Hari ini tepat seminggu sudah Alexa tidak berbicara dengan Rayn. Semenjak pertengkaran mereka hari itu, Rayn seakan menghindarinya tiap kali Alexa hendak mengajaknya bicara.
"Kadang aku bingung, Rayn. Kenapa kamu mau aku jadi pacar kamu sedangkan kamu aja ga bener-bener peduli sama aku," gumam Alexa lirih.
Beratus-ratus pesan telah dikirimkan Alexa kepada Rayn dengan harapan Rayn mau membalasnya. Namun, bagaimana mau membalas kalau pesannya saja tidak dibaca?
"Alexandra!"
Alexa tersentak kaget dari lamunannya kala Bu Marrie, guru bahasa Indonesia yang tengah mengajar di kelas menegurnya.
"Daripada kamu melamun dan tidak mendengarkan penjelasan saya, lebih baik kamu keluar dari kelas."
Alexa benar-benar tidak suka keadaan ini, di mana dia menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kelas bahkan ada yang memandangnya sambil berbisik-bisik.
"Maaf, Bu. Saya ga akan ngelamun lagi."
"Saya maafkan, tapi agar kamu jera saya beri kamu hukuman keluar dari kelas saya sekarang juga."
Alexa pun beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kelas tanpa basa-basi.
"Ini semua gara-gara Rayn," gumamnya lesu.
Alexa memilih untuk melangkahkan kakinya menuju perpustakaan daripada menunggu di depan kelas dengan bosan. Minimal dia bisa numpang wifi-an dan streaming konser Johnny Orlando atau membaca novel teenfiction yang bikin baper.
Dia menuju rak khusus novel dan mendudukan diri di bangku pojok. Beruntung perpustakaan sedang sepi karena jam pelajaran tengah berlangsung, jadi dia bisa membaca novel dengan tenang.
Ketika sedang fokus membaca novel, ada sesuatu yang mengusiknya. Dia mendengar suara orang mendengkur.
Dia mengarahkan pandangannya ke bangku seberang. Alexa baru menyadari jika di sana ada seorang siswa yang tengah tertidur.
Awalnya Alexa tidak peduli dan memilih untuk melanjutkan bacaannya, namun kala indera pendengarannya menangkap suara derap langkah kaki mendekati perpustakaan dia pun menjadi panik seketika.
"Gawat, itu pasti Pak Robert."
Pak Robert adalah salah satu guru konseling di sekolah Alexa. Dia biasa berkeliling ke seluruh penjuru sekolah untuk menangkap siswa siswi yang madol. Jadi, jangan bertanya kenapa Alexa panik.
"Duh, aku bangunin dia gak ya?"
Otaknya menyuruhnya untuk segera sembunyi dan meninggalkan cowok yang tengah tertidur itu, namun tubuhnya bertindak lain.
"Hey, bangun."
Alexa menggoyang bahu cowok itu membuatnya terbangun.
"Kita harus sembunyi, di luar ada Pak Robert," ujar Alexa membuat cowok itu terjingkat seketika.
Tanpa ba-bi-bu, cowok itu segera menarik lengan Alexa untuk sembunyi di bawah meja. Beruntung tempat mereka ada di pojokan sehingga mereka tertutupi oleh bangku-bangku lain.
Alexa sempat terpaku kala matanya memandang kedua bola mata tajam milik cowok itu. Kalau dilihat-lihat, cowok itu tidak kalah ganteng dari Rayn.
Alexa menggeleng-gelengkan kepalanya ketika menyadari jika dirinya sedari tadi memandangi wajah tampan cowok itu. Hal itu pun tak luput dari perhatian cowok yang tengah bersembunyi bersamanya.
"Heh, lo kenapa geleng-geleng sendiri?"
"G-ga papa kok. Hehe," cengir Alexa sambil merutuki dirinya sendiri dalam hati.
Duh, pasti tadi aku kayak orang gila. Ngapain sih pake geleng-geleng sendiri?!
Tak lama kemudian, Pak Robert pun keluar dari perpustakaan dan berlalu pergi membuat mereka berdua keluar dari tempat pengap itu.
"Makasih karna lo udah bangunin gue," ujar cowok itu kepada Alexa.
"Sama-sama."
"Oh iya, kenalin nama gue Mike, gue baru pindah seminggu yang lalu."
Cowok itu menjulurkan tangannya yang disambut tatapan polos oleh Alexa. Mike pun berdecak kesal dan menarik tangan kecil Alexa dalam genggamannya.
