Rayana mencari cari keberadaan Sekena, di loteng, di lantai 1 , lantai 2, kebun belakang tempat mereka berkebun untuk bertahan hidup dan bahkan taman bunga yang mereka rawat dengan sepenuh hati. Tidak ada satupun jejak anaknya. Kalaupun harus keluar, mereka hanya punya satu pintu utama di depan dimana pintu tersebut tertutup dari luar dan digembok. Tidak mungkin pula anaknya memanjat tembok tersebut .
"Demi Dewi Sang Penolong dimana keberadaan Selena?" Rayana yang panik mulai menangis juga. Kepada siapa dia harus meminta pertolongan? Rayana tidak habis pikir, tidak mungkin dia menggedor pintu depan paviliun itu untuk meminta pertolongan. Kadang kalau sudah seperti ini, dia ingin kabur dengan anaknya saja, meninggalkan sudut istana yang seperti penjara. Dunia luar dimana pun selama tidak disini mungkin akan baik baik saja. Rayana menangis sembari berdoa. *** Disisi lain Gideon setelah teman-temannya pulang, dia pergi menuju kediaman Ibunya sang Ratu. Ratu yang kala itu juga sedang menikmati waktu tea time nya bersama dengan para bangsawan pun akhirnya harus membubarkan perkumpulan ya "Ada apa gerangan yang membuatmu kemari?" Trisha, Sang Ratu menanyakan hal tersebut kepada Gideon. "Saya menemukan seorang anak perempuan dengan rambut pirang dan bermata biru." Deg... Trisha tidak menyangka bahwa anaknya akan menyebut ciri ciri anak pembantu tersebut dengan suaminya. "Jangan bercanda Gideon." " Saya tidak bercanda Ibu, anak anak yang lain juga melihatnya!" Mendengar penuturan anaknya bahwa anak anak yang lain juga melihatnya, Sang Ratu tampak sedikit terkejut. "Dimana kamu melihat anak tersebut?" "Di dalam perjalanan menuju patung Dewi Mose." Setelah kabar tersebut, Trisha harus segera bertindak . Dia mengirim kembali putranya. Dengan mengajak beberapa ksatria, Trisha akhirnya harus pergi ke paviliun untuk memeriksa kebenarannya. *** Rayana yang menangis di depan pintu gerbang luar yang terkunci itu pun kaget mendapati beberapa ksatria masuk, dibelakang mereka ada wanita nomor satu di kerajaan Goyard tersebut. Trisha sama terkejutnya bahwa perempuan tersebut berada di depan pintu dan menangis. "Dimana anakmu?" Rayana langsung cegukan karena kaget. Ini adalah kali pertama sejak 7 tahun yang lalu mereka bertemu kembali. Trisha terlihat cantik dengan dandanan rambut yang ditata, mengenakan pakaian mewah dan harum dari ujung kepala sampai ujung kakinya . Berbeda dengan Rayana yang semakin layu setiap harinya. Tanpa perawatan badannya mulai terlihat kusam. Kukunya menghitam karena setiap hari berkutat dengan kebun dan tanaman. rambutnya bahkan tidak tertata rapi. "Aku tanya sekali lagi, dimana anakmu!!" Pertanyaan sang ratu menyadarkan Rayana kembali . "Ampuni saya Yang Mulia ... anak saya hilang .... Hiks... tolong Yang Mulia.... cari anak saya..." Rayana mulai menangis dan memohon, dia bahkan bersujud dibawah. Mengkonfirmasi hal tersebut, Trisha mendadak menjadi sangat kesal. Rupanya yang di lihat anaknya itu benar adanya, kalau begitu dia pasti anak perempuan suaminya atau sudara tirinya. Rayana yang terus memohon mohon itu pun ditendang ketika akhirnya Trisha memutuskan untuk pergi membawa para ksatrianya. "Tolong Yang Mulia.... Hiks... Tolong Carikan anak saya! Saya tidak pernah merepotkan kalian... hanya sekali ini saja, tolong.... saya tidak bisa hidup tanpa dia hiks ...." Bagi Rayana, Selena adalah obat dirinya, matahari yang selalu menyinari hidupnya yang gelap. Dulu dia pikir bekerja di istana dengan gaji yang tinggi bisa merubah hidupnya, hingga sang raja mabuk dan dia tidak sengaja lewat dari pulang bekerja dan malah menjadi korban pelecehan dan sampai hamil. Hidupnya berubah seketika, apa yang dia idamkan di hidupnya tidak pernah tercapai . Dia benci wajah cantiknya. Yang membuat dirinya seperti berada di neraka. Hanya Selena lah yang hadir dalam hidupnya memberikan sedikit cahaya. Berkah Selena dia mencoba terus untuk bertahan hidup. Rayana