Share

7. Es Krim Rasa Anggur

Rasen sedang berjalan-jalan sendiri di lorong kampusnya. Ia belum begitu mengenal lingkungan ini jadi dia berinisiatif melihat-lihat untuk lebih mengenal lingkungan barunya.

Tidak begitu sepi, ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang. Ada juga mahasiswi yang sedang mengobrol di kursi lorong dan ketika Rasen lewat, Rasen mendengar samar-samar bahwa Rasen menjadi bahan obrolan mereka setelahnya. Rasen tidak peduli.

Tapi Rasen terkejut saat ia melewati lab bahasa. Ia melihat sosok hitam, tinggi, besar dengan penuh bulu disana, Rasen berpaling. Tidak mau sosok itu tahu bahwa ia bisa melihatnya.

Rasen lanjut berjalan, terlihat lebih sepi di daerah sini. Entahlah, Rasen sendiri tidak tahu dia dimana. Sebut saja Rasen sedang tersasar di kampusnya sendiri.

Rasen berjalan lurus sampai ke ujung, sepertinya itu area belakang kampus ini. Terlihat dari arah Rasen berjalan, ada rumput-rumput yang lumayan tinggi di ujung sana.

Rasen penasaran dan terus berjalan sehingga dia sadar sepertinya ada yang mengikutinya dari belakang. Rasen berhenti di tempat, ia menengok kebelakang. Tidak ada siapa-siapa disana, mungkin hanya perasaan Rasen saja, pikirnya.

Rasen melihat jam di pergelangan tangannya. Sebentar lagi kelas siangnya akan dimulai, batin Rasen. Rasen berbalik arah sedikit tergesa, tapi dia lagi-lagi terperanjat ke belakang. Sosok gadis menyeramkan di rooftop menghadangnya dengan tiba-tiba.

"Tolong ...," ujar sosok itu dengan lirih meminta tolong kepada Rasen. Rasen menggelengkan kepalanya, ia melewati sosok tersebut sambil menundukkan kepalanya. Rasen sedang tidak ada waktu untuk hal itu, Rasen takut terlambat memasuki kelas siangnya.

Sosok itu tidak mengejar, hanya melihat Rasen dengan tatapan yang sangat sulit di artikan. Sosok itu menajamkan tatapannya saat ia melihat seorang gadis berjalan bersama Rasen.

Rasen dengan terburu-buru berjalan untuk sampai ke kelasnya. Tapi untuk ke dua kalinya dia terperanjat saat ada yang menahan pergelangan tangannya. Rasen berbalik sambil menghempaskan pegangan di pergelangan tangannya.

"Kamu?" tanya Rasen yang kaget dan bingung.

"Sorry, lo kaget ya? Gue minta maaf, gue gak maksud," ujar Eleena tersenyum ngeri saat melihat respon Rasen yang menghempaskan pegangan tangannya dengan keras tadi. "Bego, bego, bego lancang banget gue asal pegang-pegang tangan dia," pikir Eleena merutuki dirinya sendiri.

"Saya ada kelas harus buru-buru." Rasen meninggalkan Eleena, ia sedikit merasa tidak enak juga karena menghempaskan tangannya dengan keras. Rasen pikir sosok hantu tadi yang menahannya sehingga Rasen sedikit kesal. Tapi ternyata gadis itu lagi.

Eleena mengejar Rasen dan mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Rasen.

"Gue juga ada kelas, kayanya kita satu kelas, deh? Bareng ya, ya, ya?" Rasen hanya melirik Eleena sekilas, mengembuskan napasnya lalu kembali fokus berjalan. Eleena yang merasa dapat persetujuan pun senang dan merasa lebih bersemangat karena bisa berjalan beriringan bersama Rasen.

Sosok hantu gadis rooftop masih melihat mereka berdua dengan tatapan tajam dan tidak sukanya. Auranya terasa sangat marah, matanya memerah dan kukunya memanjang. Ia membias dengan amarah membiarkan Rasen dan Eleena pergi.

Hingga akhirnya Rasen dan Eleena sampai di kelas, sepertinya benar. Jadwal kelas Eleena dan Rasen sama. Itu membuat Eleena benar-benar senang bisa terus satu kelas bersama Rasen untuk saat ini. Jelas saja, itu kan karena mereka satu fakultas dan satu jurusan.

***

Kelas Eleena dan Rasen pun berakhir sore itu. Rasen bergegas untuk segera pulang. Ia sedikit risih karena Eleena selalu di dekatnya.

Seperti saat ini, Eleena berdiri dengan senyum termanisnya di samping bangku yang sedang Rasen duduki. Tentu saja ia menunggu Rasen.

