Beranda / Thriller / REVEAL / 7. Es Krim Rasa Anggur

Share

7. Es Krim Rasa Anggur

Penulis: yuiiii
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-14 18:09:00

Rasen sedang berjalan-jalan sendiri di lorong kampusnya. Ia belum begitu mengenal lingkungan ini jadi dia berinisiatif melihat-lihat untuk lebih mengenal lingkungan barunya.

Tidak begitu sepi, ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang. Ada juga mahasiswi yang sedang mengobrol di kursi lorong dan ketika Rasen lewat, Rasen mendengar samar-samar bahwa Rasen menjadi bahan obrolan mereka setelahnya. Rasen tidak peduli.

Tapi Rasen terkejut saat ia melewati lab bahasa. Ia melihat sosok hitam, tinggi, besar dengan penuh bulu disana, Rasen berpaling. Tidak mau sosok itu tahu bahwa ia bisa melihatnya.

Rasen lanjut berjalan, terlihat lebih sepi di daerah sini. Entahlah, Rasen sendiri tidak tahu dia dimana. Sebut saja Rasen sedang tersasar di kampusnya sendiri.

Rasen berjalan lurus sampai ke ujung, sepertinya itu area belakang kampus ini. Terlihat dari arah Rasen berjalan, ada rumput-rumput yang lumayan tinggi di ujung sana.

Rasen penasaran dan terus berjalan sehingga dia sadar sepertinya ada yang mengikutinya dari belakang. Rasen berhenti di tempat, ia menengok kebelakang. Tidak ada siapa-siapa disana, mungkin hanya perasaan Rasen saja, pikirnya.

Rasen melihat jam di pergelangan tangannya. Sebentar lagi kelas siangnya akan dimulai, batin Rasen. Rasen berbalik arah sedikit tergesa, tapi dia lagi-lagi terperanjat ke belakang. Sosok gadis menyeramkan di rooftop menghadangnya dengan tiba-tiba.

"Tolong ...," ujar sosok itu dengan lirih meminta tolong kepada Rasen. Rasen menggelengkan kepalanya, ia melewati sosok tersebut sambil menundukkan kepalanya. Rasen sedang tidak ada waktu untuk hal itu, Rasen takut terlambat memasuki kelas siangnya.

Sosok itu tidak mengejar, hanya melihat Rasen dengan tatapan yang sangat sulit di artikan. Sosok itu menajamkan tatapannya saat ia melihat seorang gadis berjalan bersama Rasen.

Rasen dengan terburu-buru berjalan untuk sampai ke kelasnya. Tapi untuk ke dua kalinya dia terperanjat saat ada yang menahan pergelangan tangannya. Rasen berbalik sambil menghempaskan pegangan di pergelangan tangannya.

"Kamu?" tanya Rasen yang kaget dan bingung.

"Sorry, lo kaget ya? Gue minta maaf, gue gak maksud," ujar Eleena tersenyum ngeri saat melihat respon Rasen yang menghempaskan pegangan tangannya dengan keras tadi. "Bego, bego, bego lancang banget gue asal pegang-pegang tangan dia," pikir Eleena merutuki dirinya sendiri.

"Saya ada kelas harus buru-buru." Rasen meninggalkan Eleena, ia sedikit merasa tidak enak juga karena menghempaskan tangannya dengan keras. Rasen pikir sosok hantu tadi yang menahannya sehingga Rasen sedikit kesal. Tapi ternyata gadis itu lagi.

Eleena mengejar Rasen dan mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Rasen.

"Gue juga ada kelas, kayanya kita satu kelas, deh? Bareng ya, ya, ya?" Rasen hanya melirik Eleena sekilas, mengembuskan napasnya lalu kembali fokus berjalan. Eleena yang merasa dapat persetujuan pun senang dan merasa lebih bersemangat karena bisa berjalan beriringan bersama Rasen.

Sosok hantu gadis rooftop masih melihat mereka berdua dengan tatapan tajam dan tidak sukanya. Auranya terasa sangat marah, matanya memerah dan kukunya memanjang. Ia membias dengan amarah membiarkan Rasen dan Eleena pergi.

