Share

5. Istri Persinggahan

Author: Rafli123
last update Last Updated: 2025-07-21 10:23:17

Davina tersenyum manis, tapi di balik senyum itu, dia menyembunyikan sakit hati yang mendalam. Sakit hati? Tentu, siapa yang rela suaminya memiliki wanita lain. Tetapi semua demi masa depan, Davina rela dimadu. Dia tahu bahwa pernikahan Arsa dengan Hana adalah keputusan ibunya, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Vin, aku denger keluarga suamimu mengadakan acara? Tidak biasanya acara di rumah, secara keluarga suamimu orang terkaya di sini. Kenapa kamu di sini?" Anggel mengambil minuman soda dari lemari pendingin.

"Tidak ada acara, hanya makan siang, kebetulan sepupu suamiku berkunjung dari luar negeri. Kenapa aku ada di sini, kamu tahu alasannya kan?" kata Davina, dia mencoba untuk terlihat santai. Angel, sahabatnya, memberikan minuman dingin padanya, dan Davina menerima dengan seulas senyum.

Angel menatap Davina dengan mata yang tajam, dia tahu bahwa Davina menyembunyikan sesuatu. "Bagaimana ibu mertuamu? Apa mereka tahu jika kamu..." Angel menjeda ucapannya, menelisik sahabatnya yang terlihat santai.

Davina tersenyum lagi, dia tahu bahwa Angel mengkhawatirkannya. "Kamu tidak perlu khawatir, Angel," kata Davina, suaranya penuh dengan keyakinan. "Rahasia akan tetap menjadi rahasia. Aku akan menyimpannya sampai mati."

Angel menghela napas, dia tidak yakin dengan kata-kata Davina. "Vin, aku mengkhawatirkan kamu," kata Angel, suaranya penuh dengan kekhawatiran. "Apa yang akan terjadi jika Arsa tahu tentang rahasia terbesarmu?"

Davina tersenyum manis lagi, dia tahu bahwa Angel tidak akan mengerti. "Aku sudah siap untuk menghadapi apa pun yang terjadi," kata Davina, suaranya penuh dengan keyakinan. "Aku hanya perlu waktu untuk menyusun rencana. Lagi pula Arsa begitu mencintaiku, aku akan tetap bersama dengannya dan hanya ada aku sebagai nyonya Prasaja." Tegas Davina.

Angel menatap Davina dengan mata yang penuh kekhawatiran, dia tahu bahwa sahabatnya itu tidak seperti biasanya. "Vin, kamu harus berhati-hati," kata Angel, suaranya penuh dengan peringatan. "Arsa tidak seperti yang kamu pikirkan, dia bisa berubah menjadi orang yang sangat berbahaya jika dia tahu tentang rahasia terbesarmu."

Davina tersenyum manis lagi, dia tahu bahwa Angel hanya ingin melindunginya. "Aku tahu, Angel," kata Davina, suaranya penuh dengan keyakinan. "Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya perlu sedikit bermain maka semua akan berjalan sesuai putaran dan Arsa tidak bisa meninggalkanku."

Angel menghela napas, dia tidak yakin dengan kata-kata Davina. "Vin, kamu harus ingat bahwa kamu tidak sendirian," kata Angel, suaranya penuh dengan dukungan, meski ada ragu di sudut terdalam hatinya. "Aku ada di sini untuk mendukungmu, apa pun yang terjadi."

Davina tersenyum manis lagi, dia tahu bahwa Angel adalah sahabat yang setia. "Terima kasih, Angel," kata Davina, suaranya penuh dengan rasa syukur. "Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan tanpa kamu."

Kembali, Davina dan Angel pun melanjutkan percakapan mereka, membahas rencana dan strategi untuk menghadapi situasi yang sedang terjadi. Davina tahu bahwa dia harus berhati-hati dan tidak bisa lengah, karena dia tahu bahwa Ibu mertuanya tidak akan diam begitu saja.

_

Pria tampan terlihat gusar, sejak pagi saat acara pernikahan belum selesai istrinya memilih pergi. Satu baris pesan untuk tidak mencarinya dan permintaan agar dirinya segera melakukan kewajibannya. [Aku tidak akan melakukannya, jika kamu tidak di rumah. Mungkin ini terdengar egois tapi aku sangat mencintaimu, aku tidak akan melakukan apapun padanya tanpa kamu di kamar kita sayang.] Arsa meremas kasar rambutnya. Davina wanita yang ia cintai memilih untuk pergi sebelum acara pernikahan selesai.

Alasan yang sebenarnya di pahami Arsa, namun ia tidak ingin membuat wanita yang bersamanya lebih dari tujuh tahun itu tersakiti. Satu tahun pacaran dan memutuskan untuk menikah hingga detik ini. Meski tanpa kehadiran buah cinta mereka akan tetapi cinta Arda pada Davina tak pernah lekang oleh waktu.

Suara pintu terbuka, Arsa menoleh. "Sayang, kamu dari mana? Aku mengkhawatirkan mu," Arsa memeluk tubuh Davina erat.

