Share

ANCAMAN

Author: Hanin Humayro
last update Last Updated: 2022-11-03 07:50:26

Mas Dodi akan takut dengan ancaman rumahnya dijual. Apalagi surat-surat berharga ada di kamar.

Ini hanya gertakan sebab akupun tak mau rumah dijual. Selain tempatnya nyaman, nanti uangnya digondol dia semua. Meski aku ikut andil merenovasi, tak punya kekuatan hitam di atas putih bahwa jadi milik berdua.

Mengingat karakter mas Dodi sekarang, aku harus segera buat perjanjian soal rumah dan harta lainnya. Jika kami cerai semua harus dibagi dua..

Hingga siang tiba, belum ada tanda-tanda kedatangan mas Dodi. Yang ada malah chat bertanya soal rumah. Tentu saja ini kujadikan postingan baru bahwa rumah sudah ada yang melirik. Tak lupa tag lagi akunnya.

Akhirnya orang yang ditunggu pun datang. Takut juga dengan ancaman terselubung itu. Kupikir dia akan marah-marah, nyatanya tidak,malah memasang tampang sangat manis. Kata-katanya juga lembut.

"Maafkan aku, ya, Say. Uang masih ada, kok. Tapi sebagian sudah masuk ke dealer. Sebagian lagi aku jadikan modal usaha biar ada pemasukan untuk tambahan cicilan. Jadi kamu tak harus bantu cicilan. Sisanya untuk peganganku sementara. Nanti kalau sudah balik modal, semua yang kupakai akan dikembalikan. "

"Berapa sisanya, Mas?"

"Lima juta."

"Hah, mana cukup untuk mengembalikan setoran. Aku harus setor minggu ini!"

"Minta tangguh saja, pasti tak masalah. Kalian 'kan sudah saling percaya."

Rasanya ingin sekali menampar wajah yang dipasang dengan tampang tak bersalah. Dengan ringan dia berkata begitu. Benar-benar tak tahu malu.

"Ya, gak mungkinlah, Mas. Sini kunci motor!"

"Mau apa?"

"Aku mau jual satu motor untuk bayar setoran. Jadi yang di kamu, aku yang pakai."

"Loh, itu 'kan dipakai mba Winda, Kok ada di kamu. Kasihan loh dia gak ada motor untuk anter jemput anaknya."

"Kalau kasihan, minta belikan suaminya, dong. Gaji suaminya 'kan besar. Jangan pakai barang orang seenaknya. Sini, mana kunci sama STNK nya!"

"Gak, gak! Enak aja!"

"Ya, sudah kalau begitu mobil dipakai sama aku, motor sama kamu!"

"Enggak!"

"Oh, jadi kamu ingin masalah pencurian uang itu masuk ke kantor polisi? Terus viral di keluarga dan teman-teman kita? Oke, dalam sekian detik namamu bakal hancur, Mas!"

Mendengar ancaman itu, wajah mas Dodi memerah. Rahangnya juga menggembung. Tapi, hanya sesaat. Ia cepat-cepat menguasai diri. Mungkin ingat kalau posisinya sedang tak bagus saat ini.

"Oke, oke, tapi kalau mobilnya sudah datang, ya. Sementara aku pakai dulu buat kerja."

"Kalau bohong, surat rumahmu gak akan balik!"

Mas Dodi melunak lagi. Ia memegang tanganku, lalu mengusapnya. Aku tahu itu tak tulus. Ia hanya takut istrinya nekat menjalankan ancaman.

"Karena mau jual motor, berarti uang lima jutanya tetap mas pegang, ya. Buat pegangan sebulan. Mas janji, kok, gak akan dipakai mancing lagi."

Menolak permintaannya pun percuma. Dia memang takkan mengembalikan uang itu.. Yang penting aku sudah ada pegangan uang dengan cara jual motor. Tinggal ke depannya harus cari strategi agar kejadian ini tak terulang lagi..

"Eh, Mas bawa kesukaan kamu. Makan, yuk! Mas suapin, deh. Biar Mas aja yang ambil piringnya, ok!"

