Sepasang mata sedang memerhatikan dengan serius pada objek ynag ada di hadapannya. Dahi, alis, bulu mata, hidung, bibir dagu dan tak sungkan tangan besarnya membelai pipi seseorang yang sedang tidur itu. Kulitnya halus dan kenyal.Alejandro tak sabar akan jadi seperti apa nanti keturunannya jika lahir. Apakah mirip dengannya atau wanita yang ada di depannya. Alejandro menyugar rambut Zevanya dengan hati-hati. Dia tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya. Karena sebentar lagi akan jadi Ayah dari seorang bayi kecil.Raut wajah yang sedari tadi ia pandangi berubah. Dahinya mengerut dan matanya mengeluarkan air. Entah apa yang sedang berada dalam mimpi Zevanya sehingga dia tidur pun bisa menangis seperti ini. Alejandro tak tinggal diam. Dia memeluk wanita itu dalam dekapannya.Meski ini sudah pagi tapi dia masih ingin menghabiskan wanktunya dengan Zevanya. Terlebih semalam dia sudah bilang pada Lian untuk menghandle pekerjaan di kantor. Dan tentunya dia berpesan untuk memberi perkembanga
Kedua insan yang sedang asyik bercengkrama tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita. Wanita yang sudah familier dengan keluarga ricardho. Bahkan dia menyandang status istri dan menantu sah.“Jadi begini cara Mama mempengaruhi Ale?!” Tessa dengan nada setengah teriak dan penuh penekanan.Wanita itu geram dan tak bisa menahan amarah. Karena disbanding-bandingkan dengan Zevanya. wanita yang hanya menjadi ibu pengganti bagi rumah tangganya dengan Alejandro untuk melahirkan anaknya.Bianca tak menghiraukan Tessa. Dan malah melangkah pergi dari ruangan putranya dengan menjinjing tas mewah warna hitam glossy dengan aksen kulit buaya khas merk Kerme. Langkahnya anggun, sorot matanya lurus dan tegas.Ketika sampai didekat menantunya dia berkata, “Jangan lupa. Zevanya ada diantara kalian berkat kau.” Senyum sinis Bianca membuat Tessa kehabisan kata-kata. Bianca berlalu meninggalkan anak dan mantunya.“Argh!” teriak Tessa memenuhi telinga Alejandro.Alejandro menghela napas. “Tessa
Dering yang familiar terdengar dari handphonenya. Satu pesan gambar masuk saat hendak menaiki anak tangga. Namun dia urungkan untuk mengecek pesan yang baru saja dia terima.“Cantik,” puji Alejandro saat melihat gambar foto yang dia terima sambil tersenyum.“Tuan, saya akan siapkan makan malam. Nyonya Tessa sedang ada pekerjaan dan akan pulang larut,” urai pelayan.Alejandro hanya merespon dengan anggukan dan melanjutkan langkahnya menuju tempat istirahatnya bersama Tessa.“Sudah sejak berapa lama aku tak menjejakkan kaki di sini.” Dia menghela napas dan langsung berniat untuk mengguyur badan yang sedari tadi sudah dirasa tak nyaman.Suara rintik air jatuh dari shower mengguyur badan yang dipenuhi dengan otot besar dan padat itu. mau beraktivitas bagaimana pun, Alejandro tetap berkharisma. Meski dia tak berniat untuk berpose layaknya model. Tapi gestur tubuhnya mengeluarkan damage yang mampu menyihir semua wanita dimuka bumi.Banyak sekali rekan kampus yang dulu tergila-gila dengannya
Pintu kamar tak terkunci. Bahkan sudah terbuka sejengkal jari. Pertanda sang pemilik sudah bangun. Jadi Rosa tak sungkan untuk masuk tanpa mengetuk pintu seperti biasa. Karena dia harus merapikan kamar dan menyiapkan makan serta vitamin untuk Zevanya.“Nyonya pagi ini …” kalimat Rosa terjeda ketika mendapati Zevanya yang sedang fokus melukis.Wanita itu menoleh ke arah sumber berasal. “Rosa …”TING!Mereka berdua sama-sama mendengar suara yang sama. Ya, itu suara bel, pertanda ada tamu yang datang.“Saya akan membuka pintu, Nyonya,” pungkas Rosa.Zevanya hanya mengedikkan bahunya selepas Rosa pergi. Siapa pagi-pagi ke sini? Tak mungkin Alejandro. Karena dia bilang akan sibuk beberapa hari. Batin Zevanya. Ibu hamil itu kembali fokus pada lukisan yang ada di depannya.Karena saking fokusnya memilih cat warna. Sampai-sampai Zevanya tak menyadari siapa yang kini berdiri di belakangnya.“Zeva ….”“ASTAGA!” pekik Zevanya karena saking kagetnya.Wajah panik dan imut sangat nampak jelas. Sehi
