Setelah Laura menghilang dari pandangannya, Anita langsung mengumpulkan semua barang belanjaannya dan hendak dibawa masuk ke dalam kamar.“Mau kemana kamu, An?” tanya Fauzan kesal. Dia belum mendapatkan jawaban seperti yang dia inginkan, apalagi setelah mendengar kata-kata dari Laura, kecurigaannya bertambah kuat terhadap Anita.“Dahlah, Mas, aku capek, aku ingin mandi dulu,” jawab Anita tidak menggubris suaminya yang tengah memandangnya dengan geram. Anita sudah tidak terlalu peduli dengan kemarahan Fauzan, toh sudah ada Angga yang siap memanjakannya kapan saja dia mau.“An … Anita! Aaahhhhhh …!" Fauzan berteriak kesal. Lelaki itu menyugar rambutnya dengan kasar.“Sial, benar-benar sial!” umpat Fauzan kemudian membanting pintu rumahnya dengan kasar. Lelaki itu hendak pergi ke rumah ibunya untuk meredakan emosi dirinya yang sudah sampai di ubun-ubun. Kedua istrinya sama-sama tidak bisa dia atur dan semaunya sendiri, apalagi Laura sama sekali tidak mau memberikan uang kepadanya, sehing
RAHASIA SLIP GAJI MILIK SUAMIKUBAB 1"Sayang, ini uang untuk keperluan bulanan bulan ini. Maaf ya cuma bisa kasih segini karena Ibu harus membayar uang untuk kelulusan Putri dan juga untuk rekreasi akhir tahun," ucap Mas Fauzan sembari menyerahkan sepuluh lembar uang berwarna merah padaku. Aku tersenyum sembari menerimanya. Mas Fauzan pun mendaratkan tubuh nya di sampingku yang sedang duduk di atas ranjang. "Terimakasih ya, Mas, insya Allah berkah. Dan semoga kedepannya rezeki kamu segera membaik.""Amiin, makasih ya, Sayang, kamu sudah mau mengerti aku. Maaf kalau lagi-lagi hanya bisa kasih kamu uang segitu. soalnya kamu kan tau sendiri kalau setiap bulannya aku hanya mendapatkan gaji empat juta saja.""Tidak apa-apa, Mas, aku ikhlas. Toh dari pendapatanku semuanya bisa tercover.""Kamu memang istri yang terbaik yang aku punya. Aku semakin sayang dan cinta sama kamu."Cup. Betapa kedua pipi ini terasa menghangat mendapatkan perlakuan manis dari Mas Fauzan. Tiga tahun pernikahanku
"Iya Bu, nggak tau kenapa tiba-tiba saja Laura ingin ikut ke rumah Ibu." Aku masih saja terus mendengarkan percakapan antara Mas Fauzan dan Ibunya. 'Apa mungkin Mas Fauzan selingkuh? Tapi apa iya Mas Fauzan setega itu sama aku sampai ia berselingkuh?' batinku memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. 'Pokoknya aku harus membuktikan apakah Mas Fauzan berselingkuh atau tidak. Awas saja kamu Mas, kalau sampai kamu berselingkuh kamu akan tau akibatnya!' Aku pun meninggalkan Mas Fauzan yang masih mengobrol dengan Ibunya. Aku biarkan saja dengan segala rencana yang Mas Fauzan rencanakan dengan Ibu. Aku yakin, suatu saat nanti bangkai itu akan tercium kalau memang benar Mas Fauzan menyembunyikan sesuatu di belakangku. "Mas, Mas Fauzan." Aku berpura-pura tidak melihat di mana Mas Fauzan berada. "Ya, Sayang. Mas di sini," ucap Mas Fauzan berteriak. Aku pun menghampiri Mas Fauzan yang sedang duduk di teras rumah. "Jadi ke rumah Ibu nggak, Mas?" "Jadi dong, Sayang, be
RAHASIA SLIP GAJI SUAMIKUBab 3"Mas ... kenapa kamu bawa dia ke sini, sih?!" tanya Anita tidak senang."Kamu yang kenapa tiba-tiba minta tolong gantiin lampu, sih?! Kamu gak takut ketahuan apa?"Mas Fauzan menatap awas ke sekeliling ruangan. Sepertinya takut aku menyadari sesuatu yang mencurigakan dan akhirnya ketahuan olehku."Cih ... gak usah mengalihkan pembicaraan, Mas. Aku tanya kenapa kamu bawa dia ke sini?!""Aku bukannya mau bawa dia, Anita. Dia yang tiba-tiba mau ke rumah Ibu. Kangen Ibu katanya. Masa iya aku larang dia buat ketemu mertua sendiri. Yang ada Laura malah curiga sama aku.""Ck, aku gak percaya, Mas.""Aku gak bohong, Anita. Sumpah.""Kalau kamu gak bohong, pokoknya sekarang kamu bawa dia pulang dan pamit nginap di rumah Ibu. Kamu mau kan menghabiskan malam ini bersamaku?"Mas Fauzan tidak segera menjawab permintaan Anita yang terdengar tidak masuk akal. Mungkin sedang memikirkan bagaimana cara membuat Anita tenang dan agar aku tidak curiga."Mas, kamu kok diam a
