hari ini seharusnya berakhir. Lexy dijadwalkan kembali dari Inggris dan ia tidak sabar untuk memeluk kekasihnya.Musim panas akan segera berakhir, tetapi cuaca masih cukup hangat dan pastinya mengenakan dress yang terbuat dari bahan tipis dan lembut adalah pilihan yang tepat. Dress sepanjang mata kaki tanpa lengan dan krah setinggi leher berwarna nude terlihat menawan di tubuh Sunshine.Ia keluar dari kamarnya dan mendapati ibu

  • Queen for the King   57. The King is Mine

    Chapter 57The King is MineLexy telah mahir meluncur di atas arena ice skating dan pria itu juga sering dengan sombongnya menunjukkan kepiawaiannya berakrobat kepada Sunshine yang membuat Sunshine kadang memekik karena merasa ngeri saat Lexy bermanuver seperti seorang profesional.Lexy memang dengan cepat menguasai teknik bermain ice skating dan semua itu tidak didapatkan dengan cara autodidak karena ia menyewa guru profesional untuk mengajarinya juga Sunshine.Lengan Lexy berada di pinggang ramping Sunshine, mereka meluncur dengan lembut dan dengan gerakan selaras mereka merentangkan satu kaki ke depan kemudian Sunshine mengangkat satu kakinya dan menumpukan berat badannya kepada Lexy yang mencondongkan tubuhnya dengan gerakan lentur ke arah belakang.Mereka meluncur membentuk lingkaran di tengah arena beberapa kali lalu Lexy menahan pinggul Sunshine yang dengan lembut berbalik ke menghadap ke arahnya dan mengangkat tubuh ringan Sunshine. Mem

  • Queen for the King   56. Can You Feel it?

    Chapter 56Can You Feel it?Dua Minggu kemudian.Poppy meraih gagang telepon yang ada di depannya dengan cara yang sangat tenang. Di depannya, Clara menatapnya dengan tatapan sinis juga meraih gagang telepon."Apa maumu?" tanya Clara dengan suara enggan dan terdengar berat.Poppy tersenyum mengejek. "Aku mengunjungi ibu angkatku, apa aku salah?""Jalang!" desis Clara."Jangan mengataiku karena kita sama," ucap Poppy dengan nada yang sinis.Clara menatap Poppy yang terhalang oleh sekat kaca dengan tatapan penuh kebencian. "Pergi kau dari sini!""Aku tidak akan berlama-lama di sini, aku hanya ingin memastikan keadaan Ibu angkatku. Kuharap kau tidak terancam hukuman mati karena telah merencanakan pembunuhan."Wajah Clara memarah dan dadanya bergerak naik turun karena amarah karena ucapan Poppy. Malam itu Clara memerintahkan Poppy mengangkat gelasnya untuk bersulang dengan Lexy sebagai aba-aba kepada pembunuh bayara

  • Queen for the King   55. Misunderstand

    Chapter 55MisunderstandSunshine ternganga atas apa yang dilakukan oleh Jessie. Apa lagi Beck, belum pernah dalam hidupnya di tampar oleh seorang gadis menggunakan bunga."Jessie, dia...." Sorot mata Sunshine memancarkan rasa iba kepada Beck. "Beck, maafkan Jessie, dia adalah adik Lexy."Darah Beck yang menggelegak oleh amarah seketika harus dikesampingkan, tetapi bukan berarti mereda. Gadis yang menurutnya tidak memiliki sopan santun itu ternyata merupakan adik Lexy, dan ia belum pernah melihatnya. Atau mungkin ia yang terlalu acuh pada dunia hingga ia tidak mengenali seluruh wajah anggota kerajaan di negaranya?Ia menjepit bunga yang dilemparkan Jessie ke dadanya menggunakan lengannya dan dengan gerakan santai mengusap wajah yang terkena tamparan buket bunganya dan bersyukur tidak ada duri yang melukai kulitnya.Beck menaikkan sebelah alis dan tersenyum miring. "Oh, jadi ini Tuan Putri? Senang sekali bisa bertemu dengan Tuan Putri yang sangat sopan."

  • Queen for the King   54. Our Baby

    Chapter 54Our Baby Vanilla menyerahkan bayi di dalam gendongannya kepada Lexy dan berujar, "Aku tidak ingin kau terlalu memanjakannya.""Aku tidak memanjakannya." Lexy menerima bayi yang diberi nama Marcello Knight. "Aku hanya terlalu antusias menyambut generasi Carloz."Vanilla menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Marcell benar-benar beruntung memiliki Paman yang sangat menyayanginya.""Dia beruntung memiliki Paman setampan aku, bukan begitu, Cariño?""Stop berbicara omong kosong, aku lebih tampan darimu," ucap Nick seraya membantu Vanilla melepaskan ikatan rambutnya kemudian dengan hati-hati mengikat rambut Vanilla.Vanilla tersenyum menyaksikan keakraban antara Nick dan Lexy. Batinnya bersorak puas karena akhirnya Nick mendapatkan keluarga kandungnya. Dimitri telah tersadar dan Nick mengunjungi Dimitri secara rutin. Suaminya juga dengan antusias menceritakan apa saja yang dibicarakan bersama Dimitri, tidak ada lagi nada enggan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status