Aku tak menjawab iya atau tidak pada ajakannya. Terserahlah dia mau apa. Lebih baik pasang iklan buat jual motor. Kalau tak cukup juga, jual emas saja.

Sementara sibuk jualan, mas Dodi menyuapiku. Ia beneran lagi mengajukan gencatan senjata. Sampai-sampai mengelap sudut bibirku dengan jarinya kalau di sana ada sisa makanan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • REKENING RAHASIAKU   MOBIL BARU

    Hari ini aku dan mas Dodi pergi ke showroom. berniat membeli mobil secara cash. Aku Tidak akan memilih yang harganya terlalu mahal. cukup melihat secara fungsi saja. Lagi pula kami akan mengalokasikan uang yang dimiliki untuk membesarkan usaha. Biar harta pemberian orang tua berputar. Kalau dipakai untuk membeli barang konsumsi semua tentu habis tak tersisa. Karenanya aku juga menahan diri dari godaan benda-benda yang sebenarnya tidak terlalu penting. Sebagai wanita kadang aku ingin memiliki benda-benda tersebut. Tapi tetap berpikir ulang akan kepentingannya. Jangan sampai uang dihamburkan untuk hal-hal yang sebenarnya tidak diperlukan. Mas Dodi juga memiliki prinsip yang sama. Dia tidak lagi mementingkan gengsi seperti saudara-saudaranya. Katanya hidup dalam gengsi itu mahal. Bahkan cenderung menyiksa diri sendiri. Perubahan suamiku benar-benar sudah jauh. Tentu saja aku sangat berbahagia mendapatinya menjadi lebih baik dari hari ke hari. Aku pun bukan hal yang sama yaitu menjadi

  • REKENING RAHASIAKU   JUJUR

    MITASelang sebulan dari pembongkaran kasus makar terdengar berita bahwa Ferdi diciduk polisi. Rupanya sudah ada bukti kuat terkait kejahatan kejahatan orang tersebut. Katanya, sih, dia terancam masuk penjara sepuluh sampai dua puluh tahun. Kekayaannya pun disita.Kejadian itu menyempurnakan ketenangan hidupku dan Mas Dodi. Tak ada lagi ketakutan akan ada gangguan dari Ferdi. Juga hilanglah campur tangan para ipar sebab mereka perlu pencitraan diri demi harta hibah.Meski kami sudah memaafkan kesalahan masa lalu, kewaspadaan tetap dikedepankan. Tak boleh lengah oleh makar dan bujuk rayu menyesatkan. Aku dan mas Dodi sepakat untuk tidak terlalu dekat dengan mereka sebab menghindari bahaya. Tapi tetap bersikap sewajarnya. Tinggal satu masalah lagi, aku masih menyimpan satu rahasia dari mas Dodi, yaitu soal rekening yang berisi uang dua ratus juta lebih. Kalau digabungkan dengan uang hibah milik mas Dodi akan bisa jadi modal usaha cukup besar. Andai terwujud suamiku bisa keluar dari pek

  • REKENING RAHASIAKU   HUKUMAN

    Setelah mereka menjelaskan giliran kami berdua ditanyai. Juga diminta bukti-bukti atas kesaksian ini. Tentu saja kami memilikinya hingga percaya diri ketika harus mempertanggungjawabkan tuduhan di hadapan ayah. Setelah persoalan menjadi gamblang barulah ayah menyampaikan petuah-petuah pada saudara-saudara mas Dodi. Tak ada satupun yang luput dari kemarahan ayah. Mereka hanya bisa mendengar sambil menundukkan kepala ceramah yang sangat panjang. Bahkan aku melihat ayah seperti ingin menghantamkan tangan kepada anak-anaknya. Tapi beliau berusaha sekuat mungkin untuk menahan diri dari segala amarah."Ayah benar-benar kecewa memiliki anak yang sanggup berbuat buruk pada saudara sendiri. Dodi itu saudara kandung kalian. Mita itu istri saudara kandung kalian. Mereka bukan siapa-siapa tapi bagian dari anggota keluarga. saudara saja kalian seperti itu, bagaimana pada yang lain!"Mama sampai harus menenangkan Ayah tatkala kemarahannya sulit dikendalikan. Bahkan nafas Ayah sampai tersengal-se

