Share

Bab 4

Penulis: Peri_bumi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 09:11:58

Bug, anak perempuan itu lemparkan ke lantai seakan tidak berharga.

Para ksatria itu tahu bahwa tidak akan ada yang perduli jika anak tersebut disakiti. Status keluarga kerajaan itu hanyalah sematan nama belaka.

Untungnya anak ini cepat ditemukan sehingga para ksatria tidak akan terlalu masuk dan menyisir hutan jauh lebih dalam.

Tak lama kemudian sang ratu datang. Trisha dengan balutan gaun yang anggun datang melihat kondisi anak tersebut. Persis seperti yang digambarkan Gideon anaknya. Rambut emak dan mata biru terang. Akan memukau kalau anak tersebut dirawat dengan baik, tapi kulit tinggal tulang dan rambut acak acak adalah pemandangan lain. Jelas jelas anak tersebut kekurangan gizi, tak ada bedanya dengan gembel atau pengemis jalanan. Bajunya compang camping, pasti itu baju Ibunya yang dipermak dan dijahit kembali oleh Ibunya. Sama sekali tidak mencerminkan sebagai seorang keturunan raja saat ini.

Selena yang ada dilantai ketakutan, dia tak memiliki cukup tenaga karena tidak makan seharian, bahkan dengan perlakuan buruk para ksatria membuat badannya sakit karena terus banting ke lantai saat menurunkannya.

Trisha memang sakit hati dengan suaminya atas kejadian tersebut, makanya dia selalu mendinginkan suaminya. Tapi kemudian memasang wajah malaikatnya seolah tidak terjadi apa apa.

Pembantu itu layak mendapatkan perlakuan terburuk di dunia ini. Memberikannya kehidupan dengan membiarkannya hidup adalah pengampunan dari sang Ratu.

"Bawa dia kepada Ibunya!"

Atas perintah sang ratu, para prajurit itu membawa Selena ke paviluan belakang.

Rayana, Sang Ibu masih menangis di depan pintu, kalau saja dia boleh keluar pasti dia akan mencari anaknya sendiri, tapi dia pun dikurung dalam rumah berbentuk paviliun.

Mendengar kunci gerbang paviliun dibuka, dia akhirnya menemukan anaknya dibawa kembali kepadanya.

"Dengar, kalau anakmu keluar lagi darisini, Ratu tidak akan membiarkan dia hidup lagi!"

"Baik...baik... saya mengerti."

Rayana memeluk Selena yang pingsan, badannya demam karena terkejut dan ketakutan.

Badannya mengeluarkan keringat dingin, bibirnya pucat. Rayana tak tega melihatnya.

Dengan pengetahuan basicnya yang dulu hidup di desa, dia menumbuk obat-obatan herba untuk menurunkan demam anaknya. Sesekali dia menyuapinya minuman dengan sendok agar dia tidak dehidrasi.

"Cepat sembuh ya nak...." Rayana mengucapkan hal tersebut sembari menangis.

Sehari, dua hari, demam Selena tak kunjung reda.

"Tolong ya Dewi.... sembuhkan anakku!" Rayana hanya berharap demikian. Kalau saja bisa, dia ingin dia saja yang sakit, tapi kondisi Selena tak kunjung membaik. Hidup diluar mungkin lebih baik, itulah yang dia pikirkan kembali. Setidaknya diluar sana, dia bisa membawanya ke dokter untuk memperoleh obat yang lebih tepat dan lebih baik.

Rayana sendiri sudah kelelahan karena kurang tidur.

Seminggu kemudian, barulah Selena memberikan tanda tanda yang lebih baik.

"Ibu...."

Rayana yang tidur disamping anaknya itupun langsung bangun.

"syukurlah kamu sadar Lena..." Ibunya menangis dan memeluk Selena.

Rayana memasak bubur jagung yang dicampur sayuran untuk mereka makan.

Selena diberi tahu Ibunya bahwa dia harus makan agar sembuh.

"Maaf ya Ibu...."

Rayana mengusap kepala anaknya. "Hanya saja.... jangan ulangi lagi dan jangan pergi dari hidup Ibu...."

"Selena... Ibu juga tidak punya siapa siapa selain Selena, jadi tolong jangan tinggalkan Ibu ya nak."

Selena mengangguk. Rayana kemudian memeluk anaknya.

"Sekarang habiskan makanannya ya. Biar cepet sembuh. Oke!"

Selena kembali mengangguk.

Itu adalah ingatan di umur 7 tahun Selena.

Dulu dia mempertanyakan kehidupan di luar sana, tetapi sekarang ini dia bahkan dia punya phobia bertemu dengan orang asing. Selena menganggap mereka semua jahat. Ibunya lah satu satunya orang yang baik hati di dunia ini, menerimanya tanpa syarat.

