“Tidak apa-apa,” ucap Cantaka, membujuk Gunawarman yang bersikukuh untuk menolak Saraswati terlibat.
Gunawarman mengangguk, menjatuhkan kembali tangan kanan yang terbentang menghalangi langkah gadis itu untuk menghampiri Cantaka.
Keduanya kembali bertemu, bukan sebagai seseorang yang saling mencinta, tetapi dua orang yang sama-sama membutuhkan. Cantaka sama membutuhkannya seperti dia menginginkan pemuda itu untuk kembali seperti pria yang ia kenal sebelumnya.
“Aku yakin, kamu pasti memiliki alasan jelas untuk ikut terlibat sampai sejauh ini, Saraswati,” balas Cantaka.
“Benar. Aku memiliki hal lain yang ingin kuraih, dan satu-satunya cara untuk meraihnya dengan ikut membantumu mengungkapkan kasus ini,” jelas Saraswati, sorot matanya begitu percaya diri menatap kedua mata Cantaka sungguh-sungguh.
“Baiklah. Aku akan segera pergi untuk berbicara dengannya,” pamit Cantaka, berjalan menuju istana dalam samb
Cantaka benar-benar terkejut sembari terus memegangi pipi kirinya yang terkena tamparan cukup telak dari Raja. Suara yang ditimbulkan terdengar bergema di seluruh ruangan, maklum saja istana dalam begitu kosong hanya menyisakan mereka berdua. “A-Apa salah hamba sampai Yang Mulia menamparku?” tanya Cantaka, ketakutan. “Ceroboh! Bukankah sudah kukatakan sebelumnya bahwa kecerobohan bisa mendatangkan kesialan dan keburukan,” jawab Raja, tegas. Cantaka segera mengambil sikap bersujud, kedua telapak tangannya menempel di atas lantai marmer dengan pandangannya yang terus memandang ke lantai tempatnya bertumpu. Ia sadar, perbuatan membunuh mereka semua adalah hal yang salah, ia juga tidak mengelak kalau dirinya pantas untuk dihukum. “Maafkan hamba, Yang Mulia. Bukan maksud hamba untuk melakukan hal itu dengan—” “Katakan padaku, apakah kamu sedang menyelidiki kasus pungli yang menteri itu katakan?” tanya Raja, menyorot tubuh Cantaka yang masih
***Ayodya tiba ke ruang kerja Cantaka seraya menenteng seorang pria yang perlu diselamatkan nyawanya. Pangeran Cantaka tidak ingin Geni kehilangan nyawanya akibat pembunuhan yang dilakukan orang yang terlibat dengan kasus ini demi menutup jejak.Pintu terbuka, terlihat Geni yang tampak lemah dengan wajah penuh lebam memohon ampun kepada Cantaka. Pangeran muda itu segera berjalan meninggalkan meja kerjanya menuju hadapan pria malang tersebut.Ia mencengkeram wajah Geni dan menatap kedua mata pria itu dengan kuat. Tak lama Cantaka tiba-tiba tertawa sambil melepaskan tangannya dari wajah Geni yang menjijikan.“Aku tidak akan membunuhmu seperti yang dilakukan mereka,” balas Cantaka.Ia ambil kendi berisi anggur favoritnya dan menuangkan minuman itu ke cangkir kecil miliknya, belakangan ini ia sangat menyukai cita rasa anggur di zaman ini.“Lepaskan ikatannya, Ayodya,” titah Cantaka.Ayodya segera memotong tali tam
“Aku benar-benar tidak tahu apa yang kamu katakan.”Wanita itu tampak memundurkan langkahnya ketika Cantaka semakin berjalan mendekatinya. Han lebih memilih untuk berjaga dekat pintu masuk, tidak memerhatikan mereka, tidak pula mengikutinya.Pangeran muda itu terus mendesak Istri Geni untuk berbicara, ia yakin kalau dia mengetahui kekayaan yang dimiliki oleh suaminya. Cantaka tidak akan beranjak pergi dari tempat itu sebelum wanita di hadapannya berkata sesuatu tentang harta Geni.“Jangan mendekat,” pinta wanita itu, ketakutan.Ia melihat aura yang terpancar dari kedua mata Cantaka begitu menakutkan, bahkan anak kecil pun tahu i a sedang terancam tatkala melihat pandangan pangeran tersebut.“Apa kamu tidak ingin memberitahuku?” tanya Cantaka, memaksa.“Sudah kubilang, aku tidak tahu apa yang sedang Tuan Pangeran katakan,” timpal wanita tersebut, air matanya terjatuh menetes dari sudut mat
