“Mentalnya terganggu, membuat dia seperti ini. Karena saya bukan dokter kejiwaan dan ini bukan rumah sakit seperti itu, saya sarankan untuk membawanya ke rumah sakit jiwa untuk penanganan lebih baik, hanya ini yang bisa saya sarankan, saya permisi!”Nicky terduduk di kursi tunggu, dimana ayahnya sekarang mengamuk di dalam kamar pasien VVIP yang mereka minta. Ketiganya hanya bisa menghembuskan nafas kasar mendengar apa yang dikatakan dokter, dan Puspita menatap pria itu dengan iba. Sudah ibunya tiada sekarang ayahnya yang kacau balau pasti pikiran begitu runyam saat ini. Sedangkan Angga menatap Nicky dengan tatapan serius. “Tuan muda! Dikarenakan Tuan Archer mengalami hal ini, sebaiknya anda memegang perusahaan terlebih dahulu sampai beliau dinyatakan sembuh.” Puspita menatap tak paham pada majikannya. “Tuan Angga, apa ini tidak terlalu terburu-buru? Bagaimanapun Om baru saja terkena musibah yang bertubi-tubi.” “Saya tau, tapi perusahaan tetap berjalan dan saya sebagai tangan kanan
Saat ini keduanya melihat Archer dengan tatapan kasihan, ayah Nicky betul-betul kehilangan akal setelah kematian mendingang isterinya. Terlihat bingkai foto tanpa kaca yang terdapat foto ibu Nicky yang tersenyum lebar membuat keduanya saling bertatapan, dokter bilang tak ada perubahan sama sekali selama masa pengobatan, membuat mereka tak tau harus apa. Puspita menatap pria di sampingnya iba, dia mengelus lengannya pelan. Gadis itu tak bisa berkata apapun jika situasinya seperti ini, kenyataan memang amat pahit bagi pria itu. Orang yang kerap kali tersenyum lembut itu, sekarang memiliki kehidupan yang kelam, yang tak pernah orang lain bayangkan. Ibunya meninggal karena kanker yang dia derita selama 5 tahun dan itu tanpa pengetahuan semua orang, bahkan sebelum Nicky kembali melanjutkan S2nya di Singapura penyakit wanita itu sudah mulai terlihat dan sialnya dia juga sedang mengandung adik Nicky. Kematian yang mendadak dan tanpa menduga, membuat 4 orang terluka secara bersamaan namu
"Om jaga kesehatan ya di sana, aku bakal nunggu om pulang, makasih udah kasih aku baju, mainan dan yang lainnya.Tapi sekarang om sudah mau pergi lagi, aku harap om gak lupain aku! Jangan lupain aku ya om, please! Kalau pulang kabarin juga! Dadah Om Nicky! Aku tunggu
Malamnya Puspita berdandan dan memakai parfum lebih banyak, sehingga ia tercium sangat wangi. Ibunya yang hendak masuk kamarnya terkejut dengan aroma wangi yang begitu banyak hingga ia menutup hidung."Puspita! Pita!" teriak ibunya, yang membuat gadis yang baru masuk SMA itu keluar dari kamar, dan aroma itu semakin menjadi-jadi, sontak saja wanita paruh itu tau siapa biang kerok dari masalah ini. "Kamu kenapa pakai parfum banyak banget, mau kemana lagi itu?" "Mau ke acara Om mah, emang wangi banget ya?" tanya Puspita yang sekarang mencium aroma tubuhnya."Iya, wanginya bikin mama enek, mending kamu ganti baju sana, kalau gak mau satu pesta pusing karena aroma kamu itu, ih wanginya udah kayak kuburan baru," ucap ibunya sambil menggidik ngeri, membuat Puspita memanyunkan bibirnya."Jahat sekali," ucapnya yang kembali masuk kamar untuk berganti pakaian, hingga ibunya sadar kalau dengan kata putrinya yang akan pergi ke pesta. "Puspita!" ucap ibunya yang sekarang menggedor-gedor pintu k
