/ Fantasi / REINCARNATED WITH SYSTEM / Chapter 8 – Undangan dari Paviliun Pedang Langit

공유

Chapter 8 – Undangan dari Paviliun Pedang Langit

작가: Aditya Yunda
last update 최신 업데이트: 2025-09-09 08:37:13

Pagi itu Kota Moonlight ramai seperti biasa, tetapi suasana terasa berbeda. Obrolan di pasar, kedai arak, hingga jalan-jalan kecil hanya berputar pada satu topik: orang asing berjubah hitam yang mempermalukan anak pejabat dan membantai dua kultivator bayaran. Cerita itu menyebar cepat, dari mulut ke mulut, dengan tambahan bumbu yang membuat sosoknya terdengar semakin menyeramkan.

Hiro duduk di sebuah kedai sederhana sambil menikmati sarapan. Ia tidak berbicara, hanya mendengarkan riuhnya orang-orang yang bahkan tak sadar objek pembicaraan mereka ada di ruangan yang sama. Sebagian menyebutnya pembunuh legendaris yang bangkit dari kubur, sebagian lain menganggapnya kutukan dalam wujud manusia. Hiro menyesap tehnya, senyum samar terlukis di bibir.

Pintu kedai tiba-tiba terbuka. Seorang pemuda berbaju putih dengan bordir pedang emas melangkah masuk. Auranya tajam, setiap langkahnya diiringi tatapan hormat dari orang-orang yang mengenal lambang Paviliun Pedang Langit di dadanya. Ia menatap lurus ke arah Hiro.

“Apakah kau orang asing berjubah hitam yang sedang dibicarakan seluruh kota?”

Ruangan mendadak hening. Semua mata beralih pada Hiro.

“Andai aku memang dia, lalu apa?” jawab Hiro tenang.

Pemuda itu tersenyum tipis. “Namaku Li Feng, murid inti Paviliun Pedang Langit. Atas perintah para elder, aku datang menyampaikan undangan. Malam ini, datanglah ke menara utama. Mereka ingin melihat apakah rumor tentangmu benar adanya.”

Bisik-bisik kembali pecah. Warga menatap Hiro dengan campuran kagum dan takut. Bagaimana mungkin orang asing yang kemarin hanya jadi bahan cerita, hari ini sudah dipanggil resmi oleh sekte sebesar itu?

Hiro bangkit berdiri. Tatapannya menusuk pemuda di depannya. “Baik. Aku akan datang.”

Li Feng mengangguk singkat lalu pergi tanpa menoleh lagi. Kedai kembali riuh, tetapi Hiro sudah tidak memperhatikan. Ia tahu benar, ini adalah langkah awal untuk menancapkan bayangannya lebih dalam ke dunia ini.

Matahari tenggelam. Menara Paviliun Pedang Langit memancarkan cahaya spiritual yang terlihat dari segala penjuru kota. Banyak mata mengawasi jalan utama, menunggu sosok berjubah hitam itu datang.

Hiro berjalan mantap menuju gerbang, jubahnya berkibar tertiup angin malam. Pedang hitam di punggungnya bergetar halus, seolah merasakan darah yang akan segera tertumpah. Li Feng sudah menunggu di depan gerbang.

“Elder telah bersiap. Nasibmu akan diputuskan malam ini,” katanya.

Hiro menatap menara menjulang itu. Senyum samar menghiasi wajahnya, tetapi tatapannya sedingin malam.

“Bukan nasibku yang diputuskan. Mulai malam ini, Paviliun Pedang Langit akan tahu siapa yang mereka undang.”

Ia melangkah masuk, meninggalkan hiruk pikuk kota, menuju ujian yang akan mengubah segalanya.

Langkah Hiro bergema ketika ia memasuki menara. Udara di dalam berbeda dari luar—penuh aura tajam seperti ribuan bilah pedang tak kasat mata, menusuk kulit, seolah menguji siapa pun yang berani masuk.

Li Feng membawanya melewati lorong panjang hingga tiba di sebuah aula luas. Dindingnya dari batu putih berukir pedang yang bersinar samar. Di ujung aula, tiga elder duduk di kursi tinggi. Tatapan mereka tajam, bagaikan mata pedang yang siap menembus jiwa.

Salah seorang elder berbicara. “Kau yang disebut orang asing berjubah hitam? Namamu?”

“Hiro,” jawabnya singkat.

“Tidak biasa,” gumam elder lain dengan suara berat. “Katanya kau menaklukkan beberapa kultivator hanya dengan kekuatan mentah. Namun Paviliun Pedang Langit tidak percaya pada rumor. Kami hanya percaya pada bukti.”

Salah satu elder mengangkat tangannya. Aura spiritual bergetar, lantai aula terbuka menampakkan arena lingkaran. Dari sekeliling, sepuluh murid Paviliun Pedang Langit muncul dengan pedang di tangan, tatapan penuh keyakinan.