Hingga akhirnya Rasen dan Eleena sampai di kelas, sepertinya benar. Jadwal kelas Eleena dan Rasen sama. Itu membuat Eleena benar-benar senang bisa terus satu kelas bersama Rasen untuk saat ini. Jelas saja, itu kan karena mereka satu fakultas dan satu jurusan.

***

Kelas Eleena dan Rasen pun berakhir sore itu. Rasen bergegas untuk segera pulang. Ia sedikit risih karena Eleena selalu di dekatnya.

Seperti saat ini, Eleena berdiri dengan senyum termanisnya di samping bangku yang sedang Rasen duduki. Tentu saja ia menunggu Rasen.

Rasen hanya melirik sekilas ke arah Eleena. Entahlah apa yang ada di pikiran Rasen tentang gadis itu. Yang pasti ia hanya ingin menghindarinya saat ini.

Rasen berdiri dan berjalan duluan meninggalkan Eleena, yang tentu saja Eleena mengekori Rasen dari belakang dengan ekspresi wajahnya yang berubah jadi cemberut.

"Tungguin dong, Rasen!" teriak Eleena.

Rasen tidak memperdulikannya, ia terus berjalan lebih cepat agar Eleena tertinggal lebih jauh.

Eleena berlari kecil agar bisa mensejajarkan langkahnya dengan Rasen. Tapi langkah Rasen terlalu cepat. Dan dengan sangat cerobohnya, Eleena tersandung kakinya sendiri yang tentu saja mengakibatkan dia terjatuh dengan tidak elegannya.

Suara terjatuhnya Eleena pun membuat Rasen berhenti. Rasen menoleh, ia melihat Eleena terduduk di lantai. Rasen tersenyum, lebih tepatnya ia menahan tawanya.

Ia berbalik dan berjalan menuju Eleena, Rasen dengan jelas melihat wajahnya. Wajah Eleena memerah, sepertinya ia malu karena ada beberapa mahasiswa berkumpul di sana yang melihat dengan jelas bagaimana terjatuhnya gadis cantik berambut sebahu itu.

Rasen menormalkan raut wajahnya lalu saat dia sudah di depan Eleena, ia mengulurkan tangannya berniat membantu. Eleena melihat uluran tangan itu, lalu ia melihat pemilik tangan tersebut.

Mata Eleena berbinar dan segera tersenyum bahagia. Ia menerima uluran tangan itu dan segera berdiri. Kejadian itu tak luput dari tatapan para mahasiswa dan mahasiswi di situ. Ada yang berbisik iri, merasa lucu, kagum dan lain-lain.

Rasen tidak peduli, begitu juga Eleena. Yang pasti Eleena sangat senang dengan apa yang dilakukan Rasen padanya setelah beberapa kali Rasen tidak mempedulikannya. Tapi apakah Eleena harus terjatuh dulu agar Rasen mempedulikan?

Rasen dan Eleena meninggalkan tempat kejadian. Tidak mereka sadari ada sosok gadis di belakang para mahasiswa di sana yang sedari tadi memerhatikan mereka berdua. Matanya memerah, urat-urat di wajahnya yang begitu banyak sayatan pun timbul. Hawa di sana berubah menjadi panas. Namun dengan perlahan sosok itu menghilang.

***

"Rasen janji ya, sama Cha. Jangan mau pisah sama Cha," pinta gadis kecil dengan seragam putih merah yang ia kenakan. Rasen yang di sebut pun mengangguk dengan mantap sambil tersenyum tulus.

"Cha gak mau pisah sama Rasen soalnya hihi. Kalau pisah sama Rasen nanti yang jagain Rasen siapa kalau bukan Cha? Pokonya Cha mau sama Rasen terus sampai gede." Gadis itu terus mengoceh dan hanya di balas anggukan dan senyuman manis dari Rasen yang juga memakai seragam putih merah.

"Oh iya, nanti juga udah lulus SD kita harus bareng ya sekolahnya. Kalau ngga, Cha bakalan ngambek pokoknya!"

"Iya Cha, Rasen janji bakal sama Cha terus. Soalnya nanti kalau udah gede gantian Rasen yang jagain Cha, ya." Rasen kecil itu berujar dengan semangatnya.

