Share

Red Everlasting Dragon

Seolah-olah baru saja melihat hantu, ekpresi wajah Komisaris Burhan terlihat sangat ketakutan, dan butiran-butiran keringat dingin terlihat jatuh dari keningnya.

Tidak berbicara, mulut komisaris Burhan tampak bergumam tanpa suara beberapa kali, dan pelipisnya terus menerus berkedut.

Ekpresi yang tampak sangat berlebihan bagi Arinda itu secara alami membuatnya mengerutkan kening terkejut, dan bertanya-tanya.

Bagi Arinda, Komisaris Burhan bukanlah orang asing, dan dia sangat mengenalnya dengan sangat baik.

Sejak Arinda bisa mengingat, pamannya ini tidak pernah sekalipun membuat ekpresi ketakutan semacam ini.

Bahkan jika itu adalah seorang pembunuh berantai yang membunuh puluhan orang dengan kejam, ekpresi marah adalah apa yang akan komisaris Burhan keluarkan, dan bukan ketakutan.

Tapi, kenapa sekarang dia berekspresi sangat berlebihan?

R.E.D, apa itu? Kenapa Komisaris Burhan yang sebelumnya terlihat sangat marah tiba-tiba berubah menjadi ketakutan saat mendengarnya?

R.ED, apakah itu sesuai yang mengerikan?

Hati Arinda terasa gatal, dan dia tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak bertanya, "Paman, apakah ada yang salah?"

Pertanyaan Arinda segera membangunkan Komisaris Burhan, dan setelah pria tua itu bangun, dia buru-buru menggelengkan kepalanya.

"Tidak! Tidak ada masalah apa-apa." Jawab komisaris Burhan cepat, dan dengan ekpresi gugup segera berkata, "Benar! Sebaiknya kamu segera pulang sekarang dan tidak pernah lagi pernah memikirkan masalah ini."

"Yah! Kupikir kamu juga butuh liburan selama satu bulan dan tidak pernah kembali ke kantor selama seminggu ini."

"Hah? Apa? Kenapa? Apakah itu karena orang gila yang--"

"Tidak!"

Komisaris Burhan kembali menghentikan pertanyaan Arinda, dan dengan ekpresi sangat serius berkata, "Hanya untuk hari ini, anggap saja kamu tidak pernah masuk kerja."

Tepat ketika peringatan Komisaris Burhan itu masuk ke telinga Arinda, wanita itu segera merubah ekpresinya.

Sebagai seorang polisi, dia sangat jelas tentang peringatan Komisaris Burhan. Karena biasanya, itu adalah kata-kata yang menyangkut kasus besar dan sangat serius.

Hanya saja Arinda tidak berpikir bahwa kata-kata itu harus digunakan untuk saat ini, dan masih berkata, "Tidak paman. Setelah apa yang gelandangan lakukan hari ini, sebagai seorang polisi, aku--"

"Arinda Paradipta!" Panggilan berat dan serius dari komisaris Burhan sekali lagi menghentikan ucapan Arinda.

Tidak ada lagi perhatian atau ekpresi ramah, wajah Komisaris Burhan kali ini terlihat sangat serius menatap mata Arinda. 

Untuk pertama kalinya sejak Arinda mengenal komisaris Burhan, wanita itu tiba-tiba menemukan permohonan yang dalam di antara kedua mata tua pamannya, dan dengan suara yang hampir tak berdaya terdengar.

"Hanya untuk kali ini saja, Paman minta kamu untuk mematuhinya saja, oke?"

Bahkan jika Arinda keras kepala dan tidak ingin, mau tak mau dia hanya bisa mengangguk setelah melihat ketidakberdayaan di mata komisaris Burhan.

Dengan itu, setidaknya komisaris Burhan bisa tersenyum lega, dan merasa tenang.

Hanya saja, meskipun Arinda setuju untuk melupakan semua kejadian hari ini, dia masih tidak bisa memaafkan pria misterius itu, dan bersumpah untuk menangkapnya.

Bahkan jika pria misterius itu membuat Komisaris polisi ketakutan saat mendengar namanya, Arinda tidak bisa melepaskan pria yang menyerang polisi, dan membunuh tiga polisi lainya dengan kejam.

Sekalipun tidak ada petunjuk, dan bahkan nama tidak tinggal, Arinda masih bisa mencarinya sendiri.

Bagi Arinda, keadilan harus tetap ditegakkan, dan bajingan sepertinya harus di jebloskan ke penjara.

Kata bajingan mungkin tidak terlalu berlebihan untuk disematkan pada pria misteriu itu.