akhirnya ditendang karena mencoba menghalangi jalannya ksatria, dia terjatuh dan kepalanya terbentur batu hingga berdarah. Rasa sakit itu sudah tidak dia rasakan kembali. Darah itu mulai keluar dan merembes hingga wajahnya. Kalau dipikir pikir dimana salahnya dia, yang berbuat salah adalah sang Raja tapi kenapa dia yang harus menderita dan dikucilkan. *** Hari sudah mulai menggelap. Selena masih berada dibawah patung sang Dewi. Dia tadi hanya terus berlari dan tanpa tahu harus kemana. "auuuuuuu....." lolongan serigala liar menggema seiring dengan gelapnya malam membuat Selena semakin takut. "Ibu aku takut...." Udara semakin dingin di malam hari. "Guk...gukk..." tiba tiba suara anjing juga mulai terdengar dan Selena mulai takut. "Ibu... tolong Selena ... Ibu...." Selena terus merapal kata tersebut dan memejamkan matanya. Semakin anjing tersebut semakin dekat dia semakin mengucapkan kalimat tersebut dengan cepat. "Ibu tolong Selena .. ibu tolong Selena." Diucapkan berulang ulang dan ... "Ketemu kau tikus kecil!" Seorang ksatria mencengkeram baju dipunggung Selena. Dia adalah ksatria yang diutus sang ratu untuk mencari anak tersebut. Tadinya sang ratu berpikir, akan bagus kalau anak tersebut dimakan hewan buas didalam hutan sana, tapi anaknya dan teman temannya sudah pernah melihat anak perempuan tersebut jadi akan sulit kalau ada rumor buruk keluar nantinya. Untuk mencegah hal tersebut dengan terpaksa dia menyuruh kesatria untuk mencari dan menemukan anak tersebut. "Aaaaaaaa..... " Selena berteriak "Diam!!" Suara ksatria tersebut berteriak. Selena yang takut akhirnya pun terdiam, anjing anjing yang menggonggong itu adalah anjing terlatih milik pasukan kerajaan. Tatapan anjing tersebut seakan lapar dan hendak memakannya. "Menyusahkan saja!" Kata seorang ksatria lainnya. Selena akhirnya diangkut seperti mainan di tangan ksatria tersebut untuk dibawa ke istana kembaliAula perjamuan tersebut dihias dengan megah, meski ogah, akhirnya Ratu Trisha akhirnya harus memperkenalkan anak haram suaminya itu. Dengan topeng penuh kasih sayang dia menciptakan produk seorang gadis cantik dan siap dijual. Selena memang cantik, rambut coklatnya berkilau berkat perawatan yang tepat, kulitnya putih bening seperti kaca. tampilannya memukau sehingga banyak menyita perhatian para bangsawan. melihat auntiasme mereka kepada Selena, Trisha yakin bahwa kali ini Dipa pasti akan berhasil. Dalam balutan gaun yang berat, Selena berdansa dengan banyak pemuda. Dia juga harus terpaksa tersenyum untuk menyenangkan mereka. Kadang kadang tatapan mereka sangat mesum, mengingat Selena punya badan yang cukup padat, utamanya di area dada. Trisha puas melihat boneka yang dia buat sangat berguna, para bangsawan bangsawan itu pasti akan menawar mahal putri satu satunya kerajaan Goyard . Sayangnya nasib Selena sudah ditentukan. Dia hanya akan disandingkan dengan Adipati Utara. Ra
Berhari hari dijalani Selena dengan penuh keras. selain pelajaran Viscountess, Selena juga menerima pelajaran menulis dan membaca, pelajaran membuat puisi dan masih banyak lainnya. Dia juga diajarkan untuk menunggang kuda dan berlatih memanah dasar untuk kebutuhan bersosialisasi. Sungguh hari hari yang amat sangat berat. Dia hampir kehabisan tenaganya setiap hari, fisiknya telah terkuras dan kekerasan verbal tetap saja diterimanya. "Mau belajar sampai tua pun statusmu tidak akan berubah." Benar, status anak haram tetaplah akan terus melekat pada diri Selena, tapi itu juga bukan kemauannya. "Cih!....kenapa harus belajar kalau tugasku hanya akan melayani di kasur saja!" Selana tetap diam, tidak menghiraukan omongan mereka semua. Dia benar benar menutup telinga dan mulutnya rapat rapat. Berkat itu semua orang yang mengenal Selana menjulukinya sebagai wanita es. Seolah semua rasa yang ada pada dirinya telah menghilang. Di saat malam datang , sunyi dan sepi Selena merasakan kepedih