Rasen hanya melirik sekilas ke arah Eleena. Entahlah apa yang ada di pikiran Rasen tentang gadis itu. Yang pasti ia hanya ingin menghindarinya saat ini.

Rasen berdiri dan berjalan duluan meninggalkan Eleena, yang tentu saja Eleena mengekori Rasen dari belakang dengan ekspresi wajahnya yang berubah jadi cemberut.

"Tungguin dong, Rasen!" teriak Eleena.

Rasen tidak memperdulikannya, ia terus berjalan lebih cepat agar Eleena tertinggal lebih jauh.

Eleena berlari kecil agar bisa mensejajarkan langkahnya dengan Rasen. Tapi langkah Rasen terlalu cepat. Dan dengan sangat cerobohnya, Eleena tersandung kakinya sendiri yang tentu saja mengakibatkan dia terjatuh dengan tidak elegannya.

Suara terjatuhnya Eleena pun membuat Rasen berhenti. Rasen menoleh, ia melihat Eleena terduduk di lantai. Rasen tersenyum, lebih tepatnya ia menahan tawanya.

Ia berbalik dan berjalan menuju Eleena, Rasen dengan jelas melihat wajahnya. Wajah Eleena memerah, sepertinya ia malu karena ada beberapa mahasiswa berkumpul di sana yang melihat dengan jelas bagaimana terjatuhnya gadis cantik berambut sebahu itu.

Rasen menormalkan raut wajahnya lalu saat dia sudah di depan Eleena, ia mengulurkan tangannya berniat membantu. Eleena melihat uluran tangan itu, lalu ia melihat pemilik tangan tersebut.

Mata Eleena berbinar dan segera tersenyum bahagia. Ia menerima uluran tangan itu dan segera berdiri. Kejadian itu tak luput dari tatapan para mahasiswa dan mahasiswi di situ. Ada yang berbisik iri, merasa lucu, kagum dan lain-lain.

Rasen tidak peduli, begitu juga Eleena. Yang pasti Eleena sangat senang dengan apa yang dilakukan Rasen padanya setelah beberapa kali Rasen tidak mempedulikannya. Tapi apakah Eleena harus terjatuh dulu agar Rasen mempedulikan?

Rasen dan Eleena meninggalkan tempat kejadian. Tidak mereka sadari ada sosok gadis di belakang para mahasiswa di sana yang sedari tadi memerhatikan mereka berdua. Matanya memerah, urat-urat di wajahnya yang begitu banyak sayatan pun timbul. Hawa di sana berubah menjadi panas. Namun dengan perlahan sosok itu menghilang.

***

"Rasen janji ya, sama Cha. Jangan mau pisah sama Cha," pinta gadis kecil dengan seragam putih merah yang ia kenakan. Rasen yang di sebut pun mengangguk dengan mantap sambil tersenyum tulus.

"Cha gak mau pisah sama Rasen soalnya hihi. Kalau pisah sama Rasen nanti yang jagain Rasen siapa kalau bukan Cha? Pokonya Cha mau sama Rasen terus sampai gede." Gadis itu terus mengoceh dan hanya di balas anggukan dan senyuman manis dari Rasen yang juga memakai seragam putih merah.

"Oh iya, nanti juga udah lulus SD kita harus bareng ya sekolahnya. Kalau ngga, Cha bakalan ngambek pokoknya!"

"Iya Cha, Rasen janji bakal sama Cha terus. Soalnya nanti kalau udah gede gantian Rasen yang jagain Cha, ya." Rasen kecil itu berujar dengan semangatnya.

Gadis kecil dengan rambut di kepang itu pun mengangguk setuju. Senyumnya sangat manis membuat Rasen pun ikut tersenyum saat melihatnya.

"Kita jajan es krim, yuk! Aku mau beli es krim yang banyak! Aku mau beli rasa coklat, vanila, stroberi sama anggur." Cha mengoceh dengan sangat riang, membuat Rasen nyaman di dekatnya.

"Emangnya ada es krim rasa anggur?" tanya Rasen heran.

"Gak tau, makanya ayo kita liat." Gadis kecil itu menarik tangan Rasen agar ia mengikutinya, Rasen menurut saja. Tapi tiba-tiba gadis kecil itu menghentikan langkahnya yang otomatis membuat Rasen pun berhenti.

"Cha? Kenapa?" tanya Rasen yang heran sambil menggerakkan tangan yang di genggam oleh Cha.

Gadis kecil bernama Cha itu pun hanya terdiam menunduk membuat Rasen benar-benar bingung. Rasen menarik tangannya dan membalikkan gadis kecil tersebut agar menghadapnya. Namun, keputusan Rasen benar-benar membuatnya menyesal ketika wajah gadis yang berada di hadapannya ini berubah menjadi menyeramkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status