Gadis kecil dengan rambut di kepang itu pun mengangguk setuju. Senyumnya sangat manis membuat Rasen pun ikut tersenyum saat melihatnya.

"Kita jajan es krim, yuk! Aku mau beli es krim yang banyak! Aku mau beli rasa coklat, vanila, stroberi sama anggur." Cha mengoceh dengan sangat riang, membuat Rasen nyaman di dekatnya.

"Emangnya ada es krim rasa anggur?" tanya Rasen heran.

"Gak tau, makanya ayo kita liat." Gadis kecil itu menarik tangan Rasen agar ia mengikutinya, Rasen menurut saja. Tapi tiba-tiba gadis kecil itu menghentikan langkahnya yang otomatis membuat Rasen pun berhenti.

"Cha? Kenapa?" tanya Rasen yang heran sambil menggerakkan tangan yang di genggam oleh Cha.

Gadis kecil bernama Cha itu pun hanya terdiam menunduk membuat Rasen benar-benar bingung. Rasen menarik tangannya dan membalikkan gadis kecil tersebut agar menghadapnya. Namun, keputusan Rasen benar-benar membuatnya menyesal ketika wajah gadis yang berada di hadapannya ini berubah menjadi menyeramkan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • REVEAL   60. Sepasang Kekasih

    Sepasang kekasih berjalan santai menuju area taman kampus. Kabar berita tentang berjalannya hubungan mereka awalnya sangat menggemparkan. Namun sudah dua bulan hubungan mereka berjalan, membuat anak lain merasa terbiasa dan bahkan merasa aneh bila mereka tidak bersama. Sebelumnya, banyak sekali momen yang sudah mereka lalui bersama. Kesedihan sang gadis kini terbayar dengan adanya sang kekasih di sampingnya. Rasa sedih dan kecewa kini sudah berganti dengan kebahagiaan yang lebih nyata. Aktivitas belajar mereka pun terlihat lancar. Hubungan mereka dengan teman satu angkatannya pun kini lebih baik dari sebelumnya. Walaupun masih banyak hal yang mengganjal. Hilangnya dua teman satu angkatan mereka pun menjadi tanda tanya besar. Tapi satu hal yang sangat menggemparkan mereka sebelumnya adalah kematian kakak tingkat mereka. Arrabelle, gadis itu ditemukan sudah tak bernyawa di sebuah gang kecil sebelah kampusnya. "Gue gak nyangka Kak Arra meninggal de

  • REVEAL   59. Ayu

    Terbesit wajah laki-laki yang tidak begitu Rasen kenali. Rasen mencoba mendalami, mencari tau berharap bisa mendapatkan nama dari pemilik wajah yang ia lihat. Namun gelap, ia tidak mendapatkan petunjuk.Tasha terlihat enggan atau lebih tepatnya sulit untuk mengungkap siapa pelakunya. Rasen hanya bisa pasrah dan tidak memaksanya. Ia berpikir akan mencari tau nanti."Kamu mau tau gimana kematian Varsha?" tanya Tasha pada Rasen lewat batinnya. Rasen mengangguk menandakan ia mau. "Tapi sebelum itu, boleh aku masuk ke tubuh kamu? Aku ingin ngobrol sebentar sama Leena," pinta Tasha dengan mata yang berbinar. Ia sangat berharap bisa berbicara dengan Eleena karena ia sangat merindukan sahabatnya itu.Rasen tersenyum, mengangguk lalu berkata dalam batinnya, "Sebelumnya, makasih ya. Saya tau kamu yang masuk ke tubuh salah satu orang yang jahatin Eleena tadi. Berkat kamu, saya sama Eleena jadi bisa lari dari keadaan itu." Tasha tersenyum, "Semua dengan ijin Tuh

