Share

4. Sah

Author: Rafli123
last update Last Updated: 2025-07-21 10:22:54

Arsa merasa seperti dihantam badai ketika ibunya, Fadya, memberitahu bahwa pernikahan dengan Hana akan dipercepat. "Mama, kenapa acaranya dipercepat? Bukankah mama bilang empat hari lagi?" Arsa menolak tegas permintaan Fadya, suaranya penuh dengan kemarahan dan kekecewaan.

Fadya tersenyum manis, tapi mata Arsa melihat ada sesuatu yang dingin di balik senyum itu. "Mama tidak perlu memberitahu kamu, Arsa," kata Fadya dengan nada yang tegas. "Setiap keputusan tentang kamu akan mama ambil, katakan pada istrimu jangan membuat ulah."

Arsa menggelengkan kepala, tidak percaya bahwa ibunya lagi-lagi mengambil keputusan sendiri tanpa mempertimbangkan perasaannya. "Aku seperti boneka mu, mama," kata Arsa dengan suara yang lirih. "Aku tidak ada harganya, terlebih istriku, Davina."

Fadya menatap Arsa dengan mata yang tajam, seolah-olah dia tidak suka dengan kata-kata Arsa. "Boneka? Kamu berfikir mama menjadikan kamu boneka?" kata Fadya dengan nada yang mengejek. "Tidak salah kamu, Arsa? Justru kamu boneka istrimu, sejak dulu sampai saat ini tidak sedikit pun kamu menyadarinya, Arsa!"

Arsa merasa seperti disengat oleh kata-kata ibunya, dia tidak bisa membantah bahwa dia memang telah dikendalikan oleh Davina selama ini. Tapi itu semua bukan kendali tapi rasa cintanya pada Davina begitu sebaliknya. "Mama...ini tidak adil," kata Arsa dengan suara yang lemah.

Fadya tertawa, suaranya dingin dan tidak menyenangkan. "Adil? Kamu ingin mama berlaku adil pada kamu?" kata Fadya dengan nada yang mengejek. "Kamu sudah dewasa, Arsa, saatnya kamu memahami permintaan mama. Sudah cukup katakan pada istrimu,"

Fadya meninggalkan ruang keluarga tanpa menoleh Arsa, langkahnya tegap dan elegan. Setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, walau caranya yang berbelok, 'sampai kapan kamu menyadarinya Arsa. Mama tidak ingin kamu hancur semakin dalam saat mengetahui fakta itu. Mama sayang kamu, hanya ini cara terbaiknya,' batin Fadya, dia yakin bahwa keputusan yang dia ambil adalah yang terbaik untuk Arsa.

Sementara itu, Arsa menemui Davina dan menceritakan bahwa pernikahan dengan Hana akan dilakukan esok hari. Davina tidak kalah terkejut, dia merasa seperti dihantam badai lagi-lagi ibu mertuanya melangkah semakin jauh. "Maafkan aku sayang, aku janji hanya akan melakukan itu satu kali," kata Arsa, dia mendekap Davina dengan erat. "Selebihnya aku akan berada di sini bersama mu, kamu wanita satu-satunya dalam hidupku sayang."

Davina merasa sesal dan sakit, tapi dia juga ingin memaafkan Arsa. "Aku memaafkan kamu mas, lakukan seperti yang kamu ucapkan," kata Davina, dia menatap Arsa dengan mata yang sendu. "Aku butuh bukti, jam berapa kamu menikah mas?"

Arsa semakin mempererat pelukannya, dia merasa bersalah atas janji yang dia langgar tujuh tahun yang lalu. "Jam sembilan," kata Arsa, suaranya lembut. "Kamu tidak perlu hadir sayang, aku tidak sanggup melihatmu."

Tapi Davina tidak ingin mundur, dia ingin membuktikan bahwa dia adalah istri dan menantu yang baik. "Aku akan datang, sebagai istri dan menantu yang baik bukan?" kata Davina, dia tersenyum manis. "Itu yang di inginkan mama, dan aku akan membuktikannya tidak ada menantu lain di sini selain aku."

_

Jam sembilan, sesuai dengan keinginan Fadya, acara pernikahan yang tertutup dilakukan di kediaman Fadya. Hana berbalut kebaya putih panjang menjuntai ke lantai, sesaat Arsa terpana melihat kecantikan wanita yang tengah berjalan ke arahnya. Hana berjalan dengan langkah yang perlahan, matanya menatap ke depan, tidak melihat Arsa yang berdiri duduk di depan penghulu.

Arsa berbalik, suara deheman dari Davina menarik dirinya dari lamunan. Fadya berdiri di belakangnya, matanya menatap Arsa dengan senyum penuh arti. "Kamu terpesona pada Hana? Gadis yang cantik bukan?" ucap Fadya, suaranya penuh dengan ejekan.