RAHASIA SLIP GAJI SUAMIKUBAB 4Aku memandang Mas Fauzan dan mengerutkan kening karena Mas Fauzan memesan ayam geprek beserta nasinya lima porsi, sedangkan kami hanya berempat saja."Tapi, kenapa kamu beli ayam gepreknya lebih, Mas? Di rumah ibu kan hanya ada empat orang," tanyaku menunjuk ke arah kantong kresek hitam yang berada di tangan kiri Mas Fauzan."Aku sengaja membeli lebih, Sayang. Siapa tahu Ibu atau Putri masih mau, jadi aku gak perlu bolak-balik. Lagipula ibu biasanya kalau makan ayam geprek memang dua porsi," terang Mas Fauzan memberi alasan.Sebenarnya alasan itu cukup masuk akal. Mungkin jika seperti biasa aku akan menerimanya, tetapi tidak setelah mendengar percakapan Mas Fauzan dengan Anita tadi. Aku curiga jika satu porsi ayam geprek itu untuk Anita. Aku pasti akan mencari tahu lebih dalam rahasia yang disembunyikan oleh Mas Fauzan dariku. Semuanya tanpa terkecuali."Kamu kenal sama Anita, Mas?" tanyaku kepada Mas Fauzan dan dia terlihat terkejut."Kenapa kamu berta
"Kenapa gugup, Mas?" tanya Laura. "Gugup? Mana ada aku gugup, Sayang, kamu tadi kan panggil aku. Jadi ya Mas jawab panggilan kamu." jawab Fauzan berusaha sesantai mungkin. "Terus kenapa kamu lama Mas?" Laura mengerutkan dahinya menatap Fauzan yang terlihat salah tingkah. "Ya tadi kan aku sudah bilang, kalau ngerokok dulu. Tadi Mas itu ngerokok dulu baru antar geprek ini buat Mbak Anita. Lagi pula Mas rasa itu cuma perasaan kamu aja, Sayang. Perasaan Mas malah Mas cuma sebentar nganternya." Fauzan selalu saja membuat alasan yang membuat Laura semakin curiga. "Ayo Mas kita masuk." Laura menarik tangan Fauzan untuk masuk ke dalam rumah. Saat Laura menarik tangan Fauzan, Fauzan sedikit menoleh ke rumah Anita. "Kalian kenapa tarik-tarikan gitu?" Bu Ana mengerutkan dahinya melihat Laura yang menarik tangan Fauzan. "Nggak apa-apa Bu, cuma pengen istirahat saja. Capek rasanya," jawab Laura sekenanya. "Oh ya Ra."Laura yang dipanggil Bu Ana menghentikan langkah kakinya dan duduk di se
"Kenapa? Biasanya gak pernah nolak?""Maaf, Mas, aku lagi halangan. Jangan sentuh-sentuh takutnya kebablasan." Fauzan menghela napasnya. Sebenarnya dia sedang ingin. Bahkan, menggilir dua wanita sekaligus pun Fauzan rasanya sangat mampu. Itu lah yang sejak dulu ia pikirkan ketika akan menikahi Anita. Yah, Fauzan dan Anita memang sudah menikah secara siri. Awalnya memang berjalan sukses karena Laura tidak mengetahuinya. Namun, kini sepertinya Laura mulai curiga dan jangan harap Laura akan diam saja. "Mas gak mau minta kok, cuma mau peluk saja." Fauzan kembali memeluk Laura dari belakang. Bahkan, tangannya sudah meremas area intim Laura yang menonjol yang sangat disukainya itu tidak besar tidak juga kecil. Sangat pas di tangannya. Namun, alih-alih Laura mendesah, ia justru menepis kasar tangan suaminya itu. Laura pun merubah posisi berbaringnya menjadi duduk. Ia menatap tajam Fauzan yang masih bingung dengan sikapnya yang mulai berubah. "Kamu kenapa sih, Dek? Sejak tadi sore aku perha
Laura mengambil sandal itu dan melihat secara seksama. Apakah itu benar sandal milik adik iparnya atau bukan. "Iya, ini memang sandal milik Putri. Masa iya dia nginap di sini?" Laura masih menerka-nerka . "Apa aku coba cek aja ke kamar Putri?""Ah iya, kayaknya aku harus cek dulu ke kamar Putri." Laura berbalik arah pulang ke rumah. Ia ingin melihat apakah Putri ada di kamarnya atau tidak. Ia berjalan dengan jantung yang berdetak tak karuan. Entahlah, meski sebenarnya Laura sudah tahu jawabannya setelah ia mendengar dan melihat sendiri apa yang terjadi pada Fauzan dan Anita tadi malam. Namun, rasanya untuk memgetahui lebih detailnya, Laura rasa sedikit takut. Akan tetapi, jika terus dibiarkan maka rasa penasaran itu semakin membuat Laura tersiksa. Tanpa Laura sadari akhirnya ia pun sampai di deoan kamar Putri. Segera ia membukanya sedikit dan secara perlahan agar tidak menimbulkan bunyi. Saat melihat di kamar Putri, Laura terkejut ternyata Putri sedang tidur pulas di kamarnya. "K