Keesokan harinya. Karena hari ini weekend Nerisha dan Natasha juga libur dari kesibukan masing-masing, jadi keduanya memilih untuk kembali ke rumah itu. Rumah yang kemarin malam sempat mereka datangi. Namun, pencarian harus terhenti terhalang waktu yang telah larut.
Di bawah terik sinar mentari yang mulai hangat, keduanya telah tiba di rumah tersebut. Sinar sang Surya yang telah menyorot, membuat seisi rumah menjadi terlihat semuanya.
Keduanya masuk secara bersama-sama, sembari bergandengan tangan mereka menelusuri rumah ini yang ternyata sangat kacau. Jika malam kemarin keduanya tidak bisa melihat apa-apa, sedangkan sekarang mereka bisa melihat semuanya bahkan lubang semut pun sampai terlihat.
Banyak pecahan kaca di mana-mana, dan barang-barangnya juga sangat berdebu. Nerisha dan Natasha mulai mencari barang yang bisa mereka jadikan petunjuk dari misi kali ini.Ya. Mereka harus menemukan petunjuk untuk menyelesaikan misi yang mereka dapat dari surat sebelumnya. Seperti biasa, setiap amplop yang datang akan tertera misi baru dan untuk kali ini mereka harus memecahkan misi yang ke 4. Setiap misi memiliki petunjuknya masing-masing.
Setiap petunjuk biasanya ditandai dengan datangnya amplop atau surat berisikan potongan gambar yang setiap gambarnya saling terhubung.
"Menurut kakak, apa yang akan kita temukan untuk memecahkan misteri kali ini?" tanya heran Nerisha, sembari melihat-lihat sekitarnya.
"Kakak juga tidak tahu. Lihat saja rumah ini yang sangat berantakan. Semua barangnya saja berserakan, tidak ditempatkan dengan benar. Ini rumah, atau tempat sampah?" pikir Natasha serupa dengan pengamatannya akan rumah tersebut.
Ada sebuah foto yang terpajang di dinding sana. Nerisha berjalan mendekati foto tersebut. Kepalanya mendongak memperhatikan foto yang tampak usang. "Pasti ini foto keluaga pemilik rumah ini, 'kan kakak?" tanya Nerisha sambil menoleh pada Natasha yang asik dengan pencariannya yang lain.Nerisha menatap foto yang terpajang itu. Di antara seluruh barang dan foto yang lain hanya, foto ini yang masih terjaga. Tidak ada debu, hanya saja sedikit terlihat busam. Kemungkinan ada seseorang yang datang ke rumah ini hanya untuk membersihkan foto itu?"Sepertinya," sahut Natasha singkat sambil melihat-melihat yang lain.
Tentu, dia tidak melihat fotonya. Dia malah fokus pada meja yang tertata beberapa barang kpop. Dari benerr kpop sampai beberapa photocard dari beberapa idol yang Natasha sendiri sangat mengenalnya.
"Nerisha kemarilah." Dia memanggil adiknya, sedangkan Nerisha sendiri masih memandang fokus foto keluarga yang terpajang itu. Nerisha terus bertanya-tanya dalam benaknya. Bahwa yang terjadi pada foto keluarga itu sangatlah janggal.
Namun, karena itu bukanlah urusannya, maka Nerisha memilih melupakannya dan lebih baik mencari yang seharusnya mereka selesaikan kemarin malam.
"Em?" Nerisha bergumama dan segera mendatangi Natasha guna mengetahui apa yang membuat kakaknya itu penasaran."Astaga. Itu photocard NCT 127 bukan?"
Semua yang ada di meja memantik kesenangan Nerisha dalam satu lihat, hingga dia ingin menyentuh itu semua. Meraupnya dan membawa pulang jika memang tidak ada yang mengakuinya.
"Nerisha, berhenti! Jangan sentuh itu!" Natasha menahannya, agar Nerisha tak sembarang menyentuh barang-barang tersebut. Terutama barang-barang itu bukanlah benda yang didapatkan mudah. Meski hanya sebatas fotocard, akan tetapi harganya bernilai tinggi. Jadi, siapapun pemilik barang-barang tersebut sudah tentu banyak mengeluarkan dana demi membeli semuanya.
