Share

Bab 188. Menghukum

Author: weni3
last update Last Updated: 2025-07-08 15:53:00
"Sembunyikan apa?"

Gama terlihat santai berbeda dengan Zoya yang tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Zoya mendadak bingung dalam bersikap, panik juga, khawatir semua terbongkar meskipun Zoya tau pasti ada masanya semua akan tau apa yang terjadi pada Sena.

"Mas... "

Zoya menyentuh lengan Gama tetapi pria itu justru meraih tangannya kemudian melepaskannya begitu saja. Zoya bungkam mengikuti langkah Gama yang terlihat maju mendekati Bara.

"Apa yang Om curigakan? Katakan saja sekiranya aku bisa meluruskan atau menjelaskan. Tidak masalah! Aku akan menjawabnya," kata Gama tanpa takut.

Bara pun melangkah mendekati hingga keduanya saling berhadapan. Bara menatap Gama dengan tatapan menyelidik.

"Dimana Sena? Apa kamu menyembunyikannya? Selama menikah kamu tidak pernah datang membawa Sena. Kamu juga lebih sibuk dengan istri pertamamu itu."

"Ingat Gama! Kamu sendiri yang meminta Sena padaku. Seharusnya kamu lebih bertanggung jawab dengan putriku! Bukan pilih kasih dengan ha
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Pingo Batalipu
duh mn lanjutannya ya
goodnovel comment avatar
Selvie Alia
lanjuttt thorrr...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 196. Melek Mata Loe, Bara!

    "Nek jangan bilang begitu! Nenek harus kuat." Zoya memeluk Nenek tetapi beliau seperti kesulitan bernafas dan semakin lama semakin melemah. "Mas! Mas! Nenek, Mas!" pekik Zoya kemudian Gama pun beranjak dan meraih tubuh Nenek. "Nek kuat, Nek! Gama belum bisa membahagiakan Nenek. Bangun! Jangan pergi dulu!" kata Gama yang kemudian memeluk Nenek seraya mengusap kepala beliau. Zoya menangis melihat itu sedangkan Santi dan Bara segera mendekati kemudian meraih tubuh Nenek. Semua panik, Gama juga sudah menitikkan air mata dan Zoya mengusap pundak suaminya untuk menguatkan pria itu. "Nek! Aku mohon." Gama terlihat sangat sedih sekali kemudian menoleh ke arah Zoya. "Sayang panggil dokter sekarang!" perintah Gama dan Zoya segera keluar karena tombol yang menghubungkan pada dokter tak kunjung membuahkan hasil sedangkan Bara dan Santi tidak ada pergerakan sama sekali. Mereka panik sampai dimana Dokter yang Zoya panggil pun segera datang untuk segera memeriksa kondisi Nenek. "Silahkan

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 195. Titip Gama!

    "Tapi aku tidak setuju! Bagaimana bisa Ibu meminta keluargaku terusir dari keluarga Atmanegara? Aku pun berhak menjadi anggota dari keluarga itu. Aku justru anak Ibu. Tidak sepantasnya aku yang harus terbuang dan kalah dengan seorang cucu yang baru ditemukan." Bara menunjukkan kembali taringnya. Otaknya entah kemana sampai-sampai Zoya menggelengkan kepala kemudian melirik Gama yang masih diam. "Ibu tidak tau bagaimana sikapnya. Ibu pun tidak tau bagaimana perangainya. Sekarang anakku menjadi korban dan akan bagaimana nanti? Aku dan keluargaku pun akan menjadi korban selanjutnya? Ibu justru mengijinkan kami dibuang olehnya. Apa memang ini rencana Ibu untuk menendang keluargaku dari keluarga Atmanegara?" " Ibu sudah muak denganku. Begitu, Bu? Dengan perantaranya dan dengan mudahnya Ibu meminta dia mengusirku dari keluarga yang sejak dulu aku jaga. Ibu sakit tetapi aku tidak habis pikir jika Ibu justru memintanya untuk mengeluarkanku dari keluarga besarku sendiri." Sontak semua m

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 194. Lepaskan!

