Hiruk pikuk pasar yang ramai adalah rutinitas harian. Disana semua aroma melebur menjadi satu. Dari bau ikan mentah, ikan matang, bau sayuran dan buah, bau aroma kie yang harum sampai bau keringat para pedagang.
Rayana meras terpana melihat semua ini. Matanya berbinar binar, sungguh dia ingin sekali menangis melihat semua ini. Selama lebih dari 16 tahun, dia hidup bagai orang yang telah dilupakan oleh dunia. Jika ingin berdebat soal takdir, dia ingin menjadi orang pertama yang mundur. baginya kehidupannya telah diatur sedemikian rupa. Menjadi orang terasing satu sama lain. Hanya Selena penghiburan nya. Selena kini juga tidak terlalu kurus. Dia sepertinya mendapatkan banyak teman disini. Dia berteman dengan pedagang kue dan roti, juga ada beberapa pedagang sayur. Rupanya anaknya telah beradaptasi dengan sangat baik di lingkungan tersebut. Memang Rayana selalu banyak berjemur di paviliun tersebut, tapi entah mengapa rasanya udara matahari di pasar tersebut jauh lebih hangat, menembus hatinya. apakah itu surga yang dia rindukan? Apakah memang kebebasan seperti ini rasanya? Mungkin setan telah menguasai dirinya, karena dengan kebebasan sedikit ini, dia mulai mengingini hal yang lebih, ketamakan memakan alam pikirannya. Selena telah tiba di sebuah kedai yang cukup besar, disana banyak orang yang mengantri untuk membeli obat. Seorang tabib dan dengan dua orang muridnya. Lalu ditambah anaknya Selena. Kalau saja hidup dia normal, mungkin mereka juga akan hidup seperti itu. Selena memberikan sebuah kursi untuk Ibunya beristirahat dan mengamati hal hal yang dikerjakan oleh Selena. Anaknya nampak sangat cekatan dalam membantu sang tabib dan dua orang muridnya. Rasanya Rayana bisa mati dalam damai, melihat anaknya tersenyum berinteraksi dengan orang orang. Yah.... disini mereka tidak dibenci, tidak ditindas dan diperlakukan seperti manusia. Tak terasa sudah menjelang sore, mereka berjalan meninggalkan pasar dengan hati damai. "Bagaimana Bu?" Rayana tersenyum. "Sudah kubilang bahwa dunia luar tidak sejahat yang Ibu kira, mungkin.... memang di setiap tempat akan ada orang jahat dan orang baik. Yah kita tidak bisa memprediksi akan bertemu dengan siapa kan?" Perjalanan pulang itu sungguh melelahkan. Sesampainya di paviliun. Selena dan Rayana kaget, karena Sang Ratu telah ada di paviliun. Dia duduk dan memandang mereka dengan tajam. Ah surga itu kini akan digantikan dengan neraka. "Dua tikus yang sudah berani bermain main rupanya!" Rayana langsung berlutut memohon ampun. Melihat anaknya Selena yang masih berdiri, Rayana menarik lengan anaknya untuk ikut berlutut memohon ampun. "Tolong ampuni kami Yang Mulia... tidak... ini salah saya. Anak saya tidak salah apa apa. Ini adalah ketamakan saya." "Tidak Yang Mulia ... Ibu saya tidak salah apa apa! Sayalah yang mengusulkan untuk melihat dunia luar!!!" "Hahahaha....." Sang Ratu malah tertawa dengan lantang. perutnya sampai sakit. "Lucu sekali melihat tingkah kalian yang saling ingin melindungi." sejujurnya, Trisha sedikit iri. Hubungannya dengan Gideon tidak sebaik mereka. Anaknya itu oportunis di segala situasi, dia akan memanfaatkan orang untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Trisha bangkit dan kemudian menjambak rambut Selena. Dia mengamati nya dengan seksama. Dia akan cocok menjadi persembahan, untuk mengekang Adipati agung Utara yang semakin berkuasa. memisahkan mereka berdua adalah neraka yang akan dijalani oleh Rayana. "Kau ingin menyelamatkan Ibumu?" Meski