"Mas, aku tidak ingin menganggu waktu kamu. Semakin cepat kamu melakukannya maka semakin cepat kamu menceraikannya, pergilah aku tunggu di sini. Cepatlah kembali mas," kata Davina, memindai baju yang di pakai Arsa masih yang sama sejak pagi.

"Baiklah, demi kamu. Aku akan melakukan dengan cepat, ingat hanya ada kamu. Hanya namamu yang aku agungkan sayang,"

"Aku percaya padamu sayang. Lakukan secepatnya,"

Arsa mengangguk, sebelum pergi mengecup kening Davina. Di kamar yang berbeda Hana terlihat gelisah, bukan karena menjadi istri tetapi ia belum siap untuk melakukan dengan Arsa. Pria yang kini berstatus sebagai suaminya.

Brakk

Pintu di buka secara kasar, Arsa menatap dingin Hana yang berdiri menjauh darinya.

"Kenapa? Cepat lakukan tugas mu!" Tekan Arsa. Membaringkan di atas tempat tidur.

"T–tugas? Tugas apa tuan?" tanya Hana terbata.

"CK! Jangan pura-pura, cepat lakukan. Ingat tanpa mengunakan hati." Sinis Arsa.

"Berhenti menjadi wanita polos, cepat!" Sentak Arsa, menarik pergelangan tangan Hana.

Hana tersentak, ia memekik tertahan. "T-tuan .." Isak Hana. Sesaat wanita cantik itu pasrah menerima kenyataan pahit hidupnya. Pernikahan tanpa cinta, takdir menjadikan dirinya wanita kedua dan mengandung seorang penerus keluarga konglomerat.

Satu jam berlalu, Hana terdiam di balik dinding kamar yang dingin. Hampa mendapatkan kenyataan dalam takdir hidupnya. "Memangnya apa yang aku harapkan? Bukankah mereka sudah memberikan hak padaku, sebelumnya?" Gumam Hana.

Terjaga hingga jam dua dini hari, Hana terbangun kesiangan. Ingat jika tinggal di kediaman nyonya Fadya. Langkahnya terhenti, di ruang makan sudah lengkap termasuk Arsa dan Davina.

"Hana, kemari!" Fadya menarik sudut bibirnya, melihat langkah Hana yang terlihat berbeda. Tanda di leher gadis cantik itu, sebagai tanda bahwa sesuatu telah terjadi tadi malam.

"Selamat pagi nyonya, maaf aku kesiangan," sapa Hana, tanpa sengaja tatapannya berseloroh dengan manik tegas Arsa. Tatapan yang dingin dan acuh.

"Mulai hari ini panggil saya mama. Sampai anakmu lahir dan kamu pergi dari rumah ini." Ucap Fadya tidak terbantahkan. "Makan yang bergizi, agar kamu cepat hamil." Sambungnya, Hana mengangguk pelan. Menikmati sarapan pagi yang tidak pernah terbayangkan oleh Hana. Bersama keluarga tersohor membuatnya sungkan terlebih Davina istri pertama Arsa bersikap anggun, namun manja dan Arsa begitu perhatian padanya.

"Hana, biarkan piring kotor itu di sana. Ada pelayanan yang merapikan, kamu pergilah ke kamar." Perintah Fadya, dan kembali berucap. "Kalau kau bosan, pergilah ke samping ada taman bisa kamu lihat. Jaga sikapmu, nanti malam aku minta untuk tidak keluar kamar." Lanjutnya sebelum pergi.

"Baik, mam." Hana menghela napas panjang. Sudut hatinya terasa nyeri, sama-sama menantu tapi berbeda perlakuan.

"Hai, maduku. Bersikap lah seperti itu, kamu tidak lupa kan? Kamu cuma istri persinggahan suamiku!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   5. Istri Persinggahan

    Davina tersenyum manis, tapi di balik senyum itu, dia menyembunyikan sakit hati yang mendalam. Sakit hati? Tentu, siapa yang rela suaminya memiliki wanita lain. Tetapi semua demi masa depan, Davina rela dimadu. Dia tahu bahwa pernikahan Arsa dengan Hana adalah keputusan ibunya, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa."Vin, aku denger keluarga suamimu mengadakan acara? Tidak biasanya acara di rumah, secara keluarga suamimu orang terkaya di sini. Kenapa kamu di sini?" Anggel mengambil minuman soda dari lemari pendingin."Tidak ada acara, hanya makan siang, kebetulan sepupu suamiku berkunjung dari luar negeri. Kenapa aku ada di sini, kamu tahu alasannya kan?" kata Davina, dia mencoba untuk terlihat santai. Angel, sahabatnya, memberikan minuman dingin padanya, dan Davina menerima dengan seulas senyum.Angel menatap Davina dengan mata yang tajam, dia tahu bahwa Davina menyembunyikan sesuatu. "Bagaimana ibu mertuamu? Apa mereka tahu jika kamu..." Angel menjeda ucapannya, menelisik sahabatnya ya

