"Rian Armando!" Rian yang sedang tertidur pulas di atas meja langsung terbangun dari tidurnya.
"Aduh sakit, Bu," ringis Rian saat Ibu Vina, selaku guru yang mengajar mata pelajaran Matematika menjewer telinga Rian.
"Berani-beraninya kamu tidur di jam pelajaran saya. Mana tugas kamu?" Wajah Ibu Vina terlihat garang menunjukkan kalau beliau kesal pada Rian.
"Ada Bu, tapi lepasin dulu kuping saya, Bu. Bisa-bisa kuping saya putus."
"Ya sudah cepat kasih tugas kamu." Rian membuka tasnya ketika Bu Vina sudah melepas jewerannya.
Rian mengambil buku tugasnya lalu memberikannya pada Bu Vina.
"Ini Bu tugasnya." Bu Vina menerima buku Rian lalu membukanya. Memeriksa hasil pekerjaan Rian.
Lalu ia kembali menatap Rian."Gimana Bu? Benar semua, kan?"
"Memang benar semua, tapi bukan kamu yang kerjain tugasnya, kan?"
Siapapun tahu kalau tugas Rian tidak dikerjakan sendiri olehnya. Karena Rian terkenal tidak pernah mengerjakan tugasn
Arka berjalan mendekati Raina yang sedang duduk termenung di depan kelasnya. Kebetulan karena masih pagi, sekolah masih sepi, hanya beberapa murid yang baru datang ke sekolah."Raina." Arka menepuk pundak Raina membuat cewek itu tersadar dari lamunannya."Eh, Arka. Kenapa?"Arka duduk di samping Raina. "Lo yang kenapa? Pagi-pagi udah ngelamun aja. Ada masalah lo?"Raina menggeleng. "Enggak. Cuma capek doang. Karena semalam gue begadang kerjain tugas Rian.""Kenapa lo mau aja disuruh-suruh sama dia? Lo itu pacarnya bukan pembantunya. Harusnya lo tegas sama dia. Jangan mentang-mentang lo ceweknya jadi dia bisa seenaknya sama lo.""Sebelumnya makasih ya udah belain gue. Tapi tugas gue sebagai ceweknya dia ya emang kayak gitu. Gue harus selalu ikutin apa yang dia suruh.""Itu sih bukan pacar namanya, tapi pembantu."Raina hanya tersenyum mendengar ucapan Arka.Ia tahu Arka kesal dengan Rian. Raina juga kesal dengan Rian,
"Woi!" Andi menepuk pundak Rian membuat cowok itu memberikan tatapan tajamnya."Buset. Biasa aja dong liatnya.""Kalau gak ada hal yang penting mendingan lo pergi," ucap Rian dengan tatapan lurus ke depan.Saat ini Rian dan Andi sedang berada di tepi lapangan. Karena sedang jam kosong, jadi Rian memilih keluar kelas dan bersantai sejenak."Lo gak minta maaf sama Raina?" tanya Andi."Ngapain minta maaf?""Lo kan udah numpahin kuah bakso ke tangannya. Lo jadi pacar yang perhatian dikit kek. Udah bikin pacarnya luka, gak obatin, gak minta maaf juga. Pacar macam apa lo?""Gue gak peduli. Lagian itu bukan salah gue." Rian bangkit dari duduknya."Jangan ikutin gue!" ucap Rian saat Andi hendak berdiri."Siapa yang mau ikutin lo? Gue mau ke kelas kok.""Awas aja kalau lo ikutin gue."Andi mengelus dadanya. "Sabar Di. Rian itu teman lo jadi lo harus sabar hadapin dia.""Untung gue yang jadi teman dia. K
Raina turun dari motor Rian saat mereka sudah sampai di sekolah. Pagi ini, mereka memang berangkat bersama. Rian yang datang ke rumah Raina untuk menjemput gadis itu. Tentu saja Raina merasa heran karena tidak biasanya Rian mau menjemputnya."Eh, mau ke mana lo?" tanya Rian saat Raina hendak pergi."Kelas.""Emang gue udah nyuruh lo pergi?""Emang gue harus nunggu lo suruh dulu baru gue pergi?""Iya lah." Rian melempar tasnya ke arah Raina yang langsung ditangkap oleh cewek itu."Apaan sih lo? Kenapa lo lempar tas lo ke gue?""Bawain tas gue ke kelas.""Tapi kan tas lo ringan-ringan aja. Kenapa gak lo bawa sendiri tasnya?""Kalau ada lo ngapain gue harus bawa tasnya?" Rian berjalan dahulu meninggalkan Raina."Ish. Dasar nyebelin!" Raina pun berlari kecil agar bisa menyusul cowok itu.Sesampainya di kelas, Rian melihat Wanda sedang duduk di bangkunya sembari tersenyum ke arahnya."Pagi Rian ganteng. C
