Home / Romansa / RD. SEIYA SEKATA / 10. Jinak-Jinak Merpati

Share

10. Jinak-Jinak Merpati

Author: Lan Terie
last update Last Updated: 2021-10-27 12:43:29

Sesosok perempuan memasuki ruangan redaksi. Perempuan itu tidak menyalakan lampu. Sambil celingak-celinguk dan berjalan perlahan, ia duduk depan komputer. Karena gelap, perempuan itu tidak menyadari ada sosok lain di ruangan. Setelah komputer menyala dan cahaya memendar dari layarnya, perempuan itu dikejutkan oleh bayangan yang terpantul di tembok.

Aaaaaaaaaa,” ia berteriak.

Sesosok di belakangnya langsung mendekap mulutnya.

“Jangan ribut kalau kau tidak ingin ada yang tahu keberadaanmu.”

Perempuan itu mengangguk pelan dan ketakutan. Ketika dekapan dimulutnya telah dikendorkan, ia menoleh ke belakang dan mendapati sosok Aden.

Aaanu, kamu ngapain di sini?” tanya perempuan itu.

“Aku yang harusnya bertanya, kamu ngapain di sini?” bentak Aden.

“Akuu...aakuu.”

“Kamu mau mencuri data lagi kan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • RD. SEIYA SEKATA   11. Aku Ingin Menyelamatkanmu

    “Bang Rafly udah makan siang?” tanya Rade.“Abang mau makan siang ini sebentar lagi.”“Makan bareng mau?” tanya Rade.“Maaf, Abang makan di rumah ya.”“Tumben?” tanya Rade.“Iya, ada calon kakakmu di rumah.”“Calon kakak?”“Hehe Iya. Ya udah, Abang pulang duluan ya, nanti kakakmu marah,” ujar Rafly sambil terus beranjak pergi.Rade masih kebingungan dengan sosok yang disebut Rafly sebagai calon kakaknya. Belum habis kebingungan Rade, ia terperanjat melihat Nining dan Aden makan bersama. Nining sedang berusaha menyuapi Aden. Aden yang melihat Rade terpaku menatapnya dan Nining langsung membuka mulut menerima suapan Nining. Rade yang melihat itu hanya tersenyum sinis.“Ternyata doyan yang seksi juga,” kata Rade dalam hati.Sesaat setelah Rade beranjak, Aden menempis tangan Nin

  • RD. SEIYA SEKATA   9. Kamu Orang Aneh

    Rade tiba di rumah lebih cepat dari biasanya. Meskipun sudah menjelang naik cetak, tetapi Rade tidak sedang jadi pejuang deadline. Semua tulisannya sudah rampung.“Tumben, Kakak pulang lebih awal,” kata Mama sembari melirik pada jam dinding.“Iya, Ma. Tulisan Rade udah beres semua, jadi gak ada yang mesti dikejar lagi.”“Oh iya, tadi Ferdi datang ke sini.”Mendengar nama Ferdi membuat Rade terdiam. Ada luka belum sembuh yang kini tersayat kembali.“Ferdi? Ngapain dia ke sini, Ma?”Mama sangat memahami anak gadisnya. Sebenarnya sudah sejak lama ia ingin menanyakan tentang Ferdi kepada Rade. Beberapa hari ia melihat Rade yang tampak murung dan tidak pernah lagi terlihat berkomunikasi dengan Ferdi. Namu, ia menunggu agar anak gadisnya yang mengutarakan secara langsung.“Ferdi mengantarkan undangan pernikahan.

  • RD. SEIYA SEKATA   10. Jinak-Jinak Merpati

    Sesosok perempuan memasuki ruangan redaksi. Perempuan itu tidak menyalakan lampu. Sambil celingak-celinguk dan berjalan perlahan, ia duduk depan komputer. Karena gelap, perempuan itu tidak menyadari ada sosok lain di ruangan. Setelah komputer menyala dan cahaya memendar dari layarnya, perempuan itu dikejutkan oleh bayangan yang terpantul di tembok.“Aaaaaaaaaa,” ia berteriak.Sesosok di belakangnya langsung mendekap mulutnya.“Jangan ribut kalau kau tidak ingin ada yang tahu keberadaanmu.”Perempuan itu mengangguk pelan dan ketakutan. Ketika dekapan dimulutnya telah dikendorkan, ia menoleh ke belakang dan mendapati sosok Aden.“Aaanu, kamu ngapain di sini?” tanya perempuan itu.“Aku yang harusnya bertanya, kamu ngapain di sini?” bentak Aden.“Akuu...aakuu.”“Kamu mau mencuri data lagi kan?

  • RD. SEIYA SEKATA   9. Kamu Orang Aneh

    Kamu Orang AnehRade tiba di rumah lebih cepat dari biasanya. Meskipun sudah menjelang naik cetak, tetapi Rade tidak sedang jadi pejuang deadline. Semua tulisannya sudah rampung.“Tumben, Kakak pulang lebih awal,” kata Mama sembari melirik pada jam dinding.“Iya, Ma. Tulisan Rade udah beres semua, jadi gak ada yang mesti dikejar lagi.”“Oh iya, tadi Ferdi datang ke sini.”Mendengar nama Ferdi membuat Rade terdiam. Ada luka belum sembuh yang kini tersayat kembali.“Ferdi? Ngapain dia ke sini, Ma?”Mama sangat memahami anak gadisnya. Sebenarnya sudah sejak lama ia ingin menanyakan tentang Ferdi kepada Rade. Beberapa hari ia melihat Rade yang tampak murung dan tidak pernah lagi terlihat berkomunikasi dengan Ferdi. Namu, ia menunggu agar anak gadisnya yang mengutarakan secara langsung.“F

  • RD. SEIYA SEKATA   8. Musuh dalam Selimut

    Aden menyeruput es kopi di kafe tempat biasa. Ia duduk sendiri sembari menggeser-geser layar Hp-nya. Sesekali ia tersenyum dan tertawa kecil. Entah apa yang dibacanya. Tetapi sepertinya ia sangat menikmati sesuatu di layar hp. Ia bersiap berdiri karena ingin segera ke kantor lagi. Saat itu, ia melihat Surya, temannya di Harian Realita baru saja duduk dan memesan kopi. Surya tidak sendiri, ia ditemani seorang perempuan yang dikenal Aden. “Apa kabar, Bro?” Aden menyapa Surya. “Wee, Bang Aden. Baik Bang, udah lama ni kita gak jumpa.” Aden melirik pada teman wanita Surya, “Nining, kamu...,” s

  • RD. SEIYA SEKATA   7. Aku, Kamu, dan Pantai

    Rade duduk sendiri menikmati kelapa muda. Matanya menatap hampa pada gulungan ombak di pantai. Semilir angin menampar lembut wajahnya. Suara ombak memecah batuan mendesau-desau di telinganya. Gesekan daun pohon kelapa yang dipermaikan angin melengkapi irama pagi. Sementara itu, matahari masih malu-malu muncul ke peraduannya. Menjingga merah merona cahayanya perlahan-lahan memantul dan berkilau di laut. Belum ada siapapun di pantai ini kecuali para pedagang. Mungkin Rade adalah pengunjung pertama di pantai ini. Ia ingin menenangkan diri karena masih belum dapat menerima peristiwa semalam. “Bagaimana mungkin kamu bisa begitu jahat padaku, Ferdi,” Rade bicara sendiri. Rade masih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status