Ibunya lah yang menjadi guru bagi Selena. Baik itu untuk bertahan hidup dengan menanam, memasak dan lain lain. Dia juga mengajarinya banyak hal dengan gambar di tanah sebagai medianya. Karena Ibunya dulu hanya pelayan, jadi dia tidak bisa mengajarinya tatakrama layaknya seorang bangsawan. Rayana meminta maaf untuk itu.

"Untuk apa Ibu, kita hanya akan hidup berdua disini selamanya bukan?" Sahut Selena di usianya yang ke 15 tahun.

Di usia ini, Selena mulai memancarkan kecantikannya, meskipun dengan badan yang kurus kering. Tapi tetap saja tak mengurangi kecantikannya.

Mereka selalu mendukung satu sama lain, menjadi pelengkap hidup. Rayana tidak bisa hidup tanpa Selena, dan Selena yang selalu mengandalkan Ibunya.

Itu adalah hal umum mengingat mereka sudah hidup seperti itu selama 15 tahun ini. Mereka hidup tanpa tahu apa yang sedang terjadi diluar sana, situasi dan kondisi. Hiruk pikuk kehidupan di kota bahkan di dalam istana. Kemewahan dan keributan, tak pernah mereka rasakan.

Mereka hidup damai di dalam penjara bernama paviluan. Mereka tak tahu bahwa mungkin saja akan ada badai yang menerpa mereka.

Rayana tiba tiba saja sakit, batuk sudah lebih dari dua Minggu. Awalnya mereka mengira itu batuk biasa saja, tapi siapa sangka kalau batuknya tak kunjung reda, aneka herba sudah mereka coba. Dengan batuk tersebut, Rayana semakin kurus. Kecantikannya luntur dimakan usia.

Selena lah yang merawat Ibunya sepenuh hati. Ibu, pasti akan sembuh. Itu adalah harapan Selena dan Rayana tentu saja. Untuk kedua kalinya Selena menangis setelah insiden 7 tahun yang lalu.

Dia tidak pernah berharap banyak dengan Dewa atau Dewi, tapi untuk kali ini, dia memohon agar Ibunya diberikan kesembuhan.

Selena yang terus mengupayakan Ibunya itupun tak kunjung sembuh dan semakin memburuk saja setiap harinya

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Queen of Revenge    Bab 11

    Aula perjamuan tersebut dihias dengan megah, meski ogah, akhirnya Ratu Trisha akhirnya harus memperkenalkan anak haram suaminya itu. Dengan topeng penuh kasih sayang dia menciptakan produk seorang gadis cantik dan siap dijual. Selena memang cantik, rambut coklatnya berkilau berkat perawatan yang tepat, kulitnya putih bening seperti kaca. tampilannya memukau sehingga banyak menyita perhatian para bangsawan. melihat auntiasme mereka kepada Selena, Trisha yakin bahwa kali ini Dipa pasti akan berhasil. Dalam balutan gaun yang berat, Selena berdansa dengan banyak pemuda. Dia juga harus terpaksa tersenyum untuk menyenangkan mereka. Kadang kadang tatapan mereka sangat mesum, mengingat Selena punya badan yang cukup padat, utamanya di area dada. Trisha puas melihat boneka yang dia buat sangat berguna, para bangsawan bangsawan itu pasti akan menawar mahal putri satu satunya kerajaan Goyard . Sayangnya nasib Selena sudah ditentukan. Dia hanya akan disandingkan dengan Adipati Utara. Ra

  • Queen of Revenge    Bab 10

    Berhari hari dijalani Selena dengan penuh keras. selain pelajaran Viscountess, Selena juga menerima pelajaran menulis dan membaca, pelajaran membuat puisi dan masih banyak lainnya. Dia juga diajarkan untuk menunggang kuda dan berlatih memanah dasar untuk kebutuhan bersosialisasi. Sungguh hari hari yang amat sangat berat. Dia hampir kehabisan tenaganya setiap hari, fisiknya telah terkuras dan kekerasan verbal tetap saja diterimanya. "Mau belajar sampai tua pun statusmu tidak akan berubah." Benar, status anak haram tetaplah akan terus melekat pada diri Selena, tapi itu juga bukan kemauannya. "Cih!....kenapa harus belajar kalau tugasku hanya akan melayani di kasur saja!" Selana tetap diam, tidak menghiraukan omongan mereka semua. Dia benar benar menutup telinga dan mulutnya rapat rapat. Berkat itu semua orang yang mengenal Selana menjulukinya sebagai wanita es. Seolah semua rasa yang ada pada dirinya telah menghilang. Di saat malam datang , sunyi dan sepi Selena merasakan kepedih