"Kenapa kakak?" Nerisha yang sedang terpesona itu, tiba-tiba mempertanyakan tindakan kakaknya yang terbilang aneh. Dalam pikiran Nerisha menebak bahwa kakaknya juga menginginkan setiap fotocard yang ada di depan matanya. Namun, yang menjadi pertanyaan Nerisha. Kenapa Natasha harus menyia-nyiakan kesempatan yang ada?
"Kamu sebaiknya tidak sembarang mengambil dan menyentuh barang milik orang lain. Ini adalah petunjuk kita. Jika kamu menyentuhnya, maka sidik jarimu akan ada di foto itu dan pasti polisi akan mengetahuinya nanti."
Natasha adalah gadis yang teliti. Dia akan memperhitungkan setiap tindakan yang akan mereka lakukan guna meminimalisir dampak buruk yang mungkin dapat menjebak mereka masuk ke dalam masalah yang besar. Sedangkan Nerisha bersifat ceroboh dan berbanding terbalik dari Natasha, terkadang adiknya itu lebih suka terburu-buru tanpa berpikir terlebih dahulu.Hal tersebut bisa terlihat saat Nerisha yang hendak menenyentuh fotocard tanpa memikirkan akibatnya nanti.
"Yang kakak katakan benar. Kenapa aku tidak berpikir seperti itu. Pastinya polisi akan memeriksa tempat ini. Jika kita berhasil memecahkan misi ke 4 ini, benar bukan, Kak?"
"Tentu. Makanya kakak harap kamu lebih berhati-hati lagi," pesan Natasha yang tentu akan diingat dengan baik oleh Nerisha di kemudian hari.
"Baik, kak. Lalu, bagaimana kalau kita pergi ke ruagan lain? Mungkin saja ada petunjuk yang akan membawa kita memecahkan misi ini. Bagaimana kak?"
Pendapat Nerisha tidaklah buruk. Memang ada benarnya juga. Natasha menaikan salah satu alisnya. "Aku setuju. Bagaimana kalau kita memeriksa ruangan kamar?"
"Ayo, kak," setuju Nerisha tanpa ragu.Bersama-sama mereka pergi ke kamar, yang tanpa sengaja terdengar suara rintihan dari sana kemarin malam. Memang tidak bisa terdengar dengan jelas, tetapi dari rekaman video milik Nerisha terasa bahwa ada yang sedang menjerit dan berkata "Jangan!" Namun, itu belum menandakan jika rumah ini memiliki penghuni lain seperti makhluk gaib.
Memasuki kamar. Keadaan ruangan yang tidak terlalu luas ini tampak sangat buruk. Ranjang tempat tidurnya juga acak-acakan. Bantal berserakan di lantai, serta pecahan kaca ada pula di dalam kamar ini. Seolah terjadi perkelahian hebat di rumah yang cukup berukuran besar itu."Sebenarnya apa yang terjadi pada keluarga ini? Kenapa semua pecahan kaca ini berserakan di setiap sudut lantainya? Apa terjadi pertengkaran hebat kepada keluarga ini?"
Natasha bertanya-tanya. Tentu dia bertanya. Keluarga seperti apa yang seisi rumahnya hanya dipenuhi pecahan kaca saja? Apakah keluarga ini seorang pembunuh? Perampok? Atau mereka para zombie yang memakan daging sesama anggota keluarga?
"Entah. Mungkin keluarga ini tidak pernah akur," sebut Nerisha demikian. Dia asal bicara, sembari melangkahkan kaki perlahan ingin masuk lebih dalam.
Di waktu bersamaan bahkan belum sempat mereka menjelajah lebih lama kamar itu, tiba-tiba hal yang sejak lama mereka ketahui kini datang pada Nerisha seperti biasa.
"Aaa!" Nerisha menjerit kesakitan. Merasakan getaran yang luar biasa sedang menekan jantungnya dengan sangat kuat. Hingga dia harus memegangi bagian dada yang memang berpusat pada area tersebut.
