Share

KEINGINAN IBU

Author: Jenar
last update Huling Na-update: 2022-07-28 20:06:25

Setelah makan, anak-anak bermain dengan Ibu. Kak Sinta menidurkan si kecil Liona. Aku mengambil alih bagian beres-beres peralatan bekas makan. Di rumah ini sebenarnya juga ada pembantu yang menginap, namanya Siti tetapi sekarang sedang pulang kampung. Walaupun di rumah Mama dan Papa selalu ada pembantu, tidak lantas membuatku manja dan tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Jadi, kalau hanya cuci piring seperti ini sudah biasa untukku.

Beres di dapur aku bergabung ke ruang tamu, ikut menemani anak-anak bermain. Kebahagiaan jelas terpancar di wajah tua Ibu saat bergurau dengan Raya adiknya. Walaupun Ibu sudah tidak selincah dulu, tetapi beliau masih bersemangat ketika diajak Bella bermain petak umpet di dalam. rumah. Ah, Ibu semoga Allah memberimu kesehatan dan usia panjang agar bisa mengiringi pertumbuhan cucu-cucumu.

"Enggak kerasa ya, Raya dan Bella udah besar. Rasanya baru kemarin ibu menggendong bayinya," kata Ibu seraya mengelus puncak kepala Bella yang berbaring dengan batalan pangkuan mertuaku.

Keduanya berbaring menyaksikan siaran kartun di televisi setelah lelah bermain menyusun puzzle bersama.

"Gimana sekolahnya anak-anak?" tanya ibu kemudian.

"Alhamdulillah. Lancar, Bu. Mereka semangat terus setiap pagi, rajin belajar, hapalannya sudah bertambah, dan nurut kalau di bilangin sama gurunya," terangku menyampaikan perkembangan dua putri kecilku.

"Kamu enggak pengen kasih adik lagi untuk Raya, Nduk?" Hampir saja aku tersedak ludah sendiri mendengar pertanyaan yang Ibu lontarkan.

Rasanya ada yang mengganjal di tenggorokan hingga aku kesulitan untuk melontarkan sebuah jawaban.

"Tambah satu lagi, laki-laki biar lengkap," sambung Ibu yang membuatku meneguk saliva, getir.

Aku paham maksud Ibu. Secara tidak langsung, beliau memintaku untuk hamil lagi. Ibu memang sangat menginginkan cucu laki-laki. Aku dan Kak Sinta sama-sama melahirkan dua putri. Saat pertama kali tahu Kak Sinta hamil anak ke dua, harapan Ibu bayi yang dikandung iparku itu berjenis kelamin laki-laki. Namun, ternyata Allah menganugrahi bayi perempuan lagi pada keluarga Kak Sinta.

Sebenarnya aku juga ingin memberi Ibu cucu satu lagi. Aku bahkan sudah lepas KB sejak lima bulan yang lalu tanpa sepengetahuan suami dan mertua, niatnya ingin memberi kejutan untuk Ibu dengan kehamilan ke tiga. Akan tetapi, sudah lima bulan ini juga Mas Bima tidak menyentuhku. Dia mengabaikan urusan yang satu itu. Suasana hatiku jadi tidak nyaman bila mengingat hal itu. Sedih, kecewa dan merasa tidak dibutuhkan lagi.

"Pasti lucu kalau Bella momong adiknya, dia suka, tuh cium-cium kakak kecilnya. Diajakin ngobrol kayak paham, aja bahasa bayi," lanjut Ibu sambil terkekeh.

Bella memang suka pada anak kecil, bertemu dengan siapapun kalau menggendong anak bayi pasti putri kecilku akan langsung sok akrab dan bertingkah manis. Pamrihnya dia ingin mencium adik bayi.

"Mumpung usiamu belum tiga puluh, Nduk. Anak-anak juga udah agak besar, kamu enggak seberapa repot kalau hamil lagi."

Bagaimana aku bisa hamil kalau anak Ibu selalu menolak saat aku memintanya memberi nafkah batin. Mas Bima menghindar setiap kali aku menginginkannya. Sebaliknya dia tidak pernah meminta. Mas Bima laki-laki normal, rasanya ada yang menggnjal bila sekian lama dia sama sekali tidak ingin menyalurkan has*at. Sedih sekali rasanya mendapat penolakan. Bukan hanya sekali, tetapi berulang kali.

Seandainya aku punya keberanian, ingin sekali menceritakan yang sebenarnya mengenai Mas Bima yang sudah berubah pada ibu. Namun, lagi-lagi walaupun sudah muncul keberanian itu, aku harus menahan diri. Aku tidak mau membuat Ibu kefikiran atau malah menuduhku lebai sebab berkata tanpa bukti dan alasan yang jelas.

"Ibu do'akan saja, kalau Allah masih memberi kepercayaan pada kami supaya secepatnya." Akhirnya hanya itu yang bisa kuucapkan.

