Share

Mau Gue Anter Balik?

Hari ini seperti nya keberuntungan sedang tidak berpihak pasa Kanaya. Langit yang tengah menurunkan butiran hujan membuat nya menunggu sang sopir di depan pos satpam penjaga sekolah. Dan itu mengharuskan dia berjalan kaki ke depan sekolah. Namun ketika ia hendak keluar dari depan kelas, ia baru menyadari jika ia tidak membawa jas hujan ataupun jaket. Sehingga membuat nya kebingungan bagaimana caranya agar ia tidak kehujanan saat berjalan depan sekolah. Saat baru saja melangkah, tiba-tiba ia di kejutkan dengan kehadiran Raka yang memayungi kepalanya dengan jaket miliknya.

"Jangan hujan-hujanan, nanti lo sakit," Ucap Raka.

"Sorry Kak, saya bisa sendiri," Tolak Naya.

"Gak usah ngeyel, sini sama gue biar gak kehujanan,"

"Gak papa kak, saya bisa sendiri. Gausah repot-repot,"

"Udah ayo jalan." Raka pun kemudian merangkul pundak Naya dan menyampirkan jaket nya keatas kepala mereka berdua, mau tidak mau Naya pun mengikuti langkah Raka yang berjalan menuju ke pos satpam sekolah.

"Lo nunggu siapa?" Tanya Raka ketika sudah berteduh

"Sopir saya kak,"

"Kenapa dia belum dateng?"

"Gak tau saya kak, tadi katanya sebentar lagi dateng,"

"Mau gue anter balik?"

"Gak usah kak, terimakasih. Kakak kalo mau pulang, pulang aja gak usah nungguin saya, saya berani sendirian kok,"

"Yee, gak usah ke PDan deh lo, orang gue nunggu hujan reda,"

"Tapi hujannya kan udah berhenti kak," Benar saja, ketika Raka menengok ke jalanan, hujan sudah tidak turun lagi, namun Raka masih tetap ingin menemani Naya sampai ia di jemput supir nya.

"Eh itu, gue lagi nunggu temen juga kok, jadi gak papa kan kalo gue tunggu disini juga, ini kan tempat umum," Ucap Raka yang tetap mencari alasan untuk menemani Naya.

Naya yang mendengar nya pun hanya menganggukan kepala nya. Tak lama setelah itu ponsel Kanaya pun berbunyi.

"Hallo pak Adi?"

"(Maaf Non, bapak gak bisa jemput. Istri Bapak tadi sakit, jadi Bapak harus anterin ke Klinik, Non bisa pulang bareng teman Non kan?)"

"Ohh gitu ya Pak, iya gak papa. Bapak temenin istri Bapak aja dulu,"

"(Maaf banget ya Non,)"

"Iya Pak, gak papa. Yaudah kalo gitu Pak,"

Setelah menerima telfon muka Naya pun berubah jadi lesu, ia tidak bisa pulang bersama temannya karena mereka sudah pulang dari tadi. Jadi sekarang ia harus memesan taxi online.

"Kok palah bengong, kenapa sopir lo?" Ucap Raka mengagetkan Naya.

"Gak bisa jemput," Jawab Naya

"Terus lo balik sama siapa?"

"Ya sendiri,"

"Jalan kaki?"

"Naik taxi online lah,"

"Lo yakin mau nungguin taxi online? "

"Emang kenapa?"

"Taxi online datengnya lama loh, lo mau nunggu sendirian disini? Anak-anak udah pada pulang semua kan,"

"Ya mau gimana lagi kak, daripada saya jalan kaki,"

"Gue anter pulang yuk!"

"Eh, gak usah Kak. Biar saya tungguin taxi nya aja, lagian tadi kan Kakak bilang nya lagi nungguin temen. Temennya belum dateng kok udah mau pergi duluan?"