  • REVEAL   58. Kilas Balik

    Sebuah sore yang dingin dengan awan yang mendung, seorang gadis berjalan dengan santai. Gaun ungu pastelnya terlihat sangat cantik dan cocok di tubuhnya. Dengan perasaan yang berbunga-bunga ia merasa bersemangat untuk menemui seseorang.Sebuah sekolah perguruan tinggi menjadi tujuannya saat ini. Perguruan tinggi itu ada di daerah atas, daerah yang sekitarnya masih asri dan banyak pepohonan tinggi. Daerahnya di kelilingi komplek perumahan elit namun jarang terlihat ada orang di rumah-rumah besar itu.Tidak ada angkutan umum yang berhenti tepat di depan kampus tersebut membuat gadis itu harus berjalan sedikit. Seseorang yang spesial membuat janji untuk bertemu dengannya di sana walaupun ia belum resmi menjadi mahasiswi di sana. Sebuah lengan menahannya membuat langkahnya berhenti. Raut wajahnya yang cerah kini seketika luntur."Lo pulang aja ya, biar gue yang temuin," pinta gadis dihadapannya. Sebuah permintaan yang lebih menjurus ke sebuah perintah. "Aku aj

  • REVEAL   57. Tutup Mata

    Kesurupan. Lisa kesurupan, ia berteriak histeris. Matanya terbelalak melotot, tangannya mengarah ke depan ke arah Arra. Seperti ingin mencekik, kedua tangannya masih terus mengarah pada Arra.Arra panik hanya bisa mengumpat pada Lisa untuk berhenti menakut-nakutinya. "Anjing lo, Sa! Jangan banyak tingkah!" Entah Arra tidak tau situasinya atau ia benar-benar sudah ketakutan hingga berani mengumpat pada Lisa yang masih berteriak sambil mendekat pada Arra.Arra hanya bisa terus mundur menghindar, teman-temannya yang lain pun tidak berani mendekat pada Lisa. Mereka sadar itu bukan Lisa, melainkan sesosok hantu yang memasuki Lisa."Pergi! Jangan ganggu!" teriak Lisa saat ia sudah berada tepat di depan Arra. "Lisa! Sadar! Lo yang ganggu, Anjing!" seru Arra kesal sambil menggoyang-goyangkan pundak Lisa berharap kesadarannya kembali.Lisa menatapnya tajam, bahunya mengeras menjadi bertenaga sehingga membuat Arra berhenti, lebih tepatnya tidak kuat men

  • REVEAL   56. Lisa

    Eleena berjalan santai di dalam perpustakaan kampusnya. Ada banyak buku yang harus ia cari untuk bahan tugasnya hari ini. Rafa belum terlihat, sepertinya ia belum datang.Eleena menghentikan langkahnya ketika ada seseorang di hadapannya. Tatapan mereka saling beradu. Tapi Eleena memutuskan kontak mata mereka karena merasa tidak enak.Terasa canggung dan membingungkan. Bagaimana Eleena bisa keluar dari situasi itu? Pikirnya. Rasen melangkah sedikit lebih dekat lalu berkata, "Hati-hati, jangan sendirian."Setelah mengatakan hal itu, Rasen segera pergi. Eleena diam mematung, dadanya terasa sesak. Suara Rasen yang sangat Eleena rindukan kini terdengar lagi berbicara padanya walaupun hanya beberapa kata.Tapi apa maksudnya? Pikir Eleena. Eleena segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Rafa. Tapi ia seketika teringat, ponselnya mati, tidak bisa menyala sejak kemarin malam. Eleena juga lupa untuk pergi memperbaikinya tadi sebelum datang ke kampus

  • REVEAL   55. Makan Malam Spesial

    Malam ini Eleena sedang asyik menonton televisi di hadapannya. Menonton acara sinetron dengan serius yang Eleena rasa kurang bermutu tapi tetap saja ia menontonnya. Eleena hanya sendirian malam ini, mamanya pergi berlibur bersama ibu-ibu kompleknya dan diperkirakan pulang besok siang.Sebuah nada dering terdengar nyaring di telinganya. Eleena segera melihat layar ponselnya, sebuah nomor yang tidak ia kenal terpampang jelas. Dahi Eleena mengkerut heran, siapa? Pikirnya. Eleena segera mengangkat panggilan tersebut karena penasaran.Sebuah suara seseorang terdengar di sebrang sambungan itu. Eleena segera beranjak melihat ke arah luar lewat jendela. Seseorang dengan celana dan jaket bertudung hitam berdiri di depan pagar rumahnya. Eleena segera mematikan sambungan telepon tersebut dan beranjak mengambil jaketnya lalu segera keluar rumahnya untuk menghampiri orang tersebut."Kak Hardi?" sapa Eleena setelah ia sampai di hadapannya. Orang itu berbalik dan tersenyum ke arahnya, "Hai, Len." Be