Arsa langsung menanggapi dengan nada yang tegas. "Tidak ada wanita cantik di dunia ini selain mama dan istriku," kata Arsa, dia menatap Fadya dengan mata yang tajam. "Dan itu Davina, bukan wanita lain terlebih wanita murahan itu!"

Ucapan Arsa membuat Fadya menghela napas, dia tahu bahwa Arsa masih tidak bisa menerima Hana sebagai istrinya. Tapi Fadya yakin bahwa pernikahan ini akan membawa perubahan besar dalam hidup Arsa, dan dia tidak akan salah dalam memilih Hana sebagai istri Arsa.

Fadya menatap Hana yang sudah berdiri di samping Arsa, matanya menatap kebaya putih yang menutupi tubuh Hana. "Kamu terlihat cantik, Hana," kata Fadya, suaranya penuh dengan ketulusan.

"Istriku hanya Davina. Kau hanya lah istri di atas kertas." Arsa menekan setiap kata, begitu kisruh tanpa bisa di dengar oleh orang lain selain Hana.

Hana menatap Arsa sesaat dengan mata sendu, dia tahu bahwa Arsa sangat membencinya. "Saya tidak berniat untuk menggantikan posisi Davina dalam hati Anda dan saya tahu posisi saya, anda tidak perlu khawatir soal itu." Sahut Hana, suaranya penuh dengan kesabaran. "Saya hanya ingin menjalankan pernikahan ini dengan baik dan mejalani tugas saya sebaik mungkin."

Arsa tersenyum sinis, dia tidak percaya pada kata-kata Hana. Bagus, "tahu posisimu." Ujar Arsa suaranya penuh dengan cibiran.

Arsa merasa tidak nyaman dengan situasi ini, dia ingin segera menyelesaikan pernikahan nya.

Arsa dan Hana menandatangani dokumen pernikahan, dan dengan itu, mereka resmi menjadi suami istri. Tapi Arsa masih merasa tidak nyaman, dia tahu bahwa pernikahan ini tidak akan mudah.

Entah kapan Arsa mengucap ijab Kabul, tubuhnya bergetar ketika kata "SAH" terdengar di ruang keluarga. Arsa dan Hana saling menatap, mata mereka bertemu dalam sekilas. Arsa masih terlihat tidak nyaman, sementara Hana mencoba untuk menata hatinya.

Detik ini, Hana resmi menjadi istri Arsa walau hanya istri di atas kertas.

Fadya yang berdiri di samping mereka, tersenyum puas. "Selamat, anakku," kata Fadya, suaranya penuh dengan kebanggaan. "Sekarang kamu dan Hana resmi menjadi suami-istri. Mama harap setelah ini kalian ..." Fadya mengusap lengan Arsa menyalurkan kata 'ingat malam ini kamu harus bersama Hana. Agar cepat hamil.' melalui sentuhan tangannya.

Arsa tidak menjawab, dia hanya mengangguk kecil. Dia tahu bahwa pernikahan ini adalah keputusan ibunya, dan dia harus menerimanya.

Hana yang berdiri di samping Arsa,

Arsa tidak menjawab perkataan penghulu, dia hanya menatap Hana dengan mata yang meremehkan. Dia tahu bahwa pernikahan ini akan membawa perubahan besar dalam hidupnya, dan pernikahan pertamanya dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dengan pernikahan yang telah sah, Arsa dan Hana pun menjadi suami istri secara resmi. Mereka berdua harus menjalani kehidupan baru bersama, dengan segala konsekuensi yang akan datang.

"Tunggu Davina, Arsa. Kamu mau bawa Arsa? Kamu lupa hari ini suamimu menjadi suami Hana? Malam ini biarkan Arsa bersama Hana, mama ingin cucu secepatnya. Jangan ganggu Arsa,"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   5. Istri Persinggahan

    Davina tersenyum manis, tapi di balik senyum itu, dia menyembunyikan sakit hati yang mendalam. Sakit hati? Tentu, siapa yang rela suaminya memiliki wanita lain. Tetapi semua demi masa depan, Davina rela dimadu. Dia tahu bahwa pernikahan Arsa dengan Hana adalah keputusan ibunya, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa."Vin, aku denger keluarga suamimu mengadakan acara? Tidak biasanya acara di rumah, secara keluarga suamimu orang terkaya di sini. Kenapa kamu di sini?" Anggel mengambil minuman soda dari lemari pendingin."Tidak ada acara, hanya makan siang, kebetulan sepupu suamiku berkunjung dari luar negeri. Kenapa aku ada di sini, kamu tahu alasannya kan?" kata Davina, dia mencoba untuk terlihat santai. Angel, sahabatnya, memberikan minuman dingin padanya, dan Davina menerima dengan seulas senyum.Angel menatap Davina dengan mata yang tajam, dia tahu bahwa Davina menyembunyikan sesuatu. "Bagaimana ibu mertuamu? Apa mereka tahu jika kamu..." Angel menjeda ucapannya, menelisik sahabatnya ya

