"Nerisha, lihat. Itu suratnya datang."
Natasha langsung menangkap surat yang datang secara magic tersebut. Setibanya amplop itu, rasa sakit yang semula mengguncang secara mendadak menghilang. Nerisha tak lagi merasakan sakitnya dan terlihat sudah lebih sehat dari sebelumnya.
"Cepat buka amplonya, Kak. Mungkin saja itu petunjuk selanjutnya dari misi kita ini, Kak."Nerisha begitu antusias untuk mengetahui isi dari amplop tersebut dan begitu juga dengan Natasha. Maka dari itu gadis itu segera membukanya dan apa yang mereka lihai.
Dikeluarkan isinya, ternyata ada potongan gambar yang menunjukan seorang gadis muda, yang tampak seusia dengan mereka.
"Siapa wanita ini?" tanya Natasha selepas isi amplopnya dikeluarkan.
"Coba aku lihat, Kak." Nerisha segera mengambil potongan gambarnya.
Dari raut dan tutur katanya. Sepertinya Nerisha meyadari sesuatu. Namun, dia tidak dapat langsung mengenali gambar yang ada di tangannya sekarang.
"Gadis ini? Sepertinya aku pernah melihat dia, tapi di mana? Aku merasa pernah bertemu dengannya, tapi aku lupa?"
Nerisha mencoba mengingat-ingat, terselip perasaan bahwa dia merasa yakin mengenal gadis yang ada di foto tersebut. Namun, Nerisha sendiri lupa di mana pernah dia melihat gadis tersebut?
"Benar, kamu pernah melihat dia?" tanya Natasha tak cukup yakin. Walau Nerisha adik kandungnya, tetapi untuk kali ini dia tak bisa langsung percaya begitu saja.
"Tentu Kak. Aku pernah bertemu dengan dia, tetapi aku lupa di mana tenpatnya?"
Ungkapan Nerisha untuk meyakinkan Natasha satu kali lagi, jika dia memang pernah bertatap muka dengan gadis ini. Namun, Nerisha sendiri lupa di mana tempat itu?
"Jika memang benar, coba kamu ingat-ingat di mana kamu bertemu dengan dia? Mungkin saja ini jawaban dari misi kita yang ke empat ini."Nerisha mencoba mengingat kejadian kemarin, atau dia pernah bertemu dengan gadis itu di tempat lain begitu? Nerisha memutar fotonya dan melihat ada beberapa petunjuk di belakang foto tersebut.
Tertulis, "Nama: Bintang Kejora. Usia: 19 tahun. Status: Pelajar SMAN 1993." Tertera di belakang fotonya.
Nerisha dan Natasha membaca penjelasan singkat dari surat kali ini. Mereka yakin jika itu adalah biodata kecil dari gadis tersebut, yang perlu mereka pecahkan.
Nerisha yang sejak beberapa saat lalu mencoba mengingat-ingat, akhirnya teringat di mana dia melihat gadis yang ada di foto itu."Ah, aku tahu, Kak. Aku mengingat semuanya."
Ucapan Nerisha membuka pintu lebar bagi mereka untuk menyelesaikan misi ini. Namun, tidak cukup sebatas mengingat begitu saja. Masih ada misteri yang perlu dipecahkan setelah ini.
"Di mana?"
"Tempat konser kemarin … Iya, kemarin aku bertemu dengan gadis ini kemarin malam di gedung konser."
"Kamu yakin?"
"Tentu aku yakin, Kak. Aku yakin kalau aku melihat dia kemarin malam. Saat itu tanpa sengaja kita bertabrakan," ungkap Nerisha bercerita singkat.
"Lalu, apa namanya benar, "Bintang Kejora?"
"Aku tidak yakin jika itu namanya. Karena aku tidak sempat berkenalan dengan dia. Akan tetapi, aku yakin kalau dia adalah Fans Pop yang juga seperti kita," terka Nerisha demikian, yang semakin menguatkan bukti ini.
"Iya. Itu kenapa, ada photocard TCN 721 di atas meja tadi. Ini membuktikan jika dia memang kemarin ada di gedung konser," yakin Natasha yang semakin menguatkan misteri gadis yang ada di dalam foto.Dikuatkan dengan bukti yang ada di atas meja tadi, membuat Nerisha beserta Natasha memiliki dugaan kuat untuk gadis yang ada di foto ini."Gedung konser!"Bersama-sama mereka yakin jika bukti selanjutnya ada di gedung konser yang mereka datangi kemarin malam.
Apa yang keduanya temukan selanjutnya?