  • REVEAL   54. Mencoba Mencari Tahu

    Rasen selalu bermimpi buruk. Tidurnya selalu terasa tidak tenang. Entah apa yang salah, pikirnya. Jam dinding di kamarnya terdengar berdenting dengan jelas. Sepi rumahnya membuat jam itu terdengar. Wajar saja, kini sudah tengah malam. Hanya kesadaran Rasen saja yang masih terjaga malam itu.Rasen berbaring menatap langit-langit kamarnya. Beberapa hal terputar-putar dalam pikirannya. Beberapa mimpi yang ia alami selalu membuat Rasen merasa bersalah. Entah dalam hal apa, Rasen masih belum paham dan mengerti.Di balik itu, ada rasa rindu pada Eleena, gadis yang ia hindari tanpa alasan selama ini. Rasanya ia ingin bertemu dan menjalani hari-hari seperti dulu bersamanya. Namun, sosok yang katanya sahabatnya itu selalu berhasil menghasut Rasen. Rasen sendiri belum tau kebenarannya. Tapi sayangnya ia melangkah terlalu jauh untuk menghindari Eleena. Ia mulai berpikir apa mungkin ia salah. Seharusnya Rasen bisa berpikir jernih dan mencari tau dulu kebenarannya, entah kebenaran sosok hantu pe

  • REVEAL   53. T Love H

    Eleena mencoba memanggil gadis yang membelakanginya. Namun gadis itu tidak mau menoleh sama sekali. Eleena melihat pakaian gadis itu, terasa sangat familiar. Eleena mendengar gadis itu berkata, "Foto di dalam buku." Dahi Eleena mengkerut, ia bingung dengan maksud gadis itu. "Maksudnya?" tanya Eleena, gadis itu berbalik membuat mata Eleena melotot tidak percaya. "Cha ...," gumam Eleena bergetar saat melihat sahabatnya itu tersenyum lembut ke arahnya. "Foto seseorang di dalam buku tebal," ujar sahabatnya itu pelan. "Kenapa? Siapa? Maksudnya?" tanya Eleena tidak mengerti maksud dari perkataan sahabatnya itu. Cha sahabatnya itu tersenyum sangat manis, "Cari tau, nanti kamu bisa temuin jawabannya." Eleena yang ingin menghampiri sahabatnya itu pun terasa di tahan oleh sesuatu, sebuah tangan penuh luka sayat terlihat memeluk Eleena dari belakang. Langit yang tadinya terang dan cerah, kini berubah menjadi langit yang merah dan gelap. Eleena berusaha meminta tolong pada sahabatnya, namun

  • REVEAL   52. Kemarahan Rasen

    Setelah kejadian perundungan kemarin, Eleena benar-benar merasa trauma dan tidak mau pergi ke kampus untuk beberapa hari ke depan. Sangat tidak masuk akal bukan seseorang menjadi korban perundungan hanya karena rumor yang belum tentu kebenarannya?Mental dan fisik Eleena benar-benar diguncang hanya karena sebuah rumor yang kebenarannya pun masih harus dipertanyakan seharusnya. Ditambah laki-laki yang menurutnya sangat spesial tiba-tiba berubah sedikit demi sedikit yang Eleena sendiri tidak tau apa penyebabnya.Eleena berbaring di kasurnya sambil menatap sebuah foto yang ada di genggamannya. Air mata sudah mengalir di pipinya sedari tadi. "Apa gue nyusul lo aja ya, Cha?" gumam Eleena sangat pelan.Sebuah pergerakan terasa di kasurnya membuat Eleena melihat ke arah pergerakan tersebut. Kucingnya yang gendut, si Gembul, naik ke kasurnya lalu bersiap untuk tidur di sebelah kaki Eleena. Tidak mau mengganggu kucingnya itu, Eleena hanya menatapnya sambil te

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status