"Alexa," balas Alexa.
"Salam kenal, Alexa," ujar Mike sambil tersenyum tipis sebelum melepaskan jabatannya dan berlalu pergi dari hadapan Alexa.
Alexa pun memandang punggung Mike yang mulai menjauh.
🍋💡🍋💡
Bel pulang sekolah telah berbunyi, seluruh siswa Moonlight High School berhamburan ke luar gedung sekolah begitupun dengan Alexa.
Kini Alexa tengah berdiri di samping motor sport merah milik Rayn. Senyumnya merekah kala dia melihat Rayn berjalan menuju ke arahnya.
"Rayn," panggil Alexa menghentikan kegiatan Rayn yang tengah memakai helmnya.
"Hmm."
"Kita perlu bicara masalah kemaren, aku ga ada maksud buat belain temen kamu. Aku cuman takut kamu kenapa-napa. Kamu tau kan kalo temen kamu itu licik?"
Rayn mengacuhkan Alexa, dia hendak menaiki motornya sebelum suara seseorang menghentikannya.
"Rayn, tunggu."
Alexa mengalihkan pandangannya kepada gadis yang barusan memanggil pacarnya. Itu Brissia, cewek yang tergila-gila pada Rayn dan kerap kali mengintili cowok itu bahkan saat Rayn tengah bersamanya.
"R-Rayn, gue boleh nebeng ga? Hari ini supir gue ga bisa jemput soalnya. Boleh ya, Rayn?" ujar Brissia dengan tatapan memohon.
Tanpa diduga, Rayn mengiyakan permintaan Brissia. Padahal biasanya cowok itu selalu menolak jika diajak pulang bersama gadis itu.
Tanpa memperdulikan Alexa, Brissia menaiki jok belakang motor Rayn dan memeluk pinggang Rayn. Alexa tersenyum pedih ketika Rayn sama sekali tidak mempermasalahkannya. Mereka pun melaju meninggalkan Alexa yang termenung dengan air mata menggenang di pelupuk mata. Dia cemburu.
"Kenapa kamu ga mau dengerin aku Rayn? Kenapa kamu cuekkin aku?" gumam Alexa dengan hati pedih.
Kamu bener-bener ga peduli sama perasaan aku Rayn. Kamu udah terlalu sering nyakitin aku, tapi anehnya kenapa aku ga bisa benci sama kamu? Apa hati aku udah mati rasa?
Tanpa disadari, sepasang mata tajam tengah memperhatikan drama tersebut dari tadi.
Alexa sudah rapi dengan seragam sekolahnya, gadis itu hendak berangkat ke sekolah. Sebelum turun ke meja makan untuk sarapan, Alexa menyempatkan diri untuk membubuhkan sedikit bedak dulu ke mukanya. Rambut gadis itu juga sudah dikuncir setengah."Dah siap deh," gumam gadis itu.Alexa pun keluar dari kamarnya untuk sarapan. Tampak Sofia yang tengah menyiapkan sarapan."Mau aku bantu, Ma?" tanya Alexa pada Mamanya."Ga usah, ini cuman buat bekal makan siang Papa nanti kok," balas Sofia."Papa udah pulang dari luar kota?" Alexa bertanya dengan girang."Udah, semalem. Tapi dia udah ke kantor lagi tadi pagi-pagi banget. Ini nanti Mama mau nganterin bekalnya." Alexa pun hanya ber-oh-ria.Gadis itu pun duduk manis sambil menikmati sepiring nasi goreng buatan Sofia."Kamu berangkat bareng siapa, Lex?"Alexa pun menghentikan suapan
Jam menunjukkan pukul setengah 3 sore. Selepas membantu Mamanya beres-beres bekas makan siang tadi, Alexa kini tengah bersantai di kamarnya. Gadis itu tengah membaca novel yang belum sempat dia selesaikan. Alexa bahkan belum sempat untuk tidur siang.Ketika Alexa tengah fokus-fokusnya membaca, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar. Tak lama kemudian, suara Sofia pun terdengar dari luar kamar."Alexa? Bantuin Mama bentar sini," ujar wanita paruh baya itu. Kemudian terdengar langkah kaki Sofia yang menjauh dari kamar Alexa.Alexa pun menutup novelnya setelah menandai halaman terakhir yang dia baca. Gadis itu beranjak dengan ogah-ogahan keluar dari kamar. Alexa pun menghampiri Sofia yang kini tengah menenteng plastik besar berisi sampah."Tolong taro ke depan nih. Bentar lagi tukang sampahnya lewat," titah Sofia.Alexa pun mengambil alih plastik tersebut dari tangan Sofia.
