Share

RAHASIA SLIP GAJI MILIK SUAMIKU
RAHASIA SLIP GAJI MILIK SUAMIKU
Penulis: Vyra Fame

Hanya dapat sisa gaji

RAHASIA SLIP GAJI MILIK SUAMIKU

BAB 1

"Sayang, ini uang untuk keperluan bulanan bulan ini. Maaf ya cuma bisa kasih segini karena Ibu harus membayar uang untuk kelulusan Putri dan juga untuk rekreasi akhir tahun," ucap Mas Fauzan sembari menyerahkan sepuluh lembar uang berwarna merah padaku. Aku tersenyum sembari menerimanya. Mas Fauzan pun mendaratkan tubuh nya di sampingku yang sedang duduk di atas ranjang. 

"Terimakasih ya, Mas, insya Allah berkah. Dan semoga kedepannya rezeki kamu segera membaik."

"Amiin, makasih ya, Sayang, kamu sudah mau mengerti aku. Maaf kalau lagi-lagi hanya bisa kasih kamu uang segitu. soalnya kamu kan tau sendiri kalau setiap bulannya aku hanya mendapatkan gaji empat juta saja."

"Tidak apa-apa, Mas, aku ikhlas. Toh dari pendapatanku semuanya bisa tercover."

"Kamu memang istri yang terbaik yang aku punya. Aku semakin sayang dan cinta sama kamu."

Cup. 

Betapa kedua pipi ini terasa menghangat mendapatkan perlakuan manis dari Mas Fauzan. 

Tiga tahun pernikahanku dengannya, tidak pernah sekalipun aku melihat cacat dari diri Mas Fauzan selama ini. Pria itu begitu menyayangiku. Bahkan, perlakuannya juga selalu manis padaku. Begitupun dengan Ibu mertua dan adik iparku. Mereka sangat baik padaku.  

"Yaudah aku mau mandi dulu ya soalnya gerah banget." Aku pun sedikit tersentak dan akhirnya  mengangguk menjawab ucapan Mas Fauzan. Setelah Mas Fauzan masuk ke dalam kamar mandi dan terdengar bunyi gemericik air aku pun berniat untuk membereskan barang-barang milik Mas Fauzan seperti tas kerjanya yang tadi belum sempat ia kembalikan ke dalam lemari. 

Saat tangan ini menenteng tas kerja milik Mas Fauzan, tanpa sengaja kakiku tersandung kaki meja di sebelah tempat tidur, membuat tas kerja Mas Fauzan terjatuh dan seluruh isinya keluar berserakan.

Kupunguti satu-persatu barang-barang milik Mas Fauzan, sampai aku menemukan sebuah amplop putih yang entah mengapa firasatku kurang baik dengan amplop ini. Aku balik amplop ini, ternyata segelnya sudah terbuka. Karena rasa penasaran yang tinggi, akhirnya aku langsung mengambil kertas yang ada di dalam amplop ini dan membacanya dengan serius.

"Sepuluh juta? Uang apa ini?" Kubalik lembaran kertas itu ke bagian belakang dan kembali betapa terkejutnya aku melihat jabatan Mas Fauzan. 

"Jadi, Mas Fauzan naik jabatan jadi supervisor? Kenapa dia gak ngomong sama aku?" Berbagai tanda tanya hadir dalam benakku, terakhir yang kutahu Mas Fauzan masih karyawan biasa.Betapa aku sangat terkejut mengetahui kenyataan ini. Apakah selama ini aku telah salah menilai suamiku? Ah, entahlah seketika pusing rasanya kepalaku ini. 

Gemericik air di kamar mandi sudah tidak lagi terdengar. Aku pun memutuskan untuk bergegas mengembalikan tas milik suamiku ini. Biarlah aku tanyakan padanya saja nanti. Aku mau tau apakah dia akan menjawabnya jujur atau tidak. Kubereskan satu persatu barang-barang yang tadi di dalam tas kerja Mas Fauzan yang berserakan. 

