Rasen dan Rafa sedang asik bermain game mobile di taman depan kampusnya. Suasana di sana benar-benar sejuk, pohon-pohon pun terlihat rindang menghalangi sinar matahari yang ingin menyinari mereka secara langsung."Kalian gue cariin di kantin gak ada, ternyata lagi asik ngadem di sini," ujar Eleena yang tiba-tiba duduk di kursi kosong bersebrangan dengan Rasen. Rasen dan Rafa melirik sekilas ke arah Eleena lalu kembali fokus ke game yang mereka mainkan."Eh, Len, bentar ya gue lagi fokus ngegame dulu nih. Sen! Sen, lord nya itu dikit lagi sampah aja," cetus Rafa tanpa menatap Eleena di sebelahnya.Eleena cemberut dan memakan cemilan yang ia bawa tadi dari kantin. Ada satu notifikasi pesan masuk ke ponselnya.Laras :Eleena lo dimana? Gak makan bareng gue sama Bintang?Eleena:Sorry, gue udah makan. Lo makan aja sama Bintang, oke.Eleena mengembuskan napasnya. Sedikit bosan, ia lanjut melihat-lihat postingan teman-temannya di media sosial."Sorry, Len, nih kita udah selesai mainnya."Ele
Hari ini hari di mana Double R mengikuti lomba pada siang hari nanti. Untung saja Rasen hari ini hanya ada kelas pagi. Pagi ini Rasen, Rafa dan Eleena sedang berada di dalam kelas menunggu dosen masuk. "Tumben lo bawa gitar, Sen," ujar Rafa menghadap belakang ke arah Rasen, Rafa duduk di depan Rasen dan Eleena di sebelah kiri Rasen. Rasen mengangguk, "Iya, mau ikut lomba abis kelas selesai." "Hari ini? Lomba dimana? Gue boleh liat ga?" tanya Eleena terlihat excited mengetahui Rasen sepertinya jago bermain gitar. "Di kampus temen saya," balas Rasen. "Wah, gue nonton boleh gak nih? Mumpung hari ini kita cuma ada kelas pagi doang," cetus Rafa, sebenarnya ia hanya ingin menemani Eleena untuk menonton Rasen. "Boleh kayanya, nanti saya tanya temen saya dulu." "Yeay, lo pasti jago banget main gitarnya. Pokoknya gue mau liat, ya,
"Lo suka ya sama Rasen?" tanya Rizki saat sedang berjalan ke arah taman belakang, mereka hanya berjalan berdua saat ini.Eleena terkejut mendengar pertanyaan atau mungkin lebih tepat pernyataannya Rizki. Apa terlalu keliatan jelas ya kalau Eleena sangat tertarik dengan Rasen? Pikirnya."Keliatan jelas ya? Aduh malu banget gue," ucap Eleena dengan jujur.Rizki tertawa dengan kencang, "Serius lo suka sama Rasen? Cowok kaku kaya gitu lo suka?" tanya Rizki masih dengan tawanya yang renyah.Eleena mengangguk mengiyakan. "Gatau kenapa sih, pas pertama gue ketemu dia gue ngerasa kalau gue tertarik banget sama dia. Gue bener-bener berasa beruntung waktu tau kalau gue satu kampus sama dia." Eleena tersenyum ceria hanya dengan membayangkan bagaimana pertama kali ia dan Rasen bertemu."Ada dua kemungkinan yang bakal lo lakuin kalau lo tau rahasia Rasen," ungkap Rizki dengan santai."