Karena sekarang, Bella yang telah membawa pria itu ke kamar hotelnya masih tidak berbicara, dan hanya dengan acuh tak acuh membuka baju di depannya.

Membelakangi tubuhnya, pria dengan rambut gondrong dan pakaian gelandangan itu melepaskan bajunya, dan tanpa ekpresi tiba-tiba berkata, "Aku akan mandi."

"Umh...."

Jika Bella adalah wanita lain, dia mungkin akan segera marah dan berteriak saat mendengar kata-kata itu.

Karena secara tak langsung, pria itu seperti seolah-olah meminta dirinya untuk pergi keluar, dan jangan mengintip saat seorang lelaki sedang mandi.

Menyuruh keluar saat berada di kamarnya sendiri, sebagai seorang wanita, siapa yang tidak marah?

Tapi yang terjadi malah sebaliknya.

Bella, wanita dengan rambut pirang itu tiba-tiba mengangkat kepalanya, dan seperti tidak terjadi apa-apa melihat punggung pria di depannya dengan malu-malu bergumam, "Tuan Rendy, apakah Anda membutuhkan bantuan?"

"Tunggu saja diluar. Setelah aku selesai, aku akan memanggilmu."

Satu perintah yang segera membuat wajah cantik Bella tampak sedih dan kecewa berjalan ke pintu keluar kamar hotel.

Rendy, itu adalah nama pria misterius yang sebelumnya Arinda temui di kantor polisi, dan orang yang menyerang polisi. Bukan hanya menyerang, tapi Rendy sebenarnya juga membunuh tiga polisi di kantor polisi.

Dia juga pria dengan identitas R.E.D yang membuat Komisaris Burhan sangat ketakutan, dan bahkan harus memohon pada Arinda untuk melupakan semua kejadian yang telah Rendy lakukan.

Sangat wajar jika Arinda tidak tahu kenapa Komisaris Burhan sangat ketakutan saat tahu identitas Rendy. Jika wanita itu mengenalnya, dia mungkin akan melakukan hal yang sama dengan Bella.

Yah! Arabella Belle, seorang artis terkenal dengan kecantikan yang bisa membuat semua orang kagum ternyata sudah mengenal Rendy.

Dengan mengenalnya lebih baik daripada Arinda, Bella tidak pernah ragu untuk memanggilnya sebagai "tuan" di depan kerumunan dan bahkan juga rela menyerahkan dirinya.

Sayangnya Rendy tidak menginginkan hal itu, dan lebih memilih untuk mandi tanpa gangguan.

Bukan karena alasan Rendy tidak menginginkan Bella, wanita cantik sempura entah wajah dan karir itu membantunya.

Tapi karena Rendy memang memiliki rahasia besar di tubuhnya.

Rendy, yang saat ini sedang berdiri di guyuran shower mandi tampak mengangkat kepalanya, dan menutup matanya sambil mengingat masa lalunya.

Itu adaah ingatan gadis kecil berumur delapan tahun yang ceria, dan tersenyum gembira sepanjang hari.

Tapi ingatan itu segera pudar saat Nana, nama gadis itu menghilang dalam kebakaran rumah kemarin.

Nana, dia adalah adik Rendy, dan salah satu korban dari rumah yang terbakar di jalan Aa Rahmat no 45 sebelumnya.

Itulah alasan Rendy datang ke kantor polisi untuk menanyakan siapa pelakunya.

Tapi tidak ada satupun orang di kantor polisi yang menjawabnya. Bahkan jika Rendy telah melakukan kekerasan.

"Ayah... Ibu, Rendy selalu membuat kalian kecewa dan tidak pernah membuat kalian bangga."

"Tapi hari ini, ketika aku telah kembali, aku bersumpah akan membuat orang-orang yang membakar rumah kita serta menculik Nana menderita selamanya."

"Siapapun itu, bahkan jika kalian bersembunyi di ujung Dunia sekalipun, kalian tidak akan pernah bisa lepas begitu saja."

"Aku tidak peduli, bahkan jika nama "Red Everlasting Dragon" kembali menggemparkan dunia bawah, aku akan mencari kalian."

"Roar...."

Suara seperti raungan Naga tiba-tiba terdengar saat Rendy menyelesaikan sumpahnya, dan membuat alisnya berkerut.

Melihat ke bawah, tepat ke arah dadanya, Rendy tidak bisa untuk tidak memasang wajah serius saat menyaksikan tato Naga berwarna merah yang tergambar di dadanya.

Tato Naga yang tampak sangat nyata dengan ekor di atas pusar, dan kepala di tengah-tengah dada Rendy itu kini tampak seperti membuka mulutnya dan meraung.

"Apakah kamu berpindah lagi?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status