หน้าหลัก / Fantasi / REINCARNATED WITH SYSTEM / Chapter 3 – Kotak Misteri Perunggu

แชร์

Chapter 3 – Kotak Misteri Perunggu

ผู้เขียน: Aditya Yunda
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-08 11:40:06

Tubuh Raja Serigala Bayangan tergeletak tanpa nyawa, darahnya menghitam membasahi tanah. Hiro berdiri tegak di atasnya, napasnya masih berat, namun senyumnya tak pernah hilang.

{ Selamat, tuan. Anda telah memperoleh Kotak Misteri Perunggu. Apakah ingin dibuka sekarang? }

Hiro menatap bayangan kotak bercahaya yang muncul di hadapannya. “Hah, tentu saja. Ayo buka sekarang, sistem.”

{ Membuka Kotak Misteri Perunggu… }

{ Selamat! Anda mendapatkan: }

Pedang Serigala Hitam (Senjata tingkat menengah)

Pil Pemulihan Qi x10

Jubah Bayangan (Meningkatkan kecepatan dan penyembunyian aura)

Mata Hiro berbinar. Ia segera menggenggam pedang hitam dengan ukiran misterius di gagangnya. Energi dingin merambat ke telapak tangannya.

“Hooo… senjata yang pas untukku.” Ia mengayunkan pedang itu, angin tajam memotong ranting pohon besar seketika. “Haha, luar biasa!”

Jubah bayangan yang ia kenakan pun terasa ringan, menyatu dengan tubuhnya. Hiro bisa merasakan auranya meredup, seolah ia hanyalah bagian dari hutan.

{ Senjata dan perlengkapan ini akan sangat berguna, tuan, terutama saat melawan musuh yang lebih kuat atau saat ingin bersembunyi dari pengintaian. }

Hiro mengangguk. “Bagus. Sekarang aku jauh lebih siap.”

Ia berjalan menyusuri hutan, mengincar monster lain di sepanjang perjalanan. Beberapa kali ia menebas serigala atau kelinci raksasa yang menghalangi jalannya, poin sistemnya pun bertambah sedikit demi sedikit.

Namun, ketika ia tiba di pinggiran hutan, langkahnya terhenti. Dari kejauhan terlihat tembok tinggi menjulang—itu adalah Kerajaan Moonlight.

Ingatan masa lalu tubuh ini muncul kembali. Hiro menggertakkan giginya. Ia teringat wajah-wajah orang yang menertawakannya, para bangsawan yang iri, dan terutama mereka yang ingin membunuhnya hanya karena statusnya sebagai anak angkat raja.

“Hmph… aku akan kembali. Tapi bukan sebagai Hiro yang lemah.”

{ Tuan, hati-hati. Jika langsung kembali sekarang, banyak yang akan curiga. Akan lebih baik jika tuan memperkuat diri terlebih dahulu. }

Hiro menyipitkan mata. “Benar juga. Aku tidak ingin buru-buru. Dunia ini luas, dan aku baru saja memulai. Tapi cepat atau lambat… semua orang di kerajaan itu akan berlutut di bawahku.”

Malam kembali turun. Hiro menyalakan api unggun kecil di pinggir hutan, menatap pedangnya dengan tatapan penuh ambisi.

“Mulai besok… perjalananku sebagai kultivator sejati akan dimulai.”

👉Pertemuan di Jalan

Fajar menyingsing, cahaya keemasan menembus pepohonan. Hiro merapikan jubah bayangannya, pedang hitam ia selipkan di punggung. Hari ini, ia memutuskan untuk benar-benar meninggalkan hutan.

{ Tuan, jalur tercepat menuju jalan utama kerajaan berada di timur. Namun, kemungkinan ada patroli atau pedagang yang lewat. }

“Bagus,” Hiro tersenyum tipis. “Sudah saatnya aku melihat seperti apa orang-orang di dunia ini… dengan mataku sendiri.”

Setelah beberapa jam berjalan, Hiro akhirnya tiba di jalan tanah lebar yang tampak sering dilalui kuda dan kereta. Debu masih basah oleh embun pagi.

Tak lama, suara derap kaki kuda terdengar mendekat. Hiro menoleh, melihat sebuah kereta sederhana dengan dua kuda cokelat. Di depan kereta, ada seorang pria paruh baya berjubah biru, wajahnya ramah, sementara di sampingnya duduk seorang gadis muda dengan rambut hitam panjang, matanya jernih bagai bintang.

Hiro berdiri di tepi jalan, menatap kereta itu dengan hati-hati.

“Oi, anak muda!” sapa pria berjubah biru. “Jarang sekali ada orang keluar dari arah hutan terlarang. Kau baik-baik saja?”

Hiro sempat terdiam. Ia tidak bisa sembarangan membuka identitasnya sebagai Hiro Akame, anak angkat Raja. “Aku… hanya seorang pengembara. Tersesat di hutan, untung masih hidup.”

