Karena sudah sebulan sejak Ibunya sakit batuk, Selena kembali ke tembok samping rumah, dia kembali memandangi semak belukar yang tumbuh subur disana. Disana lah awal mula tragedi 8 tahun yang lalu. Lalu dia harus bagaimana? Dia ingin menolong Ibunya. Satu satunya orang yang tersisa di dunia. Tapi dia tidak tahu cara kerja dunia luar sana. Ibunya berkata bahwa di luar banyak orang hidup dengan berbagi profesi. Ada yang berdagang, berdagang pun banyak macamnya, menjual bunga, kue, makanan, baju, perkakas hingga menjual jasa. Lalu ada yang berprofesi sebagai dokter untuk menyembuhkan orang. Dari sanalah Selena berpikir untuk pergi ke dokter. Tapi Ibunya pernah berkata bahwa di luar sana, segala hal tidak gratis, artinya, jika menginginkan makanan maka dia harus membayar, begitu dengan berobat, dia juga harus membayar jasa sang dokter dan membayar tagihan obatnya.
Selena tidak punya uang sama sekali, tapi dia punya hasil sayur dari berkebun. Tanah di paviluan yang kosong mereka sulap menjadi ladang sayur yang tumbuh subur. Bunga bunga yang mereka rawat selalu tumbuh dengan segar juga. Jadi Selena bergegas memetik bunga dan sayur. masalahnya adalah dia tidak tahu harus pergi kemana setelah keluar dari tembok tersebut. Dia tidak tahu jalan sama sekali. Selena kembali menggali lubang 8 tahun yang lalu dengan penuh tekad. Setelah selesai menggali lubang tersebut, dia keluar dan menyeret sekeranjang sayurannya. Hal pertama yang Selena lihat adalah pohon, dia perlu memanjat pohon yang tinggi agar bisa melihat situasi dimana dia berada dan dimana letak keramaian atau kepadatan penduduk ada. Instingnya berkata demikian. Turun juga memerlukan tenaga ektra, makanya waktu sampai dibawah dia istirahat sejenak. Kaki dan tangannya rasa kebas dan lelah . Tapi Selena tidak bisa berpangku tangan dan berdiam diri, semakin lama dia beristirahat semakin lama pula dia akan kehabisan waktu . Dia membaca arah angin dan letak cahaya matahari. Dia mulai berjalan. Dia sendiri tidak yakin apakah dia bisa menemukan pemukiman mengingat tempat dia tinggal adalah pojokan Istiana paling belakang. Kakinya lincah dalam berjalan cepat, Meski tangannya lecet akibat memanjat pohon tapi Selena tidak perduli , sampai akhirnya dia sampai di sebuah ladang milik warga. Disana ada pondokan kecil. Selena mampir kesana untuk meminta minum. Sayangnya pondokan tersebut kosong, tapi kasih ada persediaan makanan dan minuman . Selena menimba air sumur yang ada disana untuk dia minum. Dia telah menandai juga jalan yang sudah dia lewati. Selena sudah berjalan selama satu jam. Tubuhnya tentu saja sangat lelah. Di jalan dia menemukan buah beri berian hutan yang bisa dia makan. Tapi dia sudah bertekad, semakin lama dia beristirahat semakin lama pula dia meninggalkan Ibunya. Sampai akhirnya dia berjalan lagi dan menemukan sebuah rumah, disana dia bertemu seorang Ibu Ibu, dia memperhatikan anak perempuan tersebut dengan tatapan aneh, cantik tapi dia tentu saja kusam dan terlihat seperti gembel, karena kasian dia memberikan baju dirinya yang sudah tidak muat untuknya . Kebaikan hati random yang dia temui kali ini. Selena berusaha menolak, tapi sang Ibu terus memaksa, lagipula baju Selena memang sudah kekecilan. Dia mengucapkan banyak terimakasih. Selena banyak bertanya pada Ibu itu, bagaimana caranya menjual bahan bahan yang sudah Selena bawa, buah dan