dengan rambut yang dijambak dan menghadap langit langit atap, Selena mencoba untuk mengangguk. "Bagus! Kalau begitu kamu harus mengikuti kata kataku!" Selena menitikkan air matanya. "Tolong ampuni anak saya Yang Mulia.... dia tidak salah apa apa. Hukum saya saja!" Trisha benci melihat Rayana yang selalu ingin melindungi anaknya . "Kau tidak berhak ikut campur. Anakmu adalah miliki kerajaan, meskipun hanya setengah darahnya . Kalau dia menderita, itu salahmu karena kamu hanya seorang pelayan." Rayana terdiam, dia menggigit bibirnya dalam dalam. Sampai robek dan ada rasa anyir i dalam mulutnya. Dari dulu dia sadar bahwa dia adalah orang rendahan. Tapi siapa juga yang mau hidup seperti ini. Tanpa memberikan kesempatan untuk memberikan ucapan selamat tinggal. Selena digelandang untuk pergi dari paviliun tersebut. "Ibu.... Ibu ....." "Selena.... Yang mulia .... saya mohon ....." Kebersamaan yang membahagiakan itu lenyap dalam sekejap. Digantikan oleh air mata yang tidak pernah keringAula perjamuan tersebut dihias dengan megah, meski ogah, akhirnya Ratu Trisha akhirnya harus memperkenalkan anak haram suaminya itu. Dengan topeng penuh kasih sayang dia menciptakan produk seorang gadis cantik dan siap dijual. Selena memang cantik, rambut coklatnya berkilau berkat perawatan yang tepat, kulitnya putih bening seperti kaca. tampilannya memukau sehingga banyak menyita perhatian para bangsawan. melihat auntiasme mereka kepada Selena, Trisha yakin bahwa kali ini Dipa pasti akan berhasil. Dalam balutan gaun yang berat, Selena berdansa dengan banyak pemuda. Dia juga harus terpaksa tersenyum untuk menyenangkan mereka. Kadang kadang tatapan mereka sangat mesum, mengingat Selena punya badan yang cukup padat, utamanya di area dada. Trisha puas melihat boneka yang dia buat sangat berguna, para bangsawan bangsawan itu pasti akan menawar mahal putri satu satunya kerajaan Goyard . Sayangnya nasib Selena sudah ditentukan. Dia hanya akan disandingkan dengan Adipati Utara. Ra
Berhari hari dijalani Selena dengan penuh keras. selain pelajaran Viscountess, Selena juga menerima pelajaran menulis dan membaca, pelajaran membuat puisi dan masih banyak lainnya. Dia juga diajarkan untuk menunggang kuda dan berlatih memanah dasar untuk kebutuhan bersosialisasi. Sungguh hari hari yang amat sangat berat. Dia hampir kehabisan tenaganya setiap hari, fisiknya telah terkuras dan kekerasan verbal tetap saja diterimanya. "Mau belajar sampai tua pun statusmu tidak akan berubah." Benar, status anak haram tetaplah akan terus melekat pada diri Selena, tapi itu juga bukan kemauannya. "Cih!....kenapa harus belajar kalau tugasku hanya akan melayani di kasur saja!" Selana tetap diam, tidak menghiraukan omongan mereka semua. Dia benar benar menutup telinga dan mulutnya rapat rapat. Berkat itu semua orang yang mengenal Selana menjulukinya sebagai wanita es. Seolah semua rasa yang ada pada dirinya telah menghilang. Di saat malam datang , sunyi dan sepi Selena merasakan kepedih
Viscountess Tatiana, seorang janda yang ditinggal suaminya meninggal di Medan perang, terkenal dengan didikannya . Maka Dia pun dipilih menjadi guru etiket bagi Selena. Sejujurnya, harga diri Viscountess sedikit terluka, dia tidak pernah mau mengajari anak haram sebagai muridnya, tapi karena diminta langsung oleh sang ratu, maka mau tidak mau dia harus menjalankan tugasnya. Dalam ruang belajar, Selena yang ditinggal sendiri bersama dengan Viscountess pun menjalani pelajaran pertamanya. Mata kebencian itu langsung dirasakan oleh Selena. "Biasanya para Lady akan memulai etiketnya sejak dini, tapi yahh.... anak sah pasti berbeda dengan anak haram bukan?" Nadanya penuh dengan sarkastik menghina Selena. Tapi Selena sudah tidak bisa merasakan sakit hati lagi. Baginya perkataan itu tidak bisa melubangi hatinya . Kata kata tajam itu tidak bisa menjadi pedang dan membelah tubuh Selena. Selama Ibunya baik baik saja, dia bisa menerima perlakuan buruk apapun. Viscountess semakin mar
