Share

STRATEGI LAIN

Penulis: Hanin Humayro
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-03 07:41:47

Dari dulu aku memang suka dagang. Waktu SD saja suka jualan gorengan untuk membantu ibu. SMP jual aksesoris yang diproduksi tetangga. SMU, pulang sekolah suka ikut paman jualan makanan pinggir jalan.

Pengalaman itu membuatku tak malu dagang apapun asal halal. Dua tahun ke belakang barulah bertemu jalan dagang lebih menjanjikan. Awalnya ikut teman jadi makelar rumah. Lama-lama punya nama dan jaringan sendiri.

Kalau mas Dodi tak punya bakat dagang. Ia lebih pas bekerja pada orang. Jadi kurang berkembang. Tahu sendiri kenaikan gaji juga terbatas. Sudah bertahun-tahun kerja, gajinya baru tembus empat juta.

Pokoknya mas Dodi harus ketemu. Aku gak mau dikejar orang-orang gara-gara tak bisa setor. Selain malu, namaku yang sudah cetar bisa amblas karena nila setitik ini. Yang ada, jaringan bisnis hancur berantakan.

Salahku sendiri membiarkannya tahu pin ATM, bahkan suka memintanya mengambilkan uang tunai. Sebenarnya aku percaya karena dulu mas Dodi baik banget. Gak mengusik penghasilan istri, nafkah pun jalan seperti biasa.

Ketika setahun ini mulai berubah pun, ia tak pernah ambil ATM tanpa izin. Kalaupun maksa minta sesuatu, harus aku yang mentransfer ke rekeningnya. Membuka tas dan dompetku saja tak penah dilakukan.

Entah kenapa sekarang jadi jahat begini. Mungkin ada pengaruh dari luar. Apa berkaitan juga dengan jarang pulangnya dua bulan ke belakang. Nantilah kuselidiki apa penyebab perubahan besar pada dirinya.

Rumah yang pertama kudatangi adalah rumah Dadang. Yang menerima kehadiranku hanya istrinya. Dia bilang mas Dodi tak bertamu sudah berbulan-bulan. Dan tak tahu juga ke mana orang itu pergi. Kalau suaminya lagi dibengkel.

Dengan berbekal petunjuk istri Dadang, aku ke bengkel. Tak sulit menemukannya sebab tempat ini ada di jalan besar meski agak jauh dari rumahnya.

Dadang bilang bertemu Dodi seminggu lalu. Lepas itu belum melihat batang hidungnya lagi.

Tak menyerah, kudatangi lagi rumah teman mas Dodi. Sampai siang ini sudah empat rumah kukunjungi, hasilnya nihil. Kata mereka mas Dodi tak ke sana.

Sebenarnya tak percaya utuh juga dengan kata-kata yang keluar dari mulut temannya. Tapi, tak punya alasan untuk menolak informasi itu. Bisa jadi memang benar, mungkin saja dusta.

Karena belum juga menemukan hasil, kuputuskan pulang dulu. Cape juga berkeliling-keliling dari satu tempat ke tempat lain. Belum lagi cuaca panas akibat sengatan mentari yang menembus dua lapis pakaian.

Besoklah dilakukan lagi pencarian laki-laki brengsek itu. Kalau tak ketemu juga, terpaksa kutempuh cara lain.

Awalnya aku tak mau melakukan ini. Cukup dengan cara mencari di tempat keluarga dan teman-temannya. Tapi, keadaan sudah mendesak. Aku harus segera bayar setoran.

Saat ini belum ada bayangan uang masuk lagi. Jadi belum bisa mengharapkan celah lain. Kalau misal tak ada juga, paling terpaksa berutang sana sini demi manjaga reputasi bisnis.

Sialan kamu, Mas!

*

Ini hari ketiga mas Dodi tak pulang. Aku pun sudah menghentikan pencarian. Cape dan yakin takkan berhasil kalau mengandalkan hal sama. Harus menyusun rencana beda yang lebih jitu.