sayuran dengan kualitas yang bagus, meskipun beberapa sayuran sudah layu. Sang Ibu itu berkata bahwa dia harus kepasar. Selena juga menanyakan dimana letak pasar tersebut. Selena menutupi rambutnya dengan ikat tutup kepala. Dia takut kejadian masa lalu akan terulang kembali. Setibanya di pasar dia mulai menawarkan barang bawaannya. Tidak ada orang yang meliriknya. Dunia luar ternyata memang sekejam ini. Kalau dia tidak mendapatkan uang, bagaimana dia akan membeli obat untuk sang Ibu. Dia kemudian mondar mandir, menuju toko herbal yang menjual rimpang bahan obat obatan. Selena mengenal semua bahan tersebut masalahnya adalah bagaimana dia bisa meracik dengan takaran yang pas. Dia kemudian masuk ke toko tersebut dan mengamati bagaimana tabib tersebut meracik obat obatan. Setelah satu jam mengamati, Selena akhirnya berani mengambil inisiatif untuk bertanya. "Permisi...." Tabib tersebut juga sudah mengamati Selena rupanya. "Ibu saya sakit dan saya tidak punya uang, tapi saya mengenali tanaman tanaman yang ada di depan sana." Selena menuntuk ke arah rimpang dan daun yang digerombol kan berdasarkan kelompok kegunaan. "Bisakah anda memberi tahu saya resep obat tersebut...." Sang tabib diam saja. "Kalau anda mau saya bisa menukar barang yang saya bawa dengan resep yang akan berikan." Selena menunjukkan sayuran yang dia bawa. Diantaranya ada daun mint segar dan lebar lebar daunnya. Sang tabib belum pernah melihat daun mint sesegar ini. "Darimana kamu mendapat ini?" "Saya menanamnya sendiri." "....?" hm... sang tabib masih berpikir . "Seperti apa gejala sakit yang di derita Ibumu?" Selena mulai bercerita. "Batuk yang tidak kunjung sembuh, Bahkan sekarang batuk mengeluarkan dahak darah. Badannya menjadi kurus kering. Bibirnya kering dan pecah pecah. Nafsu makannya tidak ada. Dia juga lemas dan pusing." Sang tabib merasa prihatin, sepertinya Ibunya telah memborong semua jenis penyakit. "Takutnya itu Flu tulang...." Baru baru ini nama penyakit tersebut muncul , gejalanya hampir semua yang dikatakan oleh Selena. "Pertama kita perlu membuat Ibumu mau makan agar badannya sedikit fit, jadi gunakan ini... dan ini..." Sang tabib menunjukkan rimpang rimpangan yang ada di depannya. Dia juga memberikan gambaran bagaimana cara penyajiannya. "Terimakasih banyak ....." Ucap Selena penuh syukur. Dia tidak menyangka kalau dia akan mendapatkan banyak Ilmu dari Sang tabib. Selena bergegas pulang. Dia bahkan sedikit berlari. Untungnya dia mengingat jalan yang dia lalui, Tak sampai 2 jam dia sudah kembali ke hutan dan menemukan lubang galian yang dia gali. Sampai disana dia mulai merebus rimpang obat yang sudah tabib tersebut katakan. Ibunya ternyata terkena demam, keringat dingin keluar kembali. Selena dengan sabar mengelap keringat dan mengganti baju Ibunya agar tidak kedinginan. Dia juga membakar perapian meski musim tersebut adalah musim panas. Dia juga menyuapinya sesendok demi sesendok jamu yang masih hangat ke dalam kerongkongan Ibunya. Agar makannya mudah dicerna, dia membuat bubur pisang. Untungnya Ibunya juga bertekad sembuh sehingga dia mau makan. Setelah makan dan meminum jamu, Ibunya tertidur dengan tenang. Selena bisa tersenyum, dia bersyukur bahwa Ibunya mau makan . "Semoga keadaannya besok semakin membaik." Selena kelelahan dan Ikut tertidur di samping Ibunya *** Di luar tempat tinggal Selena, Istana sangat