"Aamiin allahuma aamiin. Ibu pasti mendo'akan kalian. Semua anak-anak ibu do'akan."

Apa ini tujuan Ibu memintaku datang ke rumahnya? Untuk menyampaikan keinginanya akan kehadiran cucu lelaki? Ya Allah, aku sungguh ingin mengabulkan keinginan Ibu, tetapi kenapa harus di saat bersamaan aku juga menaruh keraguan atas kesetiaan Mas Bima. Bagaimana aku bisa melakukannya sedangkan bayang-bayang tubuh Mas Bima yang bercampur dengan perempuan lain selalu hadir setiap malam. Astagfirullah.

Setiap hari aku dihantui bayang-bayang gelap. Aku tidak bisa menepis kecurigaan. Rasanya aku belum siap bila saat ini harus mengandung lagi, setidaknya sampai mendapat kepastian kalau Mas Bima tidak menghianati pernikahan ini.

Kami pulang dari rumah ibu ketika hari sudah masuk waktu sore. Ibu menginginkan kami menginap, tetapi aku tidak bisa menurutinya sebab besok anak-anak sekolah. Dan lagi, Mas Bima tidak ikut dengan kami. Perasaanku jadi kerap tidak nyaman setelah menemukan video di ponselnya, apalagi gelagat Mas Bima yang mencurigakan semakin terlihat.

Aku yakin ada sesuatu antara Mas Bima dan Fina. Aku harus menanyakan langsung pada Fina. Ah, tidak, tidak. Mana mungkin Fina mengaku kalau aku bertanya secara langsung. Pasti dia akan menutupi dan beralasan macam-macam. Di dunia ini mana ada maling yang mengakui perbuatannya.

Aku juga harus mulai memikirkan langkah yang harus kuambil kalau Mas Bima benar berkhianat. Banyak yang masih menjadi teka-teki, tetapi bukankah perasaan seorang istri cukup kuat. Aku harus memikirkan masa depan bersama anak-anak bila nanti kemungkinan buruk antara aku dan Mas Bima terjadi.

"Mama lihat itu, Ma. Ada Ayah!"

Bersambung.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   MEMAAFKAN (ENDING)

    Dalam hati aku tidak henti-hentinya mengucap syukur kepada Allah atas segala nikmat kebahagiaan mala mini. Setelah badai dan ombak besar menguji kehidupan, dengan begitu murah hatinya Dia ganti semua sakit dan kekecewaan dengan pelangi kebahagiaan yang lebih indah. Pukul sembilan malam keluarga Fauzan pamit undur diri. Aku, Mama dan Papa mengantarkan mereka hingga ke depan rumah. Om Anwar dan Papa berpelukan begitu juga dengan Tante Santi yang bergantian memeluk aku dan Mama. Fauzan menyalami kedua orang tuaku lalu mencium punggung tangannya. Setelah menegakkan tubuh lelaki itu memandangku lembut lalu menganggukkan kepala. “Aku pulang dulu,” katanya lembut.“Hati-hati, Zan.”Dia mengangguk, “Terima kasih, Meswa,” katanya lalu dia pemit masuk ke dalam mobil.Aku melambaikan tangan pada mobil Fauzan yang perlahan mulai bergerak dan meninggalkan pekarangan rumah Papa. Papa dan Mama sekarang sudah masuk ke dalam rumah. Aku sudah hendak masuk saat pintu mulai di tutu oleh satpam, tetapi

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   LAMARAN

    Hari ini aku pulang lebih awal, week end saatnya meluangkan waktu untuk bersama anak-anak. Belum genap pukul tiga saat aku masuk ke rumah. Tidak kudapati anak-anak, hanya pengasuh mereka yang kutemui tengah berada di dapur. “Anak-anak mana, Bik?” tanyaku sambil meletakkan paper bag dan tas di atas meja makan. “Anak-anak sedang dibawa Pak Santoso, Bu. Katanya tadi mau jalan-jalan.”“Sudah lama perginya?” tanyaku lagi. Aku mencuci tangan sebelum mengambil gelas dan mengisinya dengan jus jeruk dari kulkas.“Sekitar satu jam yang lalu. Enggak tahu kalau Ibu pulang lebih cepat, mungkin kalau tadi bilang bisa di tunggu.” “Enggak apa-apa, Bik. Nanti saya bisa nyusul mereka. Anak-anak enggak resel, kan?” “Enggak, Bu. Semakin kesini mereka semakin pinter, ngerti kalau dibilangin.” Jawaban Bik Marni cukup membuatku lega. Setiap hari aku selalu memantau perkembangan anak-anak lewat Bik Marni. Menjadi hal wajib menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Bella dan Raya seharian selama t