"Ada apa?"
Natasha mencemaskan kondisi yang dialami Nerisha sekarang. Sedangkan Nerisha membungkuk mencoba menahan rasa sakit luar biasa yang jerap menimpa dirinya secara mendadak."Kakak, jantungku berdetak kencang lagi. Surat kedua pasti datang." Nerisha mengisyaratkan sesuatu pada Natasha. Perihal surat yang mereka metahui bersama-sama.
Natasha tertegun untuk sesaat. Mendadak isi kepalanya menjadi kosong seolah semua itu pergi meninggalkan tempatnya. Namun, lamunan Natasha hilang ketika Nerisha menjentikkan satu tangannya dan akhirnya membawa kembali Natasha ke dunia nyata.
Tidak berselang lama. Surat yang dimaksud pun datang. Sebuah amplop kecil dengan pita emas dan berlambang bunga mawar itu datang dengan melayang di udara. Entah dari mana surat itu datang, mungkin saja terbawa angin sampai ke ruangan itu. Akan tetapi, yang jelas amplonya tidak bisa dilihat oleh kebanyakan manusia diluaran sana. Hanya Nerisha dan Natasha saja yang bisa melihatnya.Terbilang aneh, tetapi itu faktanya. Nerisha yang masih duduk di bangku SMA dan Natasha berstatus mahasiswa itu sama sekali tidak mengetahui awal mula mereka dipilih untuk menyelesaikan semua misi yang bisa membahayakan nyawa masing-masing.
Berlanjut.Ruangan Sains-nya berhasil dibuka. Saat itu juga terdengar suara Nerisha yang menjerit. Hingga semua orang menjadi panik. Mereka berbondong-bondong untuk masuk, termasuk Orion yang berlari terlebih dahulu ke dalam."Nerisha!"Orion tiba terlebih dahulu. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Nerisha duduk tersungkur di sana."Nerisha, kamu baik-baik saja?"Dia mendekap Nerisha yang tampak syok. Bagaimana dia tidak lemas? Di depan matanya terlihat seseorang yang tergeletak di atas lantai, dengan tubuhnya yang tengkurap disertai cairan berwarna merah yang tercecer di mana-mana."Ada apa? Mengapa kamu berteriak?" Guru Sains itu akhirnya tiba, belum sempat berkata lebih jauh dia sudah dikejutkan dengan sesosok tubuh yang tengkurap."Astaga, ada mayat. Bagaimana bisa terdapat mayat di ruangan ini?"Dia sama ikut terkejutnya dengan Nerisha yang sudah lebih dahulu
"Permisi. Permisi!"Nerisha menarik tangan Orion sampai keduanya hadir di tengah-tengah keributan yang ada.Gadis bertubuh mungil itu berdesakan dengan murid yang masih memadati area tersebut, kendati Nerisha tidak menyerah begitu saja dia tetap berjalan apa pun yang terjadi, sebelum akhirnya beberapa murid memberikan sedikit jalan pada gadis itu.Orion pun mengikutinya di belakang seperti bayi. Beberapa murid melihat kejadian tersebut dan berpikir bahwa terjalin suatu hubungan antara Nerisha dengan Orion. Namun, gadis itu menegaskan tidak ada hubungannya menarik tangan dengan perasaan, yang menurut sebagian orang mungkin bergejolak di dalam dada.Nana yang berada tidak jauh seketika mengepalkan kedua tangannya sambil membulatkan mata, meremas seragam sekolahnya sampai seseorang menegurnya."Kau cemburu dengan mereka?"Nana membalikan badan seketika itu juga aura kemarahannya terpancar jelas dari sorot mata. Murid yang tanpa seng