berisik sekali. Itu karena posisi Gideon yang semakin lama semakin merosot. Berbeda dengan Ibunya yang bekerja keras untuk tahta dan kerajaan. Gideon tumbuh menjadi orang yang menggampangkan segala urusan. Hal ini menjadi bumerang untuknya. Bahkan dia sering di banding-bandingkan dengan Duka Marshal yang Dua tahun lebih tua dari dirinya. Dia berprestasi dan menjadi Jendral yang selalu memenangkan pertempuran. Akibat hal tersebut reputasi Duke menjadi meroket. Ratu gusar, mungkin rakyatnya itu akan mendukung Duke untuk memimpin kerajaan ini nantinya . Ratu kesal, karena sifat anaknya itu sama halnya dengan sifat ayahnya. Sama sama tidak pecus. Kemudian dia mulai punya rencana, bagaimana caranya mengekang Duke dan meredam citranya di masyarakat.Aula perjamuan tersebut dihias dengan megah, meski ogah, akhirnya Ratu Trisha akhirnya harus memperkenalkan anak haram suaminya itu. Dengan topeng penuh kasih sayang dia menciptakan produk seorang gadis cantik dan siap dijual. Selena memang cantik, rambut coklatnya berkilau berkat perawatan yang tepat, kulitnya putih bening seperti kaca. tampilannya memukau sehingga banyak menyita perhatian para bangsawan. melihat auntiasme mereka kepada Selena, Trisha yakin bahwa kali ini Dipa pasti akan berhasil. Dalam balutan gaun yang berat, Selena berdansa dengan banyak pemuda. Dia juga harus terpaksa tersenyum untuk menyenangkan mereka. Kadang kadang tatapan mereka sangat mesum, mengingat Selena punya badan yang cukup padat, utamanya di area dada. Trisha puas melihat boneka yang dia buat sangat berguna, para bangsawan bangsawan itu pasti akan menawar mahal putri satu satunya kerajaan Goyard . Sayangnya nasib Selena sudah ditentukan. Dia hanya akan disandingkan dengan Adipati Utara. Ra
Berhari hari dijalani Selena dengan penuh keras. selain pelajaran Viscountess, Selena juga menerima pelajaran menulis dan membaca, pelajaran membuat puisi dan masih banyak lainnya. Dia juga diajarkan untuk menunggang kuda dan berlatih memanah dasar untuk kebutuhan bersosialisasi. Sungguh hari hari yang amat sangat berat. Dia hampir kehabisan tenaganya setiap hari, fisiknya telah terkuras dan kekerasan verbal tetap saja diterimanya. "Mau belajar sampai tua pun statusmu tidak akan berubah." Benar, status anak haram tetaplah akan terus melekat pada diri Selena, tapi itu juga bukan kemauannya. "Cih!....kenapa harus belajar kalau tugasku hanya akan melayani di kasur saja!" Selana tetap diam, tidak menghiraukan omongan mereka semua. Dia benar benar menutup telinga dan mulutnya rapat rapat. Berkat itu semua orang yang mengenal Selana menjulukinya sebagai wanita es. Seolah semua rasa yang ada pada dirinya telah menghilang. Di saat malam datang , sunyi dan sepi Selena merasakan kepedih
Viscountess Tatiana, seorang janda yang ditinggal suaminya meninggal di Medan perang, terkenal dengan didikannya . Maka Dia pun dipilih menjadi guru etiket bagi Selena. Sejujurnya, harga diri Viscountess sedikit terluka, dia tidak pernah mau mengajari anak haram sebagai muridnya, tapi karena diminta langsung oleh sang ratu, maka mau tidak mau dia harus menjalankan tugasnya. Dalam ruang belajar, Selena yang ditinggal sendiri bersama dengan Viscountess pun menjalani pelajaran pertamanya. Mata kebencian itu langsung dirasakan oleh Selena. "Biasanya para Lady akan memulai etiketnya sejak dini, tapi yahh.... anak sah pasti berbeda dengan anak haram bukan?" Nadanya penuh dengan sarkastik menghina Selena. Tapi Selena sudah tidak bisa merasakan sakit hati lagi. Baginya perkataan itu tidak bisa melubangi hatinya . Kata kata tajam itu tidak bisa menjadi pedang dan membelah tubuh Selena. Selama Ibunya baik baik saja, dia bisa menerima perlakuan buruk apapun. Viscountess semakin mar