    "Cukup, Mas! Kalian ini apa-apaan? Kalian ini anggota keluarga yang pantas berada di sini. Jangan membuat kegaduhan! Kasihan Ibu sedang kritis. Kamu juga Mas! Masih bisa kamu menantang Gama? Gama yang dicari Ibu sejak tadi. Kamu harusnya memberikan kesempatan untuk Gama masuk. Tidak cukup tadi kamu sudah membuat ibu sampai sakit dan sekarang kamu ingin membuat keributan lagi yang membuat kondisi beliau semakin parah? Apa kamu sudah sangat siap kehilangan Ibu, Mas?" Santi akhirnya turun tangan atas apa yang terjadi sedangkan Zoya lebih menenangkan suaminya dan tidak berani melerai apalagi Bara begitu sangat menyeramkan. Zoya sendiri tidak ingin sampai kena amuk oleh Bara yang nantinya justru semakin membuat Gama murka dan gelap mata. Tadi saja Gama sudah hendak mengayunkan tangan. Beruntung Bibi Santi segera mendekati dan menghentikan perdebatan ini yang sudah hampir berujung baku hantam. "Kamu membela dia, Santi?" tanya Bara dengan tatapan penuh emosi. "Lagi-lagi kamu bertan

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 193. Aku Cucu Di Sini

    "Mas bisa pelan nggak? Kamu akan membahayakan nyawa kita kalau ngebut begini! Kamu nggak inget ada nyawa di dalam perut aku? Astaga.... Gama!" sentak Zoya saking geregetannya. Zoya pun memukul lengan Gama yang tak mau mendengarkan sampai kecepatan mobil yang dikendarai pria itu pun mulai melambat. Gama menghela nafas lega melihat itu. Demi apa dia sudah ingin sekali memukul kepala Gama jika tidak kunjung melambatkan laju mobilnya. "Sayang maafkan aku. Aku sangat mengkhawatirkan Nenek." "Aku paham Mas tapi tetap tidak boleh terlalu kencang. Kita juga harus selamat sampai tujuan. Jangan sampai kita yang akan dijenguk oleh mereka nantinya. Kamu nggak sayang aku! Tidak ingat dengan anak kita, Mas." "Iya Sayang maaf, aku kalut. Sudah ya! Aku mau fokus bawa mobilnya. Aku nggak akan ngebut lagi." Gama kembali fokus dan Zoya cukup tenang dengan mengusap perutnya seraya memperhatikan jalan. Mereka sama-sama khawatir sampai rasanya ingin cepat-cepat sampai. Sesampainya di sana pun

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 192. Jangan Rewel, Sayang!

    Pipi Sinta masih memerah dan memanas ulah Bara tetapi harus menolong Ibu mertua yang tergeletak di lantai. Sinta menatap wajah Ibu yang memucat dan tak sadarkan diri sedangkan Bara nampak nanar menatap Ibu yang sudah tak sadarkan diri. "Mas cepat tolong Ibu! Jangan egois seperti itu! Kamu boleh mengkasari aku tetapi tidak dengan Ibu! Kamu tidak boleh tega pada Ibu. Cepat bawa Ibu ke rumah sakit!" teriak Sinta padahal harusnya wanita itu sedang sangat marah pada suaminya tetapi tidak dengan situasi seperti sekarang. Sinta bahkan tidak bisa marah karena Ibu mertuanya tengah lemah dan membutuhkan bantuan. "Mas! Kenapa malah mematung di sana? Kamu dengar tidak? Cepat bawa Ibu ke rumah sakit!" kata Sinta lagi yang membuat kedua mata Bara semakin memerah. Seorang anak pasti kena hatinya kala melihat Ibu yang sudah melahirkan dan membesarkan tergeletak lemah. Apalagi jelas sang Ibu sedang sakit. Sudah pasti akan sangat khawatir tetapi kali Ini Ibu sakit dibuat anak itu sendiri. A

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 191. Gagal

    "Bagaimana, Sayang? Enak?" tanya Gama kemudian mengambil tisu dan mengusap sisa makanan yang menempel di pinggir bibir Zoya. Akhirnya Gama bis melihat Zoya makan dengan sangat lahap. Zoya sampai tidak sempat menjawab dan hanya menggelengkan kepala saking enaknya dan mulut yang sibuk mengunyah. Ibu jarinya pun dia pamerkan pada Gama hingga membuat pria itu menatap gemas ke arahnya. Gama mengacak gemas rambutnya dan Zoya tidak perduli rambutnya berantakan yang terpenting adalah apa yang ia inginkan keturutan. Ditambah lagi apa yang dia bayangkan melebihi apa yang dia dapatkan. Bumil satu ini sangat puas dengan makanan yang yang sedang ia makan. "Nasi uduknya tidak ada duanya, Mas. Aku suka. Enak bangeeeeetttt." "Benget?" "Hhmmm...." Zoya tersenyum dan kembali menganggukkan kepala. Dia pun sampai bergoyang saking enaknya hingga membuat Gama terkekeh melihat itu. "Sayang kamu menggemaskan sekali." "Ini ekspresi anak kita di dalam sini, Mas." Zoya mengusap perutnya yang mulai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status