***Hari ini, direncanakan akan ada rapat parlemen untuk menindaklanjuti perintah Raja sebelumnya. Ia ingin laporan tentang keadaan rakyatnya tersampaikan dengan kabar baik yang menyertai.Terlihat rombongan menteri berjalan beriringan dengan dua kubu yang saling bersebrangan, antara kubu Gunawarman dan kubu Cakrawijaya –Menteri Pertahanan.Sekilas melihat mereka bersitegang secara dingin membuat banyak orang yang melihatnya berspekulasi liar tentang kestabilan politik istana.“Bagaimana keadaannya?” tanya Cantaka ketika keduanya berpapasan dengan Ayodya.“Dia masih terlelap. Semalam ia tidur jam 1 tengah malam, memikirkan Istri dan anaknya,” balas Ayodya, tegas.“Ia tidak perlu mencemaskan anaknya, dia baik-baik saja. Hanya saja ia perlu mengkhawatirkan keadaan istrinya,” timpal Han, ucapannya benar-benar mengejutkan bagi Cantaka yang mendengarnya.“Diamlah dan pergi hampiri dia, beri p
Ilja benar-benar tertidur, Cantaka memasukan ramuan yang ia racik sendiri sebagai obat tidur tradisional ke dalam cangkir teh yang diminum oleh anak laki-laki itu. Begitu mulus dan lancar tanpa diketahui olehnya. Pelayan pria datang dan Cantaka meminta mereka membawa Ilja kembali ke kediamannya. Dengan sigap, pelayan itu langsung menggendong dan pergi meninggalkan Cantaka seorang diri di ruang kerjanya. Terik matahari semakin menaik, tanda waktu hampir menunjukan tengah hari. Cantaka harus bergegas, ia tidak ingin melewatkan momen ketika kasus pungli ini berhasil diungkapkan olehnya. Tanpa buang waktu, Pangeran muda itu segera melangkah menuju kediaman Ayodya yang berjarak cukup jauh dari posisinya berada. Rumahnya dekat dengan gudang senjata dan sangat presisius untuk tempat penyekapan seseorang, karena kediamannya yang berada di pojok istana. Pintu terbuka, terlihat Geni dan istrinya sudah mengenakan pakaian terbaik mereka, berbalutkan kain
Cantaka begitu kecewa dengan Geni, ia menjebak seenaknya orang yang tidak ia sukai untuk ikut terjerumus dalam kubangan tersangka kasus pungli.Pengawal istana datang bersama Bayuputra. Terlihat dari rombongan tersebut, masing-masing membawa satu kotak besar berisikan koin dan emas yang tak terhitung jumlahnya.Mereka membariskan dan meletakan benda-benda itu tepat di hadapan Raja yang tengah berdiri berdampingan dengan Cantaka. Raja tertawa lantang sembari berkacak pinggang ketika melihat kilauan emas memantul dari kotak tersebut.Raja berbalik badan, memandang tajam ke arah Geni seraya tersenyum licik.“Kamu memiliki kekayaan yang hampir menyamai kekayaanku. Apa kamu hendak menjadi Raja juga?” tanya ketus Raja.“T-Tidak, Yang Mulia.”Raja menjulurkan tangannya, menandakan isyarat kalau dia meminta pengawal istana untuk menyimpan harta rampasan tersebut.“Bawa Geni dan Menteri Perdagangan keluar dari rua
Gunawarman akhirnya berhasil terbebas dari tuntutan setelah diam tak bersuara selama 15 jam melakukan interogasi. Ia berdiri dengan dibantu oleh Cantaka yang masih setia menemani pria itu hingga larut.“Maafkan aku,” ujar Cantaka, lirih dan tersenyum bahagia.“Haha hukuman ini belum seberapa dibandingkan siksaan dari Kediri. Aku bisa menanganinya,” balas Gunawarman, percaya diri dengan kemampuan fisiknya.Cantaka melepaskan jubah panjangnya dan mulai menutupi darah dan luka yang memenuhi tubuh pria tersebut. Keduanya berjalan dengan perlahan meninggalkan tempat tersebut menuju kediaman Gunawarman, tempat di mana Istri dan anaknya menunggu kehadirannya dengan harap cemas.Meski tubuhnya penuh dengan luka, tetapi Gunawarman tak sedikit pun menunjukan kelemahannya. Ia justru berbincang dengan hangat kepada Cantaka tentang kisahnya dulu waktu masih menjadi komandan resimen pasukan ketika berperang melawan pemberontak.“Aku
“Tenanglah. Aku yang akan menjagamu mulai sekarang,” ujar Cantaka.Ia tersenyum seraya mengusap pelan rambut kepala Ilja, membuat anak laki-laki itu semakin nyaman berada di dekat Pangeran. Saraswati yang mengenal Cantaka sejak kecil tidak pernah melihat sisi lembut pemuda itu seperti saat ini.“Siapa yang membunuh orang tuaku?” tanya Ilja.Ia hanya memastikan saja, mengingat dirinya hanya tahu kalau orang tuanya tewas dibunuh. Syukur baginya, ia tidak melihat kondisi Ayah dan ibunya seperti apa di penjara.Cantaka menelan salivanya dalam-dalam, ia tidak mungkin memberitahu identitas pembunuh orang tua Ilja begitu saja.Ia mungkin berdosa atas kejadian ini, tetapi penebusan yang ia bisa lakukan adalah merawat Ilja seperti anaknya sendiri.“Pihak istana sedang menyelidikinya. Jadi, kamu tidak perlu risau. Aku yakin, sebentar lagi pelakunya akan tertangkap.”Ucapan Cantaka begitu lembut dan hangat, te