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   4. Sah

    Arsa merasa seperti dihantam badai ketika ibunya, Fadya, memberitahu bahwa pernikahan dengan Hana akan dipercepat. "Mama, kenapa acaranya dipercepat? Bukankah mama bilang empat hari lagi?" Arsa menolak tegas permintaan Fadya, suaranya penuh dengan kemarahan dan kekecewaan.Fadya tersenyum manis, tapi mata Arsa melihat ada sesuatu yang dingin di balik senyum itu. "Mama tidak perlu memberitahu kamu, Arsa," kata Fadya dengan nada yang tegas. "Setiap keputusan tentang kamu akan mama ambil, katakan pada istrimu jangan membuat ulah."Arsa menggelengkan kepala, tidak percaya bahwa ibunya lagi-lagi mengambil keputusan sendiri tanpa mempertimbangkan perasaannya. "Aku seperti boneka mu, mama," kata Arsa dengan suara yang lirih. "Aku tidak ada harganya, terlebih istriku, Davina."Fadya menatap Arsa dengan mata yang tajam, seolah-olah dia tidak suka dengan kata-kata Arsa. "Boneka? Kamu berfikir mama menjadikan kamu boneka?" kata Fadya dengan nada yang mengejek. "Tidak salah kamu, Arsa? Justru kam

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   3. Sepakat

    Sinar matahari berlahan menerobos cela jendela, Hana yang sejak pagi sudah bersiap dengan seragam salah satu restoran ternama di kotanya. Sita yang sejak semalam menginap, kini tengah menikmati nasi goreng buatannya."Hana sarapan dulu, ingat menghadapi kenyataan butuh tenaga juga kan!" selorohnya garing. "Apa sih! Kamu makan aja yang banyak. Aku belum lapar." Sahutnya, memilih duduk di kursi teras. Ya, bener di katakan oleh Fadya semalam. Juragan Broto dan anak buahnya tidak menampakkan diri di hadapannya. "Ayok, berangkat! Jangan mikirin hal yang belum terjadi, berfikir yang indah aja ya. Semangat Hana!!" Sita merangkul pundak Hana, wanita berkerudung hitam segi empat itu menggelengkan kepala melihat tingkah random sahabatnya.Terbebas dari kejaran hutang jurangan Broto membuatnya tenang, namun ketenangan itu entah sampai kapan. Mengingat satu minggu waktu untuk bebas dirinya, setelah itu takdir apa yang akan menghampirinya nanti.Pengunjung restoran semakin ramai, membuat semua k

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   2. Tawaran

    "Kenapa diam? Ini tawaran yang datang hanya sekali. Kenapa aku memilih kamu, itu karena aku ingin cucuku terlahir dari wanita bersih. Dan kamu wanita yang beruntung itu. Aku memilih kamu untuk menikah dengan anakku! Ingat waktu kamu tidak banyak. Jadi jangan banyak berfikir." Ucap wanita itu, penuh penekanan."Nyonya, bagaimana dengan istri pertama putra anda? Apakah ...""Kamu jangan pikirkan yang lain. Tugas kamu cuma satu, menikah dan mengandung penerus keluarga Prasaja, kamu tidak lupa kan juragan Broto akan datang besok pagi dan kamu akan menjadi istri keempat tua bangka itu.""T-tapi, nyonya ...""Kamu sudah membuang waktuku. Persiapkan dirimu, besok aku akan menjemputmu! Sebelum itu kamu hubungi nomer ini, pastikan jawabannya sesuai keinginan ku."Suara sepatu high heels beradu dengan lantai yang semakin menjauh dari Hana, tubuh yang sejak tadi menunduk kini luruh ke lantai. Air mata mengalir deras tanpa bisa di bendung lagi. Tangis Hana pecah, lelah dan sesak mengingat kejadi

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   1. Ancaman

    "Hana! Cepat kamu bayar hutang kamu, kalau tidak bersiaplah menjadi istri ke empat ku." Ucap Broto, seorang rentenir yang kejam."P–pak, Broto. Aku akan bayar semua hutang orang tuaku, tapi aku mohon berikan waktu makam ayahku masih basah, mana mungkin ..." Ucapan Hana terhenti, suara lantang dan sorot mata tajam itu kembali terdengar."Kamu pikir uang ku itu uang ibumu, hah! Cepat bayar hutang kamu, aku kasih waktu satu minggu kalau tidak, gaun pengantin dan penghulu yang akan ke sini. Paham kamu!" Tegas Broto.Pria berbadan tambun itu, menyeringai melihat wajah cantik alami Hana. Ya, Broto pria yang terkenal dengan kekejian, seorang rentenir sekaligus juragan tanah. Sifatnya yang semena-mena terhadap orang di sekitarnya, terlebih mereka yang memiliki utang piutang dengan Broto. "Tolong, berikan aku waktu lagi pak. Aku janji akan melunasinya," Hana memohon dengan suara yang bergetar. Entah cara apa ia mampu melunasi hutang orang tuanya, mengingat jumlah yang tidak sedikit sedangkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status