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   4. Sah

    Arsa merasa seperti dihantam badai ketika ibunya, Fadya, memberitahu bahwa pernikahan dengan Hana akan dipercepat. "Mama, kenapa acaranya dipercepat? Bukankah mama bilang empat hari lagi?" Arsa menolak tegas permintaan Fadya, suaranya penuh dengan kemarahan dan kekecewaan.Fadya tersenyum manis, tapi mata Arsa melihat ada sesuatu yang dingin di balik senyum itu. "Mama tidak perlu memberitahu kamu, Arsa," kata Fadya dengan nada yang tegas. "Setiap keputusan tentang kamu akan mama ambil, katakan pada istrimu jangan membuat ulah."Arsa menggelengkan kepala, tidak percaya bahwa ibunya lagi-lagi mengambil keputusan sendiri tanpa mempertimbangkan perasaannya. "Aku seperti boneka mu, mama," kata Arsa dengan suara yang lirih. "Aku tidak ada harganya, terlebih istriku, Davina."Fadya menatap Arsa dengan mata yang tajam, seolah-olah dia tidak suka dengan kata-kata Arsa. "Boneka? Kamu berfikir mama menjadikan kamu boneka?" kata Fadya dengan nada yang mengejek. "Tidak salah kamu, Arsa? Justru kam

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   3. Sepakat

    Sinar matahari berlahan menerobos cela jendela, Hana yang sejak pagi sudah bersiap dengan seragam salah satu restoran ternama di kotanya. Sita yang sejak semalam menginap, kini tengah menikmati nasi goreng buatannya."Hana sarapan dulu, ingat menghadapi kenyataan butuh tenaga juga kan!" selorohnya garing. "Apa sih! Kamu makan aja yang banyak. Aku belum lapar." Sahutnya, memilih duduk di kursi teras. Ya, bener di katakan oleh Fadya semalam. Juragan Broto dan anak buahnya tidak menampakkan diri di hadapannya. "Ayok, berangkat! Jangan mikirin hal yang belum terjadi, berfikir yang indah aja ya. Semangat Hana!!" Sita merangkul pundak Hana, wanita berkerudung hitam segi empat itu menggelengkan kepala melihat tingkah random sahabatnya.Terbebas dari kejaran hutang jurangan Broto membuatnya tenang, namun ketenangan itu entah sampai kapan. Mengingat satu minggu waktu untuk bebas dirinya, setelah itu takdir apa yang akan menghampirinya nanti.Pengunjung restoran semakin ramai, membuat semua k

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   2. Tawaran

    "Kenapa diam? Ini tawaran yang datang hanya sekali. Kenapa aku memilih kamu, itu karena aku ingin cucuku terlahir dari wanita bersih. Dan kamu wanita yang beruntung itu. Aku memilih kamu untuk menikah dengan anakku! Ingat waktu kamu tidak banyak. Jadi jangan banyak berfikir." Ucap wanita itu, penuh penekanan."Nyonya, bagaimana dengan istri pertama putra anda? Apakah ...""Kamu jangan pikirkan yang lain. Tugas kamu cuma satu, menikah dan mengandung penerus keluarga Prasaja, kamu tidak lupa kan juragan Broto akan datang besok pagi dan kamu akan menjadi istri keempat tua bangka itu.""T-tapi, nyonya ...""Kamu sudah membuang waktuku. Persiapkan dirimu, besok aku akan menjemputmu! Sebelum itu kamu hubungi nomer ini, pastikan jawabannya sesuai keinginan ku."Suara sepatu high heels beradu dengan lantai yang semakin menjauh dari Hana, tubuh yang sejak tadi menunduk kini luruh ke lantai. Air mata mengalir deras tanpa bisa di bendung lagi. Tangis Hana pecah, lelah dan sesak mengingat kejadi

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   1. Ancaman

    "Hana! Cepat kamu bayar hutang kamu, kalau tidak bersiaplah menjadi istri ke empat ku." Ucap Broto, seorang rentenir yang kejam."P–pak, Broto. Aku akan bayar semua hutang orang tuaku, tapi aku mohon berikan waktu makam ayahku masih basah, mana mungkin ..." Ucapan Hana terhenti, suara lantang dan sorot mata tajam itu kembali terdengar."Kamu pikir uang ku itu uang ibumu, hah! Cepat bayar hutang kamu, aku kasih waktu satu minggu kalau tidak, gaun pengantin dan penghulu yang akan ke sini. Paham kamu!" Tegas Broto.Pria berbadan tambun itu, menyeringai melihat wajah cantik alami Hana. Ya, Broto pria yang terkenal dengan kekejian, seorang rentenir sekaligus juragan tanah. Sifatnya yang semena-mena terhadap orang di sekitarnya, terlebih mereka yang memiliki utang piutang dengan Broto. "Tolong, berikan aku waktu lagi pak. Aku janji akan melunasinya," Hana memohon dengan suara yang bergetar. Entah cara apa ia mampu melunasi hutang orang tuanya, mengingat jumlah yang tidak sedikit sedangkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status