Viscountess Tatiana, seorang janda yang ditinggal suaminya meninggal di Medan perang, terkenal dengan didikannya . Maka Dia pun dipilih menjadi guru etiket bagi Selena. Sejujurnya, harga diri Viscountess sedikit terluka, dia tidak pernah mau mengajari anak haram sebagai muridnya, tapi karena diminta langsung oleh sang ratu, maka mau tidak mau dia harus menjalankan tugasnya. Dalam ruang belajar, Selena yang ditinggal sendiri bersama dengan Viscountess pun menjalani pelajaran pertamanya. Mata kebencian itu langsung dirasakan oleh Selena. "Biasanya para Lady akan memulai etiketnya sejak dini, tapi yahh.... anak sah pasti berbeda dengan anak haram bukan?" Nadanya penuh dengan sarkastik menghina Selena. Tapi Selena sudah tidak bisa merasakan sakit hati lagi. Baginya perkataan itu tidak bisa melubangi hatinya . Kata kata tajam itu tidak bisa menjadi pedang dan membelah tubuh Selena. Selama Ibunya baik baik saja, dia bisa menerima perlakuan buruk apapun. Viscountess semakin mar
Selena dibawa ke sebuah kamar yang cukup mewah. Sang Ratu telah memutuskan bahwa dia akan menjerat wilayah Utara dengan ikrar pernikahan. Untuk mewujudkan hal tersebut, dia harus membuat dombanya siap. Memberikan pelatihan etiket bangsawan adalah hal yang utama. Gadis yang tidak pernah diberi pendidikan pastilah akan susah mengejar ketertinggalannya . Mengingat tahun ini dia akan berusia 16 tahun, hanya butuh waktu setahun sampai dia mencapai usia legal dan menikah. Di hari pertama Selena menangis seharian. Kemudian, dia didatangi seorang dayang. Dia tidak membenci Selena dan hanya memberikan sedikit nasehat agar dia bisa bertindak. "Nasib kita kadang tidak hanya ditentukan oleh para Dewi atau pun Dewa. Sebagai manusia kita juga bisa bertindak. Memang terdengar tidak adil bagimu, tapi kalau kamu menyayangi Ibumu, jangan menjadi orang yang akan dibenci oleh orang yang bisa menentukan takdir kalian berdua." Setelah mendengarkan nasihat tersebut, Selena merenung dan menghentikan t
Hiruk pikuk pasar yang ramai adalah rutinitas harian. Disana semua aroma melebur menjadi satu. Dari bau ikan mentah, ikan matang, bau sayuran dan buah, bau aroma kie yang harum sampai bau keringat para pedagang. Rayana meras terpana melihat semua ini. Matanya berbinar binar, sungguh dia ingin sekali menangis melihat semua ini. Selama lebih dari 16 tahun, dia hidup bagai orang yang telah dilupakan oleh dunia. Jika ingin berdebat soal takdir, dia ingin menjadi orang pertama yang mundur. baginya kehidupannya telah diatur sedemikian rupa. Menjadi orang terasing satu sama lain. Hanya Selena penghiburan nya. Selena kini juga tidak terlalu kurus. Dia sepertinya mendapatkan banyak teman disini. Dia berteman dengan pedagang kue dan roti, juga ada beberapa pedagang sayur. Rupanya anaknya telah beradaptasi dengan sangat baik di lingkungan tersebut. Memang Rayana selalu banyak berjemur di paviliun tersebut, tapi entah mengapa rasanya udara matahari di pasar tersebut jauh lebih hangat, men
Rutinitas Selena adalah bangun pagi pagi sekali untuk ke pasar. Dia beberapa kali mengunjungi sang tabib . Untungnya tabib yang sudah berusia 63 tahun tersebut baik hati. Dia bahkan mengenalkan pedagang sayuran yang mau membeli sayur Selena, berkat itu dia bisa punya uang dan bahkan bisa membeli ikan. Selena sangat senang sekali . Untuk pertama kalinya dia mungkin akan makan ikan. Selain membeli ikan, dia juga bertanya kepada orang bagaimana cara mengolah ikan. Selena menjadi pandai berkomunikasi. Sesekali dia membantu tabib dan menjadi asistennya. Selena terampil dan cekatan. Dia juga punya bakat mengenali herba liar lewat aroma dan bentuknya . Namun Selena masih merahasiakan identitas nya. Dimana dia tinggal dan informasi pribadi lainnya . karena dia periang banyak orang orang di pasar yang menyukainya. Tabib tersebut juga punya 2 orang murid yang masih muda, mereka setahun dan dua tahun lebih tua dari Selena. Awalnya mereka risih melihat Selena, anak yang tidak tau asal usulnya s