Aku memakai strategi lain yang mungkin ampuh untuk membawanya pulang. Aku pura-pura menawarkan rumah untuk dijual di media sosial. Tentu saja dengan memention akunnya di postingan tersebut.

Kita lihat apakah ia paham dengan kode dariku? Kalau mengerti pasti pulang hari ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • REKENING RAHASIAKU   MOBIL BARU

    Hari ini aku dan mas Dodi pergi ke showroom. berniat membeli mobil secara cash. Aku Tidak akan memilih yang harganya terlalu mahal. cukup melihat secara fungsi saja. Lagi pula kami akan mengalokasikan uang yang dimiliki untuk membesarkan usaha. Biar harta pemberian orang tua berputar. Kalau dipakai untuk membeli barang konsumsi semua tentu habis tak tersisa. Karenanya aku juga menahan diri dari godaan benda-benda yang sebenarnya tidak terlalu penting. Sebagai wanita kadang aku ingin memiliki benda-benda tersebut. Tapi tetap berpikir ulang akan kepentingannya. Jangan sampai uang dihamburkan untuk hal-hal yang sebenarnya tidak diperlukan. Mas Dodi juga memiliki prinsip yang sama. Dia tidak lagi mementingkan gengsi seperti saudara-saudaranya. Katanya hidup dalam gengsi itu mahal. Bahkan cenderung menyiksa diri sendiri. Perubahan suamiku benar-benar sudah jauh. Tentu saja aku sangat berbahagia mendapatinya menjadi lebih baik dari hari ke hari. Aku pun bukan hal yang sama yaitu menjadi

  • REKENING RAHASIAKU   JUJUR

    MITASelang sebulan dari pembongkaran kasus makar terdengar berita bahwa Ferdi diciduk polisi. Rupanya sudah ada bukti kuat terkait kejahatan kejahatan orang tersebut. Katanya, sih, dia terancam masuk penjara sepuluh sampai dua puluh tahun. Kekayaannya pun disita.Kejadian itu menyempurnakan ketenangan hidupku dan Mas Dodi. Tak ada lagi ketakutan akan ada gangguan dari Ferdi. Juga hilanglah campur tangan para ipar sebab mereka perlu pencitraan diri demi harta hibah.Meski kami sudah memaafkan kesalahan masa lalu, kewaspadaan tetap dikedepankan. Tak boleh lengah oleh makar dan bujuk rayu menyesatkan. Aku dan mas Dodi sepakat untuk tidak terlalu dekat dengan mereka sebab menghindari bahaya. Tapi tetap bersikap sewajarnya. Tinggal satu masalah lagi, aku masih menyimpan satu rahasia dari mas Dodi, yaitu soal rekening yang berisi uang dua ratus juta lebih. Kalau digabungkan dengan uang hibah milik mas Dodi akan bisa jadi modal usaha cukup besar. Andai terwujud suamiku bisa keluar dari pek

  • REKENING RAHASIAKU   HUKUMAN

    Setelah mereka menjelaskan giliran kami berdua ditanyai. Juga diminta bukti-bukti atas kesaksian ini. Tentu saja kami memilikinya hingga percaya diri ketika harus mempertanggungjawabkan tuduhan di hadapan ayah. Setelah persoalan menjadi gamblang barulah ayah menyampaikan petuah-petuah pada saudara-saudara mas Dodi. Tak ada satupun yang luput dari kemarahan ayah. Mereka hanya bisa mendengar sambil menundukkan kepala ceramah yang sangat panjang. Bahkan aku melihat ayah seperti ingin menghantamkan tangan kepada anak-anaknya. Tapi beliau berusaha sekuat mungkin untuk menahan diri dari segala amarah."Ayah benar-benar kecewa memiliki anak yang sanggup berbuat buruk pada saudara sendiri. Dodi itu saudara kandung kalian. Mita itu istri saudara kandung kalian. Mereka bukan siapa-siapa tapi bagian dari anggota keluarga. saudara saja kalian seperti itu, bagaimana pada yang lain!"Mama sampai harus menenangkan Ayah tatkala kemarahannya sulit dikendalikan. Bahkan nafas Ayah sampai tersengal-se