Sepuluh menit berselang, akhirnya Nerisha dan Orion berkumpul dengan murid lainnya. Nerisha mengerutkan dahinya saat mendapati ruangan Sains nyatanya terkunci.Guru yang bertugas berusaha menarik rantai yang melilit di daun pintu. Namun, rantai itu terpasang sebuah gembok yang sejak tadi tidak dapat dibuka. Orion ikut bertanya-tanya, bagaimanapun ruangan ini sudah lama tidak terpakai, tetapi gembok yang terpasang terlihat masih baru, seolah ada yang telah membukanya."Bagaimana, Pak? Apa bisa terbuka?" Salah satu murid bertanya sementara itu pria yang menjadi pengawas mereka berusaha untuk membuka gembok tersebut dengan segala cara. Nyatanya kunci yang dia bawa tidak cocok dengan gembok tersebut."Aku sedang berusaha. Kalian semua harap tenang. Jangan ada yang membuat keributan."Ada sekitar sepuluh anak kunci yang ada di tangannya. Namun, dari keseluruhan kunci yang ada, tidak ada yang berhasil melepaskan gembok itu dari sana.Nerisha yang b
Setelah diberi penjelasan serta pengertian pada akhirnya seluruh murid mau untuk belajar di ruang Sains seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kendatipun ada dari mereka yang merasa tidak nyaman.Para murid pun keluar dari kelas satu persatu, tanpa terkecuali Nerisha dan Nana, meskipun menjadi teman satu kelas. Akan tetapi, Nana kerap kali menyusahkan Nerisha tanpa alasan jelas. Termasuk yang terjadi sekarang.Nana, mendadak menghentikan langkahnya dan menghadang Nerisha di depannya."Hey, kamu! Gadis tidak tahu diri!"Nana menarik tangan Nerisha dengan kasar, mendorongnya cepat ke sisi tembok sontak membuat Nerisha membulatkan matanya."Nana!"Nerisha yang sedari tadi diam saja mendadak mengeluarkan suaranya, merasa kesal atas tindakan Nana yang sangat tidak sopan."Iya, memang kenapa jika aku membentakmu? Apa kamu ingin
Nerisha menyantap hidangan sarapan dengan lahap, sampai tidak ada satu butir nasi yang tersisa di piringnya. Dia menghapus noda makanan yang menempel di bagian tepi bibir dengan selembar tisu, setelah itu Nerisha meraih ransel yang ada di belakang kursi.Gadis berseragam SMA di salah satu sekolah elit itu berpamitan dengan kedua orang tuanya dan Natasha melakukan hal yang sama dengan adiknya.Natasha segera masuk mobil dan disusul Nerisha yang langsung duduk di tempatnya. Mesin mobil dinyalakan dan Natasha lah yang mengendalikan mobil tersebut.Perjalanan menuju sekolah Nerisha memakan waktu sekitar 30 menit dengan kondisi jalan raya yang tidak macet.***"Dah, Kakak. Hati-hati di jalan, jangan mengebut," pesan Nerisha yang telah turun dari mobil."Baiklah. Kau juga, jaga dirimu baik-baik. Beritahu Kakak andai terjadi sesuatu. Mengerti?"Dari balik jendela mobil, Natasha melambaikan tangan dan hal sama dilakukan Nerisha.
"Tidak!"Nerisha berteriak dengan keras, wajahnya pucat pasif dan keringat bercucur deras membasalah seluruh tubuh. Napasnya terengah-engah. Dia baru saja terbangun dari mimpi buruk yang seolah nyata."Apa yang sedang terjadi tadi, yang aku lihat dalam mimpiku itu? Siapa gadis itu dan seseorang yang memakai topeng di sana? Mengapa dia membawa pisau dan gunting, untuk apa itu semua? Lalu, gadis itu ….""Kejadian seperti apa, yang aku lihat di dalam mimpi? Sebenarnya siapa gadis itu? Mengapa dia dan orang itu bisa hadir dalam mimpiku dalam waktu yang bersamaan? Dengan alasan apa seseorang ingin melukai gadis itu?"Nerisha meraih gelas berisi air yang ada di atas nakas, meneguknya sampai tak tersisa. Dia berusaha menjernihkan pikirannya yang kacau akibat mimpi yang tak pernah terjadi sebelumnya."Nerisha, apa kamu sudah bangun?"Ketika Nerisha yang masih berpikir. Natasha datang dari ruangan lain, membuka