"Temen gue gak penting, yang penting lo balik dengan selamat. Tenang aja, gue gak bakal jahat ke lo kok. Gue anter lo sampe depan pintu rumah. Gak boleh nolak pokoknya, lo tunggu disini, gue ambil motor dulu."

Naya pun hanya bisa pasrah menerima tawaran Raka, daripada ia harus lama menunggu taxi online, jadi lebih baik dia diantar Raka biar cepat, walaupun sebenarnya ia sangat tidak mau jika di bonceng dengan motor. Tak lama setelah itu, terdenar suara motor sport merah menghampiri nya.

"Ayo naik," Ucap pengemudi motor tersebut yang ternyata Raka.

"Naik situ kak?" Tanya Naya dengan polosnya sambil menunjuk jok belakang motor Raka.

"Ya iyalah naik sini, mau naik mana lagi? Gak mungkin kan lo yang boncengin?"

"Tapi rok saya kan pendek kak,"

Raka menepuk jidatnya, ia lupa jika Naya memakai rok pendek diatas lutut. Kemudian ia turun dari motornya dan melilitkan Jaketnya pada pinggang Naya agar paha nya tidak terlihat ketika menaikki motor nya nanti.

"Udah ga keliatan lagi kan, sekarang ayo naik," Perintah Raka.

Naya pun menurutinya, kemudian ia naik ke atas motor Raka. Namun Raka tak kunjung menjalankan nomornya.

"Kenapa gak jalan kak? Saya kan udah naik,"

"Lo mau jatoh atau kejungkal? Pegangan pinggang gue,"

"Apaan sih, modus banget deh jadi cowok!" Ucap Naya sewot.

"Yaudah kalo gak mau pegangan, jangan salahin gue ya kalo ada apa-apa."

Kemudian Raka menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi yang membuat tangan Kanaya refleks memeluk pinggang nya.

"Kak, pelan-pelan ding bawa motornya. Kalo saya jatuh gimana?" Teriak Naya di belakang.

Raka yang melihat ekspresi ketakutan Naya pun tersenyum dari balik helm fullface nya.

"(Lo masih tetep lucu ya kalo lagi ketakutan) " Ucap Raka dalam hati.

Kemudian Raka pun memelankan motornya dan Naya pun melepaskan pelukan di pinggang Raka.

"Lah kon di lepas Nay?"

Namun Naya hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaan Raka.

"Jangan ngambek gitu dong, jelak banget lo kalo ngambek gitu,"

Naya pun masih diam tak bergeming. Kemudian Raka menghentikan motornya di pinggir jalan, kemudian melihat kondisi Naya. Betapa terkejutnya ia ketika melihat wajah Naya yang sangat pucat seperti orang ketakutan.

"Naya, lo kenapa? Muka lo pucet banget," Ucap Raka sambil menurunkan Naya dari motornya dan mengajaknya duduk pada kursi yang berada dipinggir jalan.

"Sa..sayaa ta....taakuut kak," Jawab Naya dengan bibir yang bergetar. Kemudian Raka menyerahkan botol minuman yang selalu ia bawa ketika ke sekolah.

"Minum dulu Nay, lo tenangin dulu diri lo."

Setelah menghabiskan satu botol air minum Raka, Naya kembali terlihat normal.

"Lo kenapa jadi pucet gitu Nay? kan tadi gue bawanya gak ngebut-ngebut amat perasaan,"

"Sebenernya saya ada trauma kak, dulu saya pernah dibonceng sama pacar saya dan mengalami kecelakaan sampai membuat dia meninggal. Sejak saat itu saya jadi trauma kalau naik motor," Raka yang mendengar nya pun merasa bersalah sudah mengajak Nya menaikki motornya.

"Gue minta maaf Nay, gue beneran gak tau kalo lo ada trauma naik motor." Sesal Raka.

"Iya kak gak papa,"

"Kita makan dulu yuk, itu ada warung. Kita makan disana, lo keliatan capek banget, pasti belum makan kan?"

Naya pun hanya bisa mengangguk dan mengikuti Raka. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status