"Baiklah, beri tepuk tangan untuk peserta dengan nomor urut ke dua! Keren banget 'kan penampilannya!" seru sang pembawa acara yang disambut dengan tepuk tangan para penonton. Eleena dan Rafa seketika mengalihkan perhatiannya ke atas panggung. Mereka tidak sadar kalau mereka melewati dua penampilan peserta lomba. "Nah, sekarang ayo kita panggil peserta nomor urut ke tiga! Double R! Ayo silahkan naik ke atas panggung!" seru pembawa acara dengan riangnya. "Aduh ganteng ya Dua R ini. Siapa nih namanya? Bukan Rizki Ridho 'kan?" Sang pembawa acara menyambut Rizki dan Rasen saat sudah di atas panggung dan menyodorkan mikrofon ke arah Rizki dan Rasen untuk sedikit berbincang dengan mereka. "Namanya siapa Kang?" tanya sang pembawa acara. "Rizki," jawab Rizki tersenyum. "Oh bener ini Rizki Ridho?" tanya si pembawa acara yang direspon dengan gelak tawa para penonton. Rizki hanya menggeleng menan
"Jadi kenapa lo ga balik bareng Rasen sama Rafa?" tanya Rizki langsung ke intinya, mereka sedang berada di parkiran sehabis mengantar Rafa dan Rasen sampai parkiran untuk pulang duluan. Eleena tidak jadi meminta Rafa untuk mendapatkan kontaknya Rizki karena Eleena ada kesempatan berbicara secara langsung kepadanya. "Gue masih penasaran sama rahasia Rasen yang lo maksud tadi." Rizki sedikit tidak enak, dia seharusnya tidak bilang apa-apa tadi. "Oh itu. Aduh gimana ya, Len, gue gak enak kalau ngomong. Mending lo tau sendiri dari Rasen langsung," ujar Rizki dengan jujur. "Ah lo gimana sih, 'kan gue jadi penasaran. Ngeselin banget lo." Eleena cemberut, kalau tau Rizki tidak akan memberi tahunya, Eleena tidak akan melewatkan kesempatan untuk pulang bersama Rasen lagi. "Waduh, jangan ngambek dong. Jujur nih ya, menurut gue, lo lebih baik tau langsung dari Rasen sendiri bukan dari orang lain," ungkap Rizki.
Di sisi lain, Eleena sedang memotret kucing gendut di hadapannya. Gembul sedang tertidur, Eleena memotretnya diam-diam karena bila kucingnya itu tau mungkin akan lari mencari tempat berlindung yang aman dari Eleena. Setelah dirasa cukup, Eleena duduk di sofa. Ia memilih foto mana yang paling bagus untuk ia jadikan wallpaper ponselnya. Eleena berniat menyombongkan foto kucingnya itu kepada Rasen besok. Ini adalah salah satu cara yang Eleena lakukan agar bisa akrab dengan Rasen. "Aduh, ini juga lucu sih, tapi yang ini perutnya juga keliatan banget gendutnya. Yang mana, ya? Kucing Rasen kaya gimana ya? Rasen suka kucing kaya gimana ya? Si Mbul juga lucu sih, tapi kalo lagi tidur gini jadi gak terlalu ke show up. Tapi kalau dia gak tidur, mana bisa difoto 'kan ya ...." Eleena berbicara sendiri seraya menatap layar ponselnya. "Si Rafa tau gak ya, kalau Rasen punya kucing? Apa gue tanya Rafa aja? Ah males ah
Jujur, Rasen saat ini merasa muak karena sedari tadi ia tiba-tiba mendengar suara bisikan-bisikan yang membuatnya kesal, jadi akhirnya Rasen memutuskan untuk pergi dan mengikuti bisikan itu. Membuat kedua temannya, Rafa dan Eleena bingung karena Rasen tiba-tiba meninggalkan mereka. Dengan perasaan kesalnya, saat ini Rasen berjalan ke arah tangga yang berada di ujung koridor. Tangga itu jarang digunakan untuk beraktivitas karena di kampus itu sudah menggunakan lift yang tentunya lebih efisien. Suasananya terasa sangat sepi, tapi Rasen terus melanjutkan jalannya karena ia mendengar suara bisikan-bisikan itu semakin jelas. Rasen sudah berada di lantai dua menuju lantai tiga, langkahnya terhenti ketika ia melihat ada sosok gadis berada di pertengahan anak tangga. Ia membelakangi Rasen, Rasen teringat kala melihat warna baju yang dikenakannya. Sebuah dress berwarna kuning cerah yang panjangnya dibawah lutut. Ia adal
Laras yang duduk di sebelah gadis yang berteriak itu pun mencoba menenangkannya. Tapi semua orang tau sepertinya gadis itu kerasukan."Lo kenapa? Woy! Sadar!" seru Laras seraya menggoyang-goyangkan lengan gadis itu.Gadis yang kerasukan itu bernama Ayu, ia mendorong Laras hingga membuat Laras kesakitan karena membentur kursi yang ia duduki.Semua orang di ruangan itu pun panik, tak terkecuali Rasen. Rasen melihat sosok gadis itu sedang dirasuki oleh hantu gadis rooftop yang selama ini mengikutinya. Tapi Rasen tidak melakukan apa-apa karena ia juga bingung apa yang harus dilakukannya."Tolooooong !!!" seru gadis yang kerasukan itu, entah gadis itu atau sosok yang di dalamnya yang berteriak.Beberapa laki-laki di sana mencoba untuk memegangi tangan gadis itu yang terlihat mulai hilang kendali. Ia berdiri dan menjatuhkan kursinya, melempar barang yang ada di depannya. Laras pun menep