"Lho, Dek? Kok kamu masih di situ? Gak siapin makanan buat, Mas?" 

"Iya, ini mau aku siapkan. Emm, Mas, uang untuk Ibu kamu apa sudah kamu kasih?" Mas Fauzan yang akan mengambil baju di dalam lemari mendadak berbalik arah dan menatapku. 

"Belum, rencananya malam ini mau Mas kasih. Makanya ini Mas mandi dulu."

"Aku ikut ya, Mas?" Entah kenapa aku mendadak ingin sekali ikut dia ke rumah ibu mertuaku. Setelah menemukan amplop tadi tiba-tiba firasatku mengatakan ada hal yang tidak beres. Entah itu apa aku belum bisa membuktikannya

"Kok tumben? Biasanya gak mau."

"Ya sesekali, emangnya gak boleh?"

"Ya … ya boleh sih. Tapi kan gak biasanya aja gitu."

"Aku kangen aja sama Ibu. Udah lama juga kan gak ke sana."

"Emm besok saja lah, sudah malam takutnya Ibu juga sudah mau istirahat, ‘kan?"

"Masa sih? Ini baru jam setengah tujuh lho, Mas. Gak mungkin kan habis magrib begini Ibu sudah tidur? Aku tahu kebiasaan Ibu kamu lho, Mas. Apalagi ini malam minggu biasanya kalau aku menginap di rumah Ibumu pasti Ibu sedang asik menghabiskan waktunya dengan menonton televisi sama aku dan Putri." Mas Fauzan tampak pias. Entah apa yang sedang disembunyikannya. Seandainya aku cenayang pasti aku tak perlu menebak-nebak seperti ini. 

"Kenapa, Mas? Kok diam? Kamu keberatan aku ikut ke rumah Ibu? Nanti kalau aku gak mau malah dikira menantu durhaka gak pernah menjenguk Ibu mertuanya." Kudesak terus Mas Fauzan agar ia memperbolehkanku ikut dengannya.

"Eh, bukan begitu tapi …."

"Tapi kenapa, Mas? Kamu ngomongnya gak jelas deh."

"Ck, yaudah deh, kamu boleh ikut kalau begitu." 

"Hemm jawab begitu saja kok susah banget sih, Mas. Kamu aneh deh."

"Ah apanya yang aneh? Perasaanmu saja kali, Dek. Yasudah kamu siapkan makanan untukku ya, Mas sudah lapar sekali nih."

"Oke deh, Mas, aku siapkan dulu makan malamnya baru setelah makan malam kita ke rumah Ibu." Mas Fauzan mengangguk pasrah. Ia pun kembali memilih baju yang akan ia gunakan sedangkan aku menuju ke dapur untuk mempersiapkan semuanya.  

Aku dengan cekatan menyiapkan menu masakan yang tadi sore kumasak. Sayur sop dengan tempe dan ayam goreng, tidak lupa sambal kecap dan kerupuk udang sebagai menu pelengkapnya kini sudah tersaji di meja makan. 

Setelah selesai menyipakan makam malam. Aku pun melangkah menuju kamar untuk memanggil Mas Fauza. Namun, saat kaki ini sudah sampai di depan pintu aku mendengar Mas Fauzan sedang menelepon seseorang, dari panggilannya kurasa Mas Fauzan sedang menelepon Ibu Mertua.

"Bu, gawat! Cepat suruh Anita ke rumah yang aku sewakan untuknya yang di sebelah rumah Ibu itu. Malam ini tiba-tiba saja Laura ingin ikut ke rumah Ibu."

Jantungku tiba-tiba berdetak kencang. "Apa maksudnya gawat? Dan siapa Anita?" 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
istri sholehah yg sangat mempercayai suaminya. berbagi rezeki itu dianjurkan laura. tetap aja percaya klu suami sangat jujur,setia dan hanya sayang padamu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status