“Inilah ujian pertamamu. Bertahanlah melawan mereka tanpa keluar dari lingkaran. Jika kau mampu, barulah kami akan mempertimbangkan mu.”

Li Feng melirik Hiro sekilas, mencoba membaca ekspresinya. Namun wajah Hiro tetap datar, hanya matanya yang memancarkan dingin.

Tanpa banyak bicara, Hiro melangkah masuk ke lingkaran. Suara desis terdengar ketika ia menarik pedang hitam dari punggungnya. Aura gelap melingkupi bilahnya, membuat cahaya spiritual di dinding seolah meredup.

Sepuluh murid menyerang serentak. Pedang mereka berkilat seperti kilat dari segala arah. Penonton menahan napas, yakin orang asing itu akan hancur dalam hitungan detik.

Namun di tengah badai serangan, Hiro bergerak. Tubuhnya lenyap sekejap, bayangan hitam melintas, dan suara logam beradu bergema keras. Satu murid terlempar ke luar lingkaran dengan pedang patah.

Sorak kecil terdengar, bercampur ketakutan. Elder di kursi atas menyipitkan mata, kini benar-benar menaruh perhatian.

Hiro melangkah ringan di antara lawan-lawannya. Setiap ayunan pedangnya sederhana, tapi tekanannya tak masuk akal. Dua murid lagi tumbang, terlempar dengan luka goresan dalam. Darah menetes, membasahi lantai arena.

Sisa murid mulai gemetar. Mereka adalah murid terpilih Paviliun Pedang Langit—tetapi sekarang seolah sedang melawan sesuatu yang bukan manusia.

Hiro mengangkat pedangnya. Ujung bilah hitamnya meneteskan darah. Tatapannya menyapu seluruh arena.

“Jika hanya segini, maka Paviliun ini terlalu lemah untuk menahan langkahku.”

Aula mendadak mencekam. Bahkan para elder condong ke depan, wajah mereka berubah serius.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 12 – Pisau di Balik Senyum

    Langkah kaki mereka bergema di bawah naungan hutan selatan. Udara lembap masih mengandung bau darah dari tubuh harimau berlapis batu yang baru saja mereka kalahkan. Inti bercahaya kini tersimpan di dalam kantong Hiro, berdenyut pelan seperti jantung kedua.Tidak ada yang berbicara untuk waktu lama. Zhang Wei sesekali melirik ke arah Hiro, matanya penuh perhitungan. Liu Mei berjalan tenang di belakang, wajahnya tetap datar, seakan pertarungan tadi bukan sesuatu yang menegangkan.“Kalau kau tidak mengambil inti itu, kita bisa membaginya,” Zhang Wei akhirnya membuka mulut. Nada suaranya dibuat seramah mungkin, meski tidak bisa menyembunyikan ketidaksabarannya. “Lagipula, inti kelas dua bernilai tinggi. Kau tidak berniat menyimpannya sendiri, kan?”Hiro menoleh sedikit, matanya dingin. “Inti ini hasil pedangku. Kau hanya berdiri di samping, mencoba menunggu celah. Apa kau merasa layak?”Zhang Wei tersenyum hambar. “Aku hanya berbicara soal kerja sama. Kalau kau menolak, tentu aku tidak bi

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 11 – Ujian Darah Pertama

    Pagi itu langit Paviliun Pedang Langit dipenuhi kabut tipis. Sinar matahari berusaha menembus awan, namun hanya menghasilkan cahaya pucat yang melapisi halaman latihan. Murid-murid sudah berbaris, menunggu pengumuman dari elder. Hari ini bukan hari biasa—ada kabar bahwa sebuah ujian khusus akan digelar.Nama Hiro kembali menjadi pusat perhatian. Di antara barisan kandidat murid, ia berdiri paling belakang, jubah hitamnya kontras dengan pakaian putih para murid lain. Tidak ada yang berani mendekat, seolah udara di sekitarnya beracun.Seorang elder muncul di panggung batu. Jubah panjangnya berwarna biru tua, rambutnya diikat rapi, dan sorot matanya tajam. Ia mengangkat tangan, dan suara bisik-bisik murid pun langsung terhenti.“Hari ini, Paviliun akan menggelar ujian lapangan bagi kandidat murid,” suaranya bergema. “Kalian akan dikirim ke hutan selatan, tempat di mana binatang buas spiritual merajalela. Tugas kalian sederhana: bawa kembali inti binatang kelas dua sebagai bukti kelayakan