  • REKENING RAHASIAKU   SIDANG KELUARGA

    "Kalau kau tak mengganggu rumah tanggaku aku pun takkan mengusikmu. Jika kau ingin aku diam, berhentilah mengganggu kami, pergilah dari hidup kami!" balas mas Dodi. Ferdi menggebrak meja hingga alat-alat makan yang ada di sekitarnya berloncatan. Gebrakan itu tentu saja menimbulkan kekagetan pada diri sekutunya. Meski kaget, aku berusaha untuk tidak memperlihatkan."Kalian semua bodoh! Mudah sekali diperdaya mereka! Sudah dikasih duit gede, kerja gak becus, bangsat!"Ferdi nengarahkan telunjuknya pada Adi dan yang lain. Satu tangan lain diletakan di pinggang. Telihatlah wajah asli Ferdi hari ini. "Tenang, Bang, kita bicarakan baik-baik!" sanggah Adi. "Gak perlu, muak gue liat lo semua!"Setelah berkata begitu, Ferdi membalikkan badan. Ia pergi tanpa menoleh lagi ke arah kami. Dan, saudara - saudara mas Dodi pun berbicara satu sama lain. Mereka saling menyalahkan.. Benar-benar tak punya otak, bukannya malu atas kesalahan, malah mikir diri sendiri."Oke, karena tugas sudah selesai, ka

  • REKENING RAHASIAKU   MURKA

    Kursi kosong di lingkaran meja besar ini hanya tersisa dua. Untuk itu yang duduk hanya aku dan mas Dodi. Boni dan Meta berdiri sambil merekam kejadian. Mereka juga tengah siaga untuk mengantisipasi sesuatu yang tak diinginkan."Ka, kalian, apa maksud kedatangan kalian ke sini dan kenapa kalian bisa datang bersama, bukankah-?" tanya Mbak Winda dengan suara tergagap-gagap. Dia bertanya sambil tangannya berpegangan pada tangan mas Agus. Mungkin saking butuh pegangan agar tak jatuh dari kursi. "Harusnya aku yang bertanya, ada apakah gerangan hingga kalian makan-makan besar tanpa mengundang kami?" tanya mas Dodi.Orang-orang yang duduk di hadapan kami saling pandang. Lalu mereka bicara satu sama lain. Aku dan mas Dodi membiarkan dulu orang-orang tersebut menetralisir kekagetannya."Do, bukannya kamu sedang menggugat cerai Mita, kenapa sekarang kalian datang berdua?" tanya mas Agus."Kami melakukan apa yang kalian lakukan, yaitu main drama. Hubunganku dan Mitha baik-baik saja sebab kami ta

  • REKENING RAHASIAKU   SIAPA SANGKA

    Kami akan menuntaskan drama ini dengan menggerebek komplotan tukang fitnah. Langkah yang benar-benar matang telah digariskan. Semua memiliki tugas penting untuk dijalankan.Planing ini sudah disusun sedemikian rupa hingga bisa dibilang sempurna. Kami tak mau ada kegagalan. Prinsip yang dipegang adalah harus sukses. Komplotan penjahat itu harus diringkas dan diberi pelajaran berharga.. Jika mereka dibiarkan melenggang, tentu saja tidak baik untuk perkara ke depan. orang-orang tersebut tidak akan pernah berhenti mengganggu dan menganiaya kami. Untuk itulah perlu pemberian pelajaran yang sanggup menghentikan kejahatan. Aku sampai ngakak ketika mas Dodi mengirim foto selfienya di pengadilan agama. Apalagi ketika sambil pegang berkas. Itu aku yang siapkan. Isinya kertas kosong.Bukan hanya satu pose yang dilakukan tapi banyak lagi. Dia mengambil spot-spot yang akan mewujudkan kepercayaan orang-orang. tampang pun dibuat kusam dan menyedihkan. aku yakin para begundal itu akan percaya bahwa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status