Selena dibawa ke sebuah kamar yang cukup mewah. Sang Ratu telah memutuskan bahwa dia akan menjerat wilayah Utara dengan ikrar pernikahan. Untuk mewujudkan hal tersebut, dia harus membuat dombanya siap. Memberikan pelatihan etiket bangsawan adalah hal yang utama. Gadis yang tidak pernah diberi pendidikan pastilah akan susah mengejar ketertinggalannya . Mengingat tahun ini dia akan berusia 16 tahun, hanya butuh waktu setahun sampai dia mencapai usia legal dan menikah. Di hari pertama Selena menangis seharian. Kemudian, dia didatangi seorang dayang. Dia tidak membenci Selena dan hanya memberikan sedikit nasehat agar dia bisa bertindak. "Nasib kita kadang tidak hanya ditentukan oleh para Dewi atau pun Dewa. Sebagai manusia kita juga bisa bertindak. Memang terdengar tidak adil bagimu, tapi kalau kamu menyayangi Ibumu, jangan menjadi orang yang akan dibenci oleh orang yang bisa menentukan takdir kalian berdua." Setelah mendengarkan nasihat tersebut, Selena merenung dan menghentikan t
Hiruk pikuk pasar yang ramai adalah rutinitas harian. Disana semua aroma melebur menjadi satu. Dari bau ikan mentah, ikan matang, bau sayuran dan buah, bau aroma kie yang harum sampai bau keringat para pedagang. Rayana meras terpana melihat semua ini. Matanya berbinar binar, sungguh dia ingin sekali menangis melihat semua ini. Selama lebih dari 16 tahun, dia hidup bagai orang yang telah dilupakan oleh dunia. Jika ingin berdebat soal takdir, dia ingin menjadi orang pertama yang mundur. baginya kehidupannya telah diatur sedemikian rupa. Menjadi orang terasing satu sama lain. Hanya Selena penghiburan nya. Selena kini juga tidak terlalu kurus. Dia sepertinya mendapatkan banyak teman disini. Dia berteman dengan pedagang kue dan roti, juga ada beberapa pedagang sayur. Rupanya anaknya telah beradaptasi dengan sangat baik di lingkungan tersebut. Memang Rayana selalu banyak berjemur di paviliun tersebut, tapi entah mengapa rasanya udara matahari di pasar tersebut jauh lebih hangat, men
Rutinitas Selena adalah bangun pagi pagi sekali untuk ke pasar. Dia beberapa kali mengunjungi sang tabib . Untungnya tabib yang sudah berusia 63 tahun tersebut baik hati. Dia bahkan mengenalkan pedagang sayuran yang mau membeli sayur Selena, berkat itu dia bisa punya uang dan bahkan bisa membeli ikan. Selena sangat senang sekali . Untuk pertama kalinya dia mungkin akan makan ikan. Selain membeli ikan, dia juga bertanya kepada orang bagaimana cara mengolah ikan. Selena menjadi pandai berkomunikasi. Sesekali dia membantu tabib dan menjadi asistennya. Selena terampil dan cekatan. Dia juga punya bakat mengenali herba liar lewat aroma dan bentuknya . Namun Selena masih merahasiakan identitas nya. Dimana dia tinggal dan informasi pribadi lainnya . karena dia periang banyak orang orang di pasar yang menyukainya. Tabib tersebut juga punya 2 orang murid yang masih muda, mereka setahun dan dua tahun lebih tua dari Selena. Awalnya mereka risih melihat Selena, anak yang tidak tau asal usulnya s