  • REKENING RAHASIAKU   SIDANG KELUARGA

    "Kalau kau tak mengganggu rumah tanggaku aku pun takkan mengusikmu. Jika kau ingin aku diam, berhentilah mengganggu kami, pergilah dari hidup kami!" balas mas Dodi. Ferdi menggebrak meja hingga alat-alat makan yang ada di sekitarnya berloncatan. Gebrakan itu tentu saja menimbulkan kekagetan pada diri sekutunya. Meski kaget, aku berusaha untuk tidak memperlihatkan."Kalian semua bodoh! Mudah sekali diperdaya mereka! Sudah dikasih duit gede, kerja gak becus, bangsat!"Ferdi nengarahkan telunjuknya pada Adi dan yang lain. Satu tangan lain diletakan di pinggang. Telihatlah wajah asli Ferdi hari ini. "Tenang, Bang, kita bicarakan baik-baik!" sanggah Adi. "Gak perlu, muak gue liat lo semua!"Setelah berkata begitu, Ferdi membalikkan badan. Ia pergi tanpa menoleh lagi ke arah kami. Dan, saudara - saudara mas Dodi pun berbicara satu sama lain. Mereka saling menyalahkan.. Benar-benar tak punya otak, bukannya malu atas kesalahan, malah mikir diri sendiri."Oke, karena tugas sudah selesai, ka

  • REKENING RAHASIAKU   MURKA

    Kursi kosong di lingkaran meja besar ini hanya tersisa dua. Untuk itu yang duduk hanya aku dan mas Dodi. Boni dan Meta berdiri sambil merekam kejadian. Mereka juga tengah siaga untuk mengantisipasi sesuatu yang tak diinginkan."Ka, kalian, apa maksud kedatangan kalian ke sini dan kenapa kalian bisa datang bersama, bukankah-?" tanya Mbak Winda dengan suara tergagap-gagap. Dia bertanya sambil tangannya berpegangan pada tangan mas Agus. Mungkin saking butuh pegangan agar tak jatuh dari kursi. "Harusnya aku yang bertanya, ada apakah gerangan hingga kalian makan-makan besar tanpa mengundang kami?" tanya mas Dodi.Orang-orang yang duduk di hadapan kami saling pandang. Lalu mereka bicara satu sama lain. Aku dan mas Dodi membiarkan dulu orang-orang tersebut menetralisir kekagetannya."Do, bukannya kamu sedang menggugat cerai Mita, kenapa sekarang kalian datang berdua?" tanya mas Agus."Kami melakukan apa yang kalian lakukan, yaitu main drama. Hubunganku dan Mitha baik-baik saja sebab kami ta

  • REKENING RAHASIAKU   SIAPA SANGKA

    Kami akan menuntaskan drama ini dengan menggerebek komplotan tukang fitnah. Langkah yang benar-benar matang telah digariskan. Semua memiliki tugas penting untuk dijalankan.Planing ini sudah disusun sedemikian rupa hingga bisa dibilang sempurna. Kami tak mau ada kegagalan. Prinsip yang dipegang adalah harus sukses. Komplotan penjahat itu harus diringkas dan diberi pelajaran berharga.. Jika mereka dibiarkan melenggang, tentu saja tidak baik untuk perkara ke depan. orang-orang tersebut tidak akan pernah berhenti mengganggu dan menganiaya kami. Untuk itulah perlu pemberian pelajaran yang sanggup menghentikan kejahatan. Aku sampai ngakak ketika mas Dodi mengirim foto selfienya di pengadilan agama. Apalagi ketika sambil pegang berkas. Itu aku yang siapkan. Isinya kertas kosong.Bukan hanya satu pose yang dilakukan tapi banyak lagi. Dia mengambil spot-spot yang akan mewujudkan kepercayaan orang-orang. tampang pun dibuat kusam dan menyedihkan. aku yakin para begundal itu akan percaya bahwa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status