Alexa bisa melihat Mamanya yang tengah sibuk berkutat di dapur, harum aroma masakan memenuhi rongga penciumannya. Alexa pun memeluk tubuh Mamanya dari belakang membuat wanita itu terkejut."Alexa! Kamu bikin Mama kaget tau ga!?" ujar Sofia sembari menyentil pelan kening putrinya itu."Aww, sakit Mah," keluh Alexa sambil mengusap keningnya."Kamu ini dari mana aja? Rayn dari tadi nungguin kamu tuh di kamar!!"Alexa membulatkan matanya terkejut. Pasalnya, tadi sepulang sekolah Rayn bilang kepadanya jika dirinya punya urusan dengan geng Lion sehingga dia tidak bisa mengantar Alexa pulang."Ya udah Mah, Alexa ke kamar dulu," ujar Alexa kemudian melangkahkan kakinya menuju ke kamar dengan buru-buru."Jangan ditutup loh pintu kamarnya!"Sesampainya di kamar, Alexa melihat Rayn yang tengah berdiri di balkon kamarnya.Jangan-jangan tadi Rayn n
Alexa memasuki ruang musik dengan langkah ragu-ragu. Seluruh siswa Moonlight High School telah meninggalkan area sekolah. Karena memang bel pulang telah berbunyi dari tadi.Jika kalian berpikir bahwa Alexa mengikuti ekskul musik, maka kalian salah besar. Alexa tidak mengikuti ekskul musik di sekolahnya, gadis itu malah mengikuti ekskul PMR. Padahal sebenarnya Alexa kurang minat dengan PMR. Gadis itu ingin memasuki ekskul musik, namun Alexa kurang yakin.Alexa selalu tidak percaya diri jika harus tampil di hadapan orang banyak. Padahal sebenarnya suara Alexa cukup bagus. Dia bahkan mahir memainkan piano. Dulu sewaktu gadis itu kecil, Papanya mendaftarkan gadis itu ke dalam sebuah les piano.Jemari lentik Alexa pun mulai memainkan tuts piano. Suara dentingan piano yang dimainkan Alexa memenuhi seisi ruangan musik yang hening.Tell me ...Have you seen a s
Rayn menyodorkan boneka Hello Kitty yang dari tadi dibawanya ke hadapan Alexa. "Buat lo.""Ini beneran buat aku?""Gak, gue nitip buat Brissia," canda Rayn membuat Alexa mengerucutkan bibirnya sedih."Kamu kasih sendiri aja ke dia. Aku mau ke kelas aja deh."Rayn mencekal lengan Alexa ketika gadis itu beranjak dari duduknya. Raut wajah gadis itu tampak sedih membuat Rayn mati-matian menahan senyumnya."Gue bercanda, itu buat lo," ujarnya."Beneran buat aku kan? Bukan buat Brissia?" Alexa bertanya sambil memandang kedua mata tajam milik cowok itu.Rayn sempat terpaku dengan kedua mata bulat milik Alexa yang tampak bersinar. Gadis itu benar-benar manis."Iya, Alexa. Itu bonekanya buat lo," ujar Rayn."Yeay! Makasih Rayn."Alexa pun refleks memeluk Rayn yang duduk di sampingnya karena dia merasa sang
"Rayn!""Oh my god, gue potek."Beberapa saat kemudian, Rayn pun melepaskan pelukan Alexa. Bukannya apa-apa, dia hanya tidak mau mereka terkena masalah gara-gara pelukan di sekolah. Kalau sampai ada guru konseling yang memergoki mereka bisa berabe urusannya."Kita ke kelas ya," ujar Rayn dengan suara lembut membuat siapa saja yang mendengarnya meleleh.Alexa pun mengangguk dengan semangat membuat Rayn terkekeh merasa gemas. Gadis itu menatap kedua mata tajam Rayn dengan mata bulatnya yang berbinar."I love you, Rayn.""I love you more, Alexa."Sementara di ujung sana, Brissia melihat semua kejadian itu sambil menahan tangisnya, kedua tangannya mengepal menahan emosi."Lo liat aja, Alexa. Gue bakal bikin perhitungan sama lo!" &nbs