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 10 – Aura yang Menaklukkan

    Tubuh Bai Jian masih tergeletak di lantai arena, darahnya merembes perlahan, memenuhi celah-celah batu putih. Bau besi menusuk hidung, membuat beberapa murid menutup mulut menahan mual.Namun yang paling menekan bukanlah pemandangan itu, melainkan tekanan gelap yang terus mengalir dari tubuh Hiro. Meski pedangnya sudah ia turunkan, hawa dingin yang menyelubunginya seolah menahan semua orang dalam kurungan tak terlihat.Salah seorang elder akhirnya berdiri. Jubahnya bergetar tipis karena tekanan Hiro, namun matanya tetap tajam.“Kau membunuh murid inti kami. Apa kau tahu konsekuensinya?”Hiro menatapnya tanpa gentar.“Dia datang untuk membunuhku. Apa kau ingin aku berdiri diam dan menunggu pedangnya menembus tubuhku? Jika Paviliun Pedang Langit tak sanggup melindungi muridnya, jangan salahkan aku karena merenggut nyawa mereka.”Kata-kata itu membuat banyak murid menggertakkan gigi. Belum pernah ada orang asing berbicara seperti itu di hadapan elder, apalagi setelah membunuh murid inti.

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 9 – Darah di Tengah Ujian

    Arena dipenuhi suara pedang beradu. Dari sepuluh murid Paviliun Pedang Langit, hanya empat yang tersisa. Nafas mereka memburu, tangan gemetar, wajah pucat menahan tekanan.Di depan mereka, Hiro berdiri tenang. Pedang hitam di tangannya masih meneteskan darah.Salah seorang murid berteriak, memaksa keberanian muncul.“Jangan mundur! Kita tidak boleh mempermalukan Paviliun!”Teriakan itu menjadi pemicu. Keempatnya menyerang bersamaan. Cahaya pedang meledak, menutup arena dengan kilatan tajam.Hiro hanya mengayunkan pedangnya sekali. Gerakannya sederhana, seolah sapuan biasa. Namun cahaya pedang itu pecah berantakan, hancur seperti kaca yang retak.Dua murid terhempas ke dinding, darah muncrat dari mulut. Satu lainnya jatuh berlutut dengan luka gores di bahu. Tinggal satu, wajah pucat, tapi masih menggertakkan gigi dan menyerang.Hiro menatapnya sebentar sebelum menghilang. Bayangan hitam berkelebat, dan saat murid itu sadar, pedang hitam sudah menempel di lehernya.Hiro tidak menebas. B

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 8 – Undangan dari Paviliun Pedang Langit

    Pagi itu Kota Moonlight ramai seperti biasa, tetapi suasana terasa berbeda. Obrolan di pasar, kedai arak, hingga jalan-jalan kecil hanya berputar pada satu topik: orang asing berjubah hitam yang mempermalukan anak pejabat dan membantai dua kultivator bayaran. Cerita itu menyebar cepat, dari mulut ke mulut, dengan tambahan bumbu yang membuat sosoknya terdengar semakin menyeramkan.Hiro duduk di sebuah kedai sederhana sambil menikmati sarapan. Ia tidak berbicara, hanya mendengarkan riuhnya orang-orang yang bahkan tak sadar objek pembicaraan mereka ada di ruangan yang sama. Sebagian menyebutnya pembunuh legendaris yang bangkit dari kubur, sebagian lain menganggapnya kutukan dalam wujud manusia. Hiro menyesap tehnya, senyum samar terlukis di bibir.Pintu kedai tiba-tiba terbuka. Seorang pemuda berbaju putih dengan bordir pedang emas melangkah masuk. Auranya tajam, setiap langkahnya diiringi tatapan hormat dari orang-orang yang mengenal lambang Paviliun Pedang Langit di dadanya. Ia menatap

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 7 – Rumor yang Menyebar

    Kota Perbatasan Moonlight selalu ramai, tetapi dua hari terakhir suasananya berbeda. Obrolan di kedai, di pasar, bahkan di pelataran sekte kecil hanya membicarakan satu hal: orang asing berjubah hitam yang mempermalukan anak pejabat dan membantai dua kultivator bayaran seolah bukan apa-apa.“Katanya dia hanya menghunus pedangnya sekali, lalu dua orang itu jatuh begitu saja.”“Aku mendengar aura yang ia lepaskan membuat belasan orang pingsan.”“Tidak mungkin ia hanya seorang pengembara. Dia pasti murid sekte besar yang sedang menyamar.”Cerita-cerita itu semakin lama semakin dilebih-lebihkan. Ada yang bilang Hiro adalah reinkarnasi pembunuh legendaris. Ada yang menyebutnya sebagai bayangan kutukan yang turun dari langit. Tidak ada yang tahu kebenarannya, tetapi semua orang membicarakannya.Di sebuah kedai arak, beberapa kultivator muda dari sekte kecil saling berdebat.“Kalau benar dia sekuat itu, mengapa tidak ada sekte yang mengklaimnya?”“Justru karena terlalu kuat, sekte besar past

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status