Berlanjut.Ruangan Sains-nya berhasil dibuka. Saat itu juga terdengar suara Nerisha yang menjerit. Hingga semua orang menjadi panik. Mereka berbondong-bondong untuk masuk, termasuk Orion yang berlari terlebih dahulu ke dalam."Nerisha!"Orion tiba terlebih dahulu. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Nerisha duduk tersungkur di sana."Nerisha, kamu baik-baik saja?"Dia mendekap Nerisha yang tampak syok. Bagaimana dia tidak lemas? Di depan matanya terlihat seseorang yang tergeletak di atas lantai, dengan tubuhnya yang tengkurap disertai cairan berwarna merah yang tercecer di mana-mana."Ada apa? Mengapa kamu berteriak?" Guru Sains itu akhirnya tiba, belum sempat berkata lebih jauh dia sudah dikejutkan dengan sesosok tubuh yang tengkurap."Astaga, ada mayat. Bagaimana bisa terdapat mayat di ruangan ini?"Dia sama ikut terkejutnya dengan Nerisha yang sudah lebih dahulu
"Permisi. Permisi!"Nerisha menarik tangan Orion sampai keduanya hadir di tengah-tengah keributan yang ada.Gadis bertubuh mungil itu berdesakan dengan murid yang masih memadati area tersebut, kendati Nerisha tidak menyerah begitu saja dia tetap berjalan apa pun yang terjadi, sebelum akhirnya beberapa murid memberikan sedikit jalan pada gadis itu.Orion pun mengikutinya di belakang seperti bayi. Beberapa murid melihat kejadian tersebut dan berpikir bahwa terjalin suatu hubungan antara Nerisha dengan Orion. Namun, gadis itu menegaskan tidak ada hubungannya menarik tangan dengan perasaan, yang menurut sebagian orang mungkin bergejolak di dalam dada.Nana yang berada tidak jauh seketika mengepalkan kedua tangannya sambil membulatkan mata, meremas seragam sekolahnya sampai seseorang menegurnya."Kau cemburu dengan mereka?"Nana membalikan badan seketika itu juga aura kemarahannya terpancar jelas dari sorot mata. Murid yang tanpa seng
Sepuluh menit berselang, akhirnya Nerisha dan Orion berkumpul dengan murid lainnya. Nerisha mengerutkan dahinya saat mendapati ruangan Sains nyatanya terkunci.Guru yang bertugas berusaha menarik rantai yang melilit di daun pintu. Namun, rantai itu terpasang sebuah gembok yang sejak tadi tidak dapat dibuka. Orion ikut bertanya-tanya, bagaimanapun ruangan ini sudah lama tidak terpakai, tetapi gembok yang terpasang terlihat masih baru, seolah ada yang telah membukanya."Bagaimana, Pak? Apa bisa terbuka?" Salah satu murid bertanya sementara itu pria yang menjadi pengawas mereka berusaha untuk membuka gembok tersebut dengan segala cara. Nyatanya kunci yang dia bawa tidak cocok dengan gembok tersebut."Aku sedang berusaha. Kalian semua harap tenang. Jangan ada yang membuat keributan."Ada sekitar sepuluh anak kunci yang ada di tangannya. Namun, dari keseluruhan kunci yang ada, tidak ada yang berhasil melepaskan gembok itu dari sana.Nerisha yang b
Setelah diberi penjelasan serta pengertian pada akhirnya seluruh murid mau untuk belajar di ruang Sains seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kendatipun ada dari mereka yang merasa tidak nyaman.Para murid pun keluar dari kelas satu persatu, tanpa terkecuali Nerisha dan Nana, meskipun menjadi teman satu kelas. Akan tetapi, Nana kerap kali menyusahkan Nerisha tanpa alasan jelas. Termasuk yang terjadi sekarang.Nana, mendadak menghentikan langkahnya dan menghadang Nerisha di depannya."Hey, kamu! Gadis tidak tahu diri!"Nana menarik tangan Nerisha dengan kasar, mendorongnya cepat ke sisi tembok sontak membuat Nerisha membulatkan matanya."Nana!"Nerisha yang sedari tadi diam saja mendadak mengeluarkan suaranya, merasa kesal atas tindakan Nana yang sangat tidak sopan."Iya, memang kenapa jika aku membentakmu? Apa kamu ingin
Nerisha menyantap hidangan sarapan dengan lahap, sampai tidak ada satu butir nasi yang tersisa di piringnya. Dia menghapus noda makanan yang menempel di bagian tepi bibir dengan selembar tisu, setelah itu Nerisha meraih ransel yang ada di belakang kursi.Gadis berseragam SMA di salah satu sekolah elit itu berpamitan dengan kedua orang tuanya dan Natasha melakukan hal yang sama dengan adiknya.Natasha segera masuk mobil dan disusul Nerisha yang langsung duduk di tempatnya. Mesin mobil dinyalakan dan Natasha lah yang mengendalikan mobil tersebut.Perjalanan menuju sekolah Nerisha memakan waktu sekitar 30 menit dengan kondisi jalan raya yang tidak macet.***"Dah, Kakak. Hati-hati di jalan, jangan mengebut," pesan Nerisha yang telah turun dari mobil."Baiklah. Kau juga, jaga dirimu baik-baik. Beritahu Kakak andai terjadi sesuatu. Mengerti?"Dari balik jendela mobil, Natasha melambaikan tangan dan hal sama dilakukan Nerisha.
"Tidak!"Nerisha berteriak dengan keras, wajahnya pucat pasif dan keringat bercucur deras membasalah seluruh tubuh. Napasnya terengah-engah. Dia baru saja terbangun dari mimpi buruk yang seolah nyata."Apa yang sedang terjadi tadi, yang aku lihat dalam mimpiku itu? Siapa gadis itu dan seseorang yang memakai topeng di sana? Mengapa dia membawa pisau dan gunting, untuk apa itu semua? Lalu, gadis itu ….""Kejadian seperti apa, yang aku lihat di dalam mimpi? Sebenarnya siapa gadis itu? Mengapa dia dan orang itu bisa hadir dalam mimpiku dalam waktu yang bersamaan? Dengan alasan apa seseorang ingin melukai gadis itu?"Nerisha meraih gelas berisi air yang ada di atas nakas, meneguknya sampai tak tersisa. Dia berusaha menjernihkan pikirannya yang kacau akibat mimpi yang tak pernah terjadi sebelumnya."Nerisha, apa kamu sudah bangun?"Ketika Nerisha yang masih berpikir. Natasha datang dari ruangan lain, membuka