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   SEGUMPAL KERTAS

    Aku mengalihkan sebentar pandangan dari layar computer pada arah pintu ketika terdengar suara ketukan. Sedetik kemudian pintu terkuak dan yang terlihat sosok mantan suami berdiri di sana. Dia masuk lalu meletakkan secangkir minuman dengan aroma melati yang khas di mejaku.“Terima kasih.” Setelah itu aku hendak kembali fokus pada pekerjaan. “Meswa, bisa bicara sebentar?”Aku sengaja ingin mengabaikan pertanyaan atau lebih tepatnya permintaan Bima dengan menyibukkan diri menatap computer. Mungkin ada lima menit aku diamkan laki-laki itu masih berdiri di tempatnya. Lagi-lagi aku memalingkan pandangan dari lembaran pekerjaan dan melihat pada wajah Bima. “Sebentar saja,” katanya lagi terdengar memohon.Aku mengangguk, “Duduk lah!” Seulas senyum terlihat di wajahnya ketika kupersilahkan dia duduk.Sekarang dia sudah duduk di kursi depan meja kerjaku. Rasanya kami lama tidak berjumpa, beberapa hari ini aku memang tidak melihatnya ada di kantor. Di sini aku bisa melihat tulang pipinya nampa

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   MAAF DARI IBU

    “Kalau ayah masih ada pasti beliau sangat kecewa mengetahui anak kesayangannya yang dibangga-banggakan melakukan hal seperti ini.” Bicaranya ibu terjeda-jeda sebab sesekali terisak. “Kamu salah kalau merasa dibedakan dalam hal kasih sayang dan perhatian, Bim. Bahkan perjodohan itu bukan bertujuan untuk membatasi kebebasanmu dalam memilih pasangan. Ayahmu sudah memikirkan semuanya, dia tidak ingin kamu kembali pada alur kehidupan yang terlunta-lunta. Ayah memilihkan Meswa sebagai istri sebab dia perempuan yang baik, lembut dan penurut. Seperti Meswa lah yang bisa mengimbangi dirimu yang penuh ambisi.Bahkan untuk kesejahteraanmu di masa yang akan datang sudah ayah rancang sedemikian rupa. Sayangnya kamu sendiri yang menghancurkannya. Kepemilikan perusahaan sengaja di rahasiakan sebab ayah yang meminta. Ayah ingin kamu juga merasakan perjuangan untuk mencapai posisi tertinggi. Namun, malah kesalah pahaman yang terjadi. Ibu malu pada Meswa, juga segan pada kedua orang tuanya. Dulu kami

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   BAYI ADOKSI (POV BIMA)

    “Anak adopsi ….” Tanganku bergetar hebat ketika membaca isi surat di hadapan. Perasaan bersalah yang teramat membuatku tergugu di hadapan Ibu dan Kak Sinta. Air mataku mengalir deras mengetahui kenyataan bahwa aku bukan anak yang lahir dari rahim perempuan yang selama ini kutahu merawat dan menyayangiku sepenuh hatinya. “Ibu … astagfirullah, Bu.” Tubuh ibu terhuyung, perempuan berusia setengah abad lebih itu menekan dadanya dengan kedua tangan. Kak Sinta sigap menopang tubuh perempuan di sampingnya lalu membimbing beliau untuk duduk. Ibu nampak kesulitan bernafas, membuat Kak Sinta panik dan segera mengambil obat asma milik ibu di kamar. Tidak hanya Kak Sinta, kepanikan pun menyergap aku. Kak Sinta kembali dan membantu ibu agar duduk tegak. Kemudian ibu memasukkan inhaller ke mulut dan menyemprotkan obat itu. Butuh beberapa detik untuk obat hirup tersebut sampai di paru-paru dan bekerja dengan baik. Ibu terlihat menarik napas panjang beberapa kali.“Ibu rileks, ya.” Kak Sinta meng

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   MENGAKHIRI KISAH YANG SALAH

    Aku menatap gedung kantor Prameswari Mandiri yang gagah menantang kegelapan. Jam tujuh malam, aku masih betah berada di café yang terletak tepat di seberang kantor—tempat favoritku dan Meswa—dulu. Entah kenapa aku merasa enggan untuk pulang dan menemui Erina yang tentu saja sedang menunggu di rumah. Kenapa aku menikahi Erina kalau akhirnya mencintai Meswa? Ah, Bima memang bod*oh. Sejak lama sudah menyadari bahwa perasaanku pada Erina tidak kuat dan kokoh. Aku hanya terpesona sesaat dan dibutakan oleh nafsu pada Erina. Perempuan yang benar-benar menawan hatiku hanya Meswa. Namun, rayuan dan kata-kata manis Erina berhasil membuatku candu dan meninggalkan cinta sejati. Terdengar suara notifikasi pesan dari ponsel. Aku mendengkus, pasti Erina yang mengirimiku pesan. Tidak hanya sekali, bunyi notifikasi terdengar beberapa kali. Semakin membuatku geram pada perempuan itu. Terpaksa meraih ponsel yang sejak tadi kusimpan di meja. Di layar utama nampak balon chat dari salah satu aplikasi be

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status