  • Queen of Revenge    Bab 9

    Viscountess Tatiana, seorang janda yang ditinggal suaminya meninggal di Medan perang, terkenal dengan didikannya . Maka Dia pun dipilih menjadi guru etiket bagi Selena. Sejujurnya, harga diri Viscountess sedikit terluka, dia tidak pernah mau mengajari anak haram sebagai muridnya, tapi karena diminta langsung oleh sang ratu, maka mau tidak mau dia harus menjalankan tugasnya. Dalam ruang belajar, Selena yang ditinggal sendiri bersama dengan Viscountess pun menjalani pelajaran pertamanya. Mata kebencian itu langsung dirasakan oleh Selena. "Biasanya para Lady akan memulai etiketnya sejak dini, tapi yahh.... anak sah pasti berbeda dengan anak haram bukan?" Nadanya penuh dengan sarkastik menghina Selena. Tapi Selena sudah tidak bisa merasakan sakit hati lagi. Baginya perkataan itu tidak bisa melubangi hatinya . Kata kata tajam itu tidak bisa menjadi pedang dan membelah tubuh Selena. Selama Ibunya baik baik saja, dia bisa menerima perlakuan buruk apapun. Viscountess semakin mar

  • Queen of Revenge    Bab 8

    Selena dibawa ke sebuah kamar yang cukup mewah. Sang Ratu telah memutuskan bahwa dia akan menjerat wilayah Utara dengan ikrar pernikahan. Untuk mewujudkan hal tersebut, dia harus membuat dombanya siap. Memberikan pelatihan etiket bangsawan adalah hal yang utama. Gadis yang tidak pernah diberi pendidikan pastilah akan susah mengejar ketertinggalannya . Mengingat tahun ini dia akan berusia 16 tahun, hanya butuh waktu setahun sampai dia mencapai usia legal dan menikah. Di hari pertama Selena menangis seharian. Kemudian, dia didatangi seorang dayang. Dia tidak membenci Selena dan hanya memberikan sedikit nasehat agar dia bisa bertindak. "Nasib kita kadang tidak hanya ditentukan oleh para Dewi atau pun Dewa. Sebagai manusia kita juga bisa bertindak. Memang terdengar tidak adil bagimu, tapi kalau kamu menyayangi Ibumu, jangan menjadi orang yang akan dibenci oleh orang yang bisa menentukan takdir kalian berdua." Setelah mendengarkan nasihat tersebut, Selena merenung dan menghentikan t

  • Queen of Revenge    bab 7

    Hiruk pikuk pasar yang ramai adalah rutinitas harian. Disana semua aroma melebur menjadi satu. Dari bau ikan mentah, ikan matang, bau sayuran dan buah, bau aroma kie yang harum sampai bau keringat para pedagang. Rayana meras terpana melihat semua ini. Matanya berbinar binar, sungguh dia ingin sekali menangis melihat semua ini. Selama lebih dari 16 tahun, dia hidup bagai orang yang telah dilupakan oleh dunia. Jika ingin berdebat soal takdir, dia ingin menjadi orang pertama yang mundur. baginya kehidupannya telah diatur sedemikian rupa. Menjadi orang terasing satu sama lain. Hanya Selena penghiburan nya. Selena kini juga tidak terlalu kurus. Dia sepertinya mendapatkan banyak teman disini. Dia berteman dengan pedagang kue dan roti, juga ada beberapa pedagang sayur. Rupanya anaknya telah beradaptasi dengan sangat baik di lingkungan tersebut. Memang Rayana selalu banyak berjemur di paviliun tersebut, tapi entah mengapa rasanya udara matahari di pasar tersebut jauh lebih hangat, men

  • Queen of Revenge    Bab 6

    Rutinitas Selena adalah bangun pagi pagi sekali untuk ke pasar. Dia beberapa kali mengunjungi sang tabib . Untungnya tabib yang sudah berusia 63 tahun tersebut baik hati. Dia bahkan mengenalkan pedagang sayuran yang mau membeli sayur Selena, berkat itu dia bisa punya uang dan bahkan bisa membeli ikan. Selena sangat senang sekali . Untuk pertama kalinya dia mungkin akan makan ikan. Selain membeli ikan, dia juga bertanya kepada orang bagaimana cara mengolah ikan. Selena menjadi pandai berkomunikasi. Sesekali dia membantu tabib dan menjadi asistennya. Selena terampil dan cekatan. Dia juga punya bakat mengenali herba liar lewat aroma dan bentuknya . Namun Selena masih merahasiakan identitas nya. Dimana dia tinggal dan informasi pribadi lainnya . karena dia periang banyak orang orang di pasar yang menyukainya. Tabib tersebut juga punya 2 orang murid yang masih muda, mereka setahun dan dua tahun lebih tua dari Selena. Awalnya mereka risih melihat Selena, anak yang tidak tau asal usulnya s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status