Selena dibawa ke sebuah kamar yang cukup mewah. Sang Ratu telah memutuskan bahwa dia akan menjerat wilayah Utara dengan ikrar pernikahan. Untuk mewujudkan hal tersebut, dia harus membuat dombanya siap. Memberikan pelatihan etiket bangsawan adalah hal yang utama. Gadis yang tidak pernah diberi pendidikan pastilah akan susah mengejar ketertinggalannya . Mengingat tahun ini dia akan berusia 16 tahun, hanya butuh waktu setahun sampai dia mencapai usia legal dan menikah. Di hari pertama Selena menangis seharian. Kemudian, dia didatangi seorang dayang. Dia tidak membenci Selena dan hanya memberikan sedikit nasehat agar dia bisa bertindak. "Nasib kita kadang tidak hanya ditentukan oleh para Dewi atau pun Dewa. Sebagai manusia kita juga bisa bertindak. Memang terdengar tidak adil bagimu, tapi kalau kamu menyayangi Ibumu, jangan menjadi orang yang akan dibenci oleh orang yang bisa menentukan takdir kalian berdua." Setelah mendengarkan nasihat tersebut, Selena merenung dan menghentikan t
Hiruk pikuk pasar yang ramai adalah rutinitas harian. Disana semua aroma melebur menjadi satu. Dari bau ikan mentah, ikan matang, bau sayuran dan buah, bau aroma kie yang harum sampai bau keringat para pedagang. Rayana meras terpana melihat semua ini. Matanya berbinar binar, sungguh dia ingin sekali menangis melihat semua ini. Selama lebih dari 16 tahun, dia hidup bagai orang yang telah dilupakan oleh dunia. Jika ingin berdebat soal takdir, dia ingin menjadi orang pertama yang mundur. baginya kehidupannya telah diatur sedemikian rupa. Menjadi orang terasing satu sama lain. Hanya Selena penghiburan nya. Selena kini juga tidak terlalu kurus. Dia sepertinya mendapatkan banyak teman disini. Dia berteman dengan pedagang kue dan roti, juga ada beberapa pedagang sayur. Rupanya anaknya telah beradaptasi dengan sangat baik di lingkungan tersebut. Memang Rayana selalu banyak berjemur di paviliun tersebut, tapi entah mengapa rasanya udara matahari di pasar tersebut jauh lebih hangat, men
Rutinitas Selena adalah bangun pagi pagi sekali untuk ke pasar. Dia beberapa kali mengunjungi sang tabib . Untungnya tabib yang sudah berusia 63 tahun tersebut baik hati. Dia bahkan mengenalkan pedagang sayuran yang mau membeli sayur Selena, berkat itu dia bisa punya uang dan bahkan bisa membeli ikan. Selena sangat senang sekali . Untuk pertama kalinya dia mungkin akan makan ikan. Selain membeli ikan, dia juga bertanya kepada orang bagaimana cara mengolah ikan. Selena menjadi pandai berkomunikasi. Sesekali dia membantu tabib dan menjadi asistennya. Selena terampil dan cekatan. Dia juga punya bakat mengenali herba liar lewat aroma dan bentuknya . Namun Selena masih merahasiakan identitas nya. Dimana dia tinggal dan informasi pribadi lainnya . karena dia periang banyak orang orang di pasar yang menyukainya. Tabib tersebut juga punya 2 orang murid yang masih muda, mereka setahun dan dua tahun lebih tua dari Selena. Awalnya mereka risih melihat Selena, anak yang tidak tau asal usulnya s