Gadis itu menatapnya penuh rasa ingin tahu. “Tuan… kau tidak terlihat seperti pengembara biasa. Aura tubuhmu… aneh sekali.”

Hiro hanya tersenyum samar. “Mungkin hanya perasaanmu.”

Pria itu tertawa. “Hahaha! Kalau begitu kau beruntung bertemu kami. Kami dari Klan Liu, sedang dalam perjalanan menuju kota perbatasan. Jika kau mau, ikut saja sampai sana. Jalanan berbahaya untuk sendirian.”

Hiro menimbang sejenak. Tawaran ini terdengar masuk akal. Ia memang butuh informasi tentang dunia ini, terutama kondisi kerajaan.

“Baiklah,” katanya sambil melompat ke kereta. “Aku akan ikut.”

Di dalam perjalanan, gadis itu menatapnya lagi. “Namaku Liu Mei. Ini ayahku, Liu Shan. Bagaimana denganmu, Tuan… siapa namamu?”

Hiro terdiam sepersekian detik. Menggunakan nama aslinya mungkin berbahaya. Namun, ia tidak bisa terus tanpa identitas.

“Hiro,” jawabnya akhirnya. “Cukup panggil aku Hiro.”

Liu Mei tersenyum manis. “Baik, Tuan Hiro.”

Sementara Liu Shan hanya mengangguk, tampak puas dengan tambahan penumpang.

Namun, perjalanan damai itu tak berlangsung lama. Dari balik pepohonan di sisi jalan, terdengar suara siulan panjang.

“Berhenti!”

Beberapa sosok meloncat ke jalan, menutup kereta. Mereka mengenakan baju kulit hitam, wajah bengis, masing-masing membawa pedang berkarat.

“Perampok,” gumam Hiro, matanya menyipit.

Liu Shan memucat, Liu Mei terkejut menutup mulutnya.

Hiro, sebaliknya, tersenyum tipis.

“Hahaha… kebetulan sekali. Sepertinya aku akan dapat pemanasan gratis hari ini.”

👉 Chapter 3 selesai. Hiro bertemu Liu Shan & Liu Mei, lalu rombongan mereka dihadang oleh bandit jalanan.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 12 – Pisau di Balik Senyum

    Langkah kaki mereka bergema di bawah naungan hutan selatan. Udara lembap masih mengandung bau darah dari tubuh harimau berlapis batu yang baru saja mereka kalahkan. Inti bercahaya kini tersimpan di dalam kantong Hiro, berdenyut pelan seperti jantung kedua.Tidak ada yang berbicara untuk waktu lama. Zhang Wei sesekali melirik ke arah Hiro, matanya penuh perhitungan. Liu Mei berjalan tenang di belakang, wajahnya tetap datar, seakan pertarungan tadi bukan sesuatu yang menegangkan.“Kalau kau tidak mengambil inti itu, kita bisa membaginya,” Zhang Wei akhirnya membuka mulut. Nada suaranya dibuat seramah mungkin, meski tidak bisa menyembunyikan ketidaksabarannya. “Lagipula, inti kelas dua bernilai tinggi. Kau tidak berniat menyimpannya sendiri, kan?”Hiro menoleh sedikit, matanya dingin. “Inti ini hasil pedangku. Kau hanya berdiri di samping, mencoba menunggu celah. Apa kau merasa layak?”Zhang Wei tersenyum hambar. “Aku hanya berbicara soal kerja sama. Kalau kau menolak, tentu aku tidak bi

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 11 – Ujian Darah Pertama

    Pagi itu langit Paviliun Pedang Langit dipenuhi kabut tipis. Sinar matahari berusaha menembus awan, namun hanya menghasilkan cahaya pucat yang melapisi halaman latihan. Murid-murid sudah berbaris, menunggu pengumuman dari elder. Hari ini bukan hari biasa—ada kabar bahwa sebuah ujian khusus akan digelar.Nama Hiro kembali menjadi pusat perhatian. Di antara barisan kandidat murid, ia berdiri paling belakang, jubah hitamnya kontras dengan pakaian putih para murid lain. Tidak ada yang berani mendekat, seolah udara di sekitarnya beracun.Seorang elder muncul di panggung batu. Jubah panjangnya berwarna biru tua, rambutnya diikat rapi, dan sorot matanya tajam. Ia mengangkat tangan, dan suara bisik-bisik murid pun langsung terhenti.“Hari ini, Paviliun akan menggelar ujian lapangan bagi kandidat murid,” suaranya bergema. “Kalian akan dikirim ke hutan selatan, tempat di mana binatang buas spiritual merajalela. Tugas kalian sederhana: bawa kembali inti binatang kelas dua sebagai bukti kelayakan