Nicky memandang beberapa wanita yang tengah ribut di hadapannya, mereka dengan wajah tak niat, bahkan ada yang dari mereka menjambak rambut satu sama lain. Ia tak mengerti mengapa mereka meributkan dirinya, hingga semua nampak memperhatikan mereka, Nicky tak berniat melerai mereka, bahkan ayahnya saja entah kenapa. Biarkan saja mereka lakukan apa yang mereka mau, ia sama sekali tak perduli. Dia meminum wine lagi dalam sekali tegukan dan air berwarna merah itu habis diminumnya, ia memperhatikan gelas dengan bentuk seperti terompet ini, sebenarnya barang unik seperti gelas ini bagusnya menjadi pajangan dari pada menjadi sungguhan.Dari celah gelas di depannya, ia melihat di antara mereka semua, ada gadis dengan rambut yang mengepang panjang ke bawah menatap hal didepannya dengan wajah sedih. Dia memegang sebuah kota didepannya dengan erat, wajahnya yang chubby mengingatkan dia dengan seseorang. Melihat tubuh gadis itu berbalik ia hanya tau satu nama. "Puspita!" Ia berjalan melewati
"Kamu mau berpacaran dengan dia?" tanyanya ibunya yang serius, membuat Nicky tak paham. "Pacar? Mah Puspita masih anak-anak," ucap Nicky yang tak percaya dengan ucapannya ibunya, yang benar saja? Walau mungkin anak itu sudah masuk SMA namun umurnya berbeda cukup jauh darinya. Ibunya hanya tersenyum tipis. "Dia akan segera dewasa sebentar lagi, kamu harus cepat punya pacar, Nicky!" "Kenapa?" tanya Nicky heran, dia masih harus belajar lebih banyak lagi untuk S2nya, jadinya baginya pacaran hanya menghambat ilmu yang akan dia dapat nantinya. "Mama mau liat kamu bahagia dengan pilihanmu!" ucap ibunya yang masih memandang pergerakan Puspita, dia nampak Ramah dengan pelayan. Kadang jika ada perlu anak itu akan kemari untuk mencari ayahnya. Tak lama Nicky memeluk ibunya dari belakang, sudah sangat lama dia juga merindukan wanita tak bersayap ini. "Kalau ada mama, aku adalah orang yang paling bahagia di dunia ini." Wanita paruh baya itu terbatuk kecil, lalu dia memegang tangan putranya
"Aahkk sakit, hiks," tangis Puspita yang mendapatkan luka dari sabetan itu, memang salah karena telah mengatakan opininya. Ibunya benar, dia tidak boleh terlalu dekat dengan keluarga Luffblend ini. "Dua puluh!" ucap sang penjaga yang tengah menghitung jumlah sabetan yang di dapatkan Puspita, sekarang lega karena sudah berakhir. Namun rasa sakit yang luar biasa, membuat dia terjatuh ke lantai penuh debu itu. Dia hanya gadis kemarin sore yang tak tau apapun. "Puspita! Puspita! Pita!" teriak Nicky yang sekarang meraih tubuhnya, mendaratkan punggungnya Dengan hati-hati di pahanya. Gadis belia itu menatap Nicky dengan mata sayu, tubuhnya penuh dengan keringat dan ada bekas darah dari dari sudut bibirnya. "Om.""Maafkan aku, aku tau harus aku tidak membiarkanmu membicarakan ayahku, maafkan aku! Ayo kita ke rumah sakit sekarang!" Nicky mengangkat tubuh Puspita, menuju mobil dan pergi ke rumah sakit terdekat. Dokter bilang lukanya tak terlalu serius, tapi ia merasa sangat khawatir. Baru
Seminggu setelah kejadian itu, Nicky tak lagi melihat Puspita, jika ia pergi menemuinya, ia takut ayahnya agak berpikir macam-macam dan terlebih. Tapi sampai sekarang ia tak mendengar apapun dari bibir ayahnya tentang gadis itu, seakan kejadian yang membuat Puspita tak sadarkan diri itu tak pernah di buatnya.Nicky yang tengah mencari tau tentang segala penyakit dan pengobatan, membuat dia terlalu larut hingga tak mendengar ada suara ketukan. Ia pikir hal-hal seperti ini akan berguna untuknya nanti. Pintu terbuka memperlihatkan Angga yang membuat Nicky kaget juga heran. "Paman Angga, ada apa?" "Hufh, saya kira terjadi sesuatu pada anda, Tuan muda." "Memang kenapa?" "Anda tidak menjawab panggilan saya." "Ah memang tidak terdengar, maaf paman aku sedang melihat artikel tentang penyakit, ada apa memangnya?" tanya Nicky yang kini menutup laptopnya. "Papa anda memanggil anda, untuk bertemu.""Papa?" "Iya, Tuan muda.""Memangnya ada apa? Ini masih pagi," ucap Nicky yang menatap jam