Sebelumnya ia tak pernah merasa sekecewa ini pada Tessa. Ternyata sesakit ini dikhianati orang yang kita percaya. Apalagi dalam ikatan suci yang diucapkan pada Tuhan di altar pernikahannya dulu dengan Tessa.Bagi Alejandro pernikahan itu janji suci yang tak dapat diingkari. Sedari dulu dia menjungjung tinggi komitmen. Ia tak pernah sedikit pun mengkhianati Tessa. Maka dari itu semua orang bilang dia bodoh.Itu semua bukan cinta, melainkan sebuah kedunguan yang pernah ia lakukan seumur hidup menyangkut Tessa. Jika saja dulu dia mendengarkan apa yang dikatakan Victor, Alexandra dan juga Bianca-mamanya. Mungkin kehidupan pernikahannya tak akan seperti ini.Dia sampai rela menjadikan oranng lain sebagai korban atas keinginan ia dan keluarganya. Ya, Zevanya adalah korban atas keinginan keluarganya untuk memiliki keturunan. Bahkan ini semua ide Tessa. Meski mereka disatukan oleh kontrak yang sama-sama menguntungkan. Namun tak bisa mengubah jika kenyataannya Alejandro mendapat kecurangan ata
Perasaan Bianca dan Ronald tak setenang har-hari kemarin. Ada banyak kejutan akhir-akhir ini. Mulai dari Lidya yang ternyata Ibu dari wanita yang menjual Rahim pada putra satu-satunya itu. Ada rasa senang karena ternyata anaknya dan anak sahabatnya bisa bersatu. Apalagi dengan kehamilan Zevanya. Mbuat Bianca dan Ronald merasa lengkap. Meski penyatuan mereka karena kontrak yang mereka buat.Tetapi tak selang beberapa waktu saja. Bianca dan Ronald mendapat kabar kalau Alejandro membuat wanita cantik itu sedang terbaring di rumah sakit ini.PLAK!!Sebuah tamparan mendarat dipipi Alejandro.“Apa yang kau lakukan pada Zeva, Ale!” pekik Bianca.Tak butuh waktu lama Bianca sudah menghamburkan tubuhnya pada Zevanya yang sudah ada di brankar rumah sakit. Belum juga ada tanda-tanda siuman dari wanita malang itu. belaian lembut tak henti Bianca ulurkan pada kepala Zevanya. Pelupuk matanya pun banjir dipenuhi linangan air mata.Bagaimana dia akan menjelaskan pada sahabatnya, Lidya. Bahwa putranya
Apa yang akan dilakukan wanita ini. Patah arah. Tak tau harus memulai dari mana. Suaminya sudah tak peduli lagi dan bahkan sudah mengusirnya dari kediaman yang sudah mereka singgahi selama beberapa tahun belakangan.“Siapa yang berani-beraninya mengirimkan itu pada Ale!”“AAAA!” jerit Tessa, tangan menjambak rambut yang biasanya terawat. Namun nyatanya kini jika ada orang yang melihat kondisinya, sudah pantas dijuluki orang gila seperti pada umumnya.“Hai, calon janda ….” sapa seseorang yang paling dia benci di dunia ini.Victor menyapanya seperti tanpa dosa.“W-Wait, belum ketuk palu kau sudah jadi gila begini. Ahahahaha …” tawa Victor renyah.“Bajingan kau! Ini semua ulahmu!” teriak Tessa menghadap layar ponsel yang di sana jelas terpampang wajah Victor pula.“Untuk kali ini bukan aku baby.” wajah serius Victor sejenak mengelabui Tessa.“Ahahaha tapi aku senang dengar kabar yang fantastis ini. Aku menunggu ini semua jadi viral. Tapi kalau ini semua viral kau akan banyak job atau …?”
Mulut mulai terbuka menerima suapan dari pria yang telah membuat dirinya hampir saja kehilangan nyawa. Makanan yang tersaji di atas sendok berhasil dilahap habis oleh Zevanya. Sedang ia mengunyah, sentuhan lembut yang mengusap luka dibibirnya.“Maafkan aku. Aku tak bisa mengontrol emosi.” Alejandro menghela napas saat maniknya menatap lekat pada sudut bibir Zevanya yang terluka.Ia juga melihat jelas bekas kemerahan yang hampir pudar. Bekas itu melingkar di leher wanita cantik itu. Ya, luka memar bekas cekik yang dilakukan Alejandro di luar kesadarannya. Akibat dari amarah yang membabi buta.Zevanya hanya diam tak membalas tatapan yang mengarah wajahnya. Ibu hamil itu tak juga masih kecewa terhadap Alejandro. Setiap mereka bertemu hanya penyiksaan yang diterimanya. Apakah ini memang takdir hidupnya? Menjalani kehidupan dengan perlakuan keras, hina dan cacian juga sudah biasa ia dengar dari mulut buas Alejandro.“Aku sudah bilang. Aku bisa makan sendiri. Kalau kau hanya bisa menyuapi s