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 10 – Aura yang Menaklukkan

    Tubuh Bai Jian masih tergeletak di lantai arena, darahnya merembes perlahan, memenuhi celah-celah batu putih. Bau besi menusuk hidung, membuat beberapa murid menutup mulut menahan mual.Namun yang paling menekan bukanlah pemandangan itu, melainkan tekanan gelap yang terus mengalir dari tubuh Hiro. Meski pedangnya sudah ia turunkan, hawa dingin yang menyelubunginya seolah menahan semua orang dalam kurungan tak terlihat.Salah seorang elder akhirnya berdiri. Jubahnya bergetar tipis karena tekanan Hiro, namun matanya tetap tajam.“Kau membunuh murid inti kami. Apa kau tahu konsekuensinya?”Hiro menatapnya tanpa gentar.“Dia datang untuk membunuhku. Apa kau ingin aku berdiri diam dan menunggu pedangnya menembus tubuhku? Jika Paviliun Pedang Langit tak sanggup melindungi muridnya, jangan salahkan aku karena merenggut nyawa mereka.”Kata-kata itu membuat banyak murid menggertakkan gigi. Belum pernah ada orang asing berbicara seperti itu di hadapan elder, apalagi setelah membunuh murid inti.

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 9 – Darah di Tengah Ujian

    Arena dipenuhi suara pedang beradu. Dari sepuluh murid Paviliun Pedang Langit, hanya empat yang tersisa. Nafas mereka memburu, tangan gemetar, wajah pucat menahan tekanan.Di depan mereka, Hiro berdiri tenang. Pedang hitam di tangannya masih meneteskan darah.Salah seorang murid berteriak, memaksa keberanian muncul.“Jangan mundur! Kita tidak boleh mempermalukan Paviliun!”Teriakan itu menjadi pemicu. Keempatnya menyerang bersamaan. Cahaya pedang meledak, menutup arena dengan kilatan tajam.Hiro hanya mengayunkan pedangnya sekali. Gerakannya sederhana, seolah sapuan biasa. Namun cahaya pedang itu pecah berantakan, hancur seperti kaca yang retak.Dua murid terhempas ke dinding, darah muncrat dari mulut. Satu lainnya jatuh berlutut dengan luka gores di bahu. Tinggal satu, wajah pucat, tapi masih menggertakkan gigi dan menyerang.Hiro menatapnya sebentar sebelum menghilang. Bayangan hitam berkelebat, dan saat murid itu sadar, pedang hitam sudah menempel di lehernya.Hiro tidak menebas. B

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 8 – Undangan dari Paviliun Pedang Langit

    Pagi itu Kota Moonlight ramai seperti biasa, tetapi suasana terasa berbeda. Obrolan di pasar, kedai arak, hingga jalan-jalan kecil hanya berputar pada satu topik: orang asing berjubah hitam yang mempermalukan anak pejabat dan membantai dua kultivator bayaran. Cerita itu menyebar cepat, dari mulut ke mulut, dengan tambahan bumbu yang membuat sosoknya terdengar semakin menyeramkan.Hiro duduk di sebuah kedai sederhana sambil menikmati sarapan. Ia tidak berbicara, hanya mendengarkan riuhnya orang-orang yang bahkan tak sadar objek pembicaraan mereka ada di ruangan yang sama. Sebagian menyebutnya pembunuh legendaris yang bangkit dari kubur, sebagian lain menganggapnya kutukan dalam wujud manusia. Hiro menyesap tehnya, senyum samar terlukis di bibir.Pintu kedai tiba-tiba terbuka. Seorang pemuda berbaju putih dengan bordir pedang emas melangkah masuk. Auranya tajam, setiap langkahnya diiringi tatapan hormat dari orang-orang yang mengenal lambang Paviliun Pedang Langit di dadanya. Ia menatap

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 7 – Rumor yang Menyebar

    Kota Perbatasan Moonlight selalu ramai, tetapi dua hari terakhir suasananya berbeda. Obrolan di kedai, di pasar, bahkan di pelataran sekte kecil hanya membicarakan satu hal: orang asing berjubah hitam yang mempermalukan anak pejabat dan membantai dua kultivator bayaran seolah bukan apa-apa.“Katanya dia hanya menghunus pedangnya sekali, lalu dua orang itu jatuh begitu saja.”“Aku mendengar aura yang ia lepaskan membuat belasan orang pingsan.”“Tidak mungkin ia hanya seorang pengembara. Dia pasti murid sekte besar yang sedang menyamar.”Cerita-cerita itu semakin lama semakin dilebih-lebihkan. Ada yang bilang Hiro adalah reinkarnasi pembunuh legendaris. Ada yang menyebutnya sebagai bayangan kutukan yang turun dari langit. Tidak ada yang tahu kebenarannya, tetapi semua orang membicarakannya.Di sebuah kedai arak, beberapa kultivator muda dari sekte kecil saling berdebat.“Kalau benar dia sekuat itu, mengapa tidak ada sekte yang mengklaimnya?”“Justru karena terlalu kuat, sekte besar past

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status