"Yah, hujan." Raina yang baru saja keluar dari minimarket harus mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumah karena turun hujan. Ia pergi ke minimarket untuk membeli beberapa camilan. Tadi, Dian sudah menyuruhnya untuk membawa payung, tapi Raina menolak karena ia pikir langit hanya mendung dan tidak akan turun hujan. Ternyata dugaannya salah."Raina."Merasa namanya dipanggil, ia pun menoleh ke arah samping. "Eh, Arka."Ya, orang itu adalah Arka."Lo beli apa?" tanya Arka."Ini gue beli snack biar bisa nemenin waktu nonton film.""Gue beli minum dulu. Tungguin, ya, gue gak lama kok.""Oke."Tak butuh waktu lama, Arka sudah keluar dari minimarket."Nih, buat lo." Arka memberikan sebotol minuman pada Raina yang langsung diterima oleh cewek itu."Makasih.""Lo mau ke mana? Kok lewat sini?" tanya Raina. Karena yang ia tahu, rumah Arka bukan arah sini."Oh itu, gue lagi mau ke rumah teman gue. Kebetulan di
"Raina! Gawat," ucap Luna dengan wajah panik. Cewek itu baru saja tiba di kelas."Kenapa Lun?" tanya Raina."Rian.""Kenapa dia?""Dia lagi berantem sama adik kelas. Lo harus lerai dia.""Berantem lagi?" Raina geleng-geleng kepala. Tidak habis pikir dengan Rian. Setiap hari cowok itu selalu saja membuat keributan.Raina yang tidak mau ikut campur pun, terpaksa harus turun tangan. Agar Rian tidak memukul orang-orang secara berlebihan."Mereka berantem di mana?" tanya Raina."Di depan kelas X IPA 2.""Oke." Raina pun segera keluar dari kelas untuk menghampiri Rian.Setibanya di sana, Raina melihat kerumunan murid yang ada di depan kelas X IPA 2. Mereka tampak berteriak menyoraki nama Rian.Raina segera masuk ke dalam kerumunan tersebut. "Rian! Stop!" pekiknya.Rian menoleh pada Raina, namun hanya sejenak. Setelah itu ia kembali melayangkan pukulan pada adik kelasnya."Ayo Rian pukul aja."
"Eh, Non Raina. Mau ketemu Den Rian, ya?" ucap seorang wanita paruh baya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Rian.Raina memang kini sedang berada di rumah Rian. Ia datang ke sini karena disuruh Dian mengantarkan kue untuk Rian. Awalnya, Raina menolak karena ia sangat malas jika harus bertemu dengan Rian, namun karena Dian sudah terus memaksanya, mau tidak mau ia menuruti."Em, Rian ada gak Bi?" tanya Raina."Ada kok Non. Masuk aja ke dalam.""Gak usah deh. Aku mau nitip ini sama Bibi aja boleh, ya. Tolong kasih ke Rian." Raina memberikan kotak makan berisi kue pada asisten rumah tangga tersebut."Kalau gitu aku pulang dulu, ya, Bi."Saat Raina hendak pergi, tiba-tiba suara Rian menghentikan langkahnya."Ngapain lo ke sini?" tanya Rian.Raina membalikkan badannya lalu menatap Rian."Antarin kue dari nyokap gue. Terserah lo mau makan kuenya atau enggak. Itu udah bukan urusan gue lagi.""Eh, tunggu. G
Raina berjalan ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang kemarin dipinjamnya. Namun, saat di perjalanan, ia bertemu Wanda.Wanda segera mengadang jalannya."Minggir. Gue mau lewat." Wanda menggeleng."Guys," panggil Wanda pada kedua temannya yang sedari tadi berada di belakang Wanda. Mereka yang mengerti dengan panggilannya pun segera mendekati Raina lalu memegang kedua tangan Raina."Eh, lepasin! Kalian mau ngapain sih?" Raina mencoba memberontak agar mereka melepasnya, namun keduanya semakin memegang tangannya dengan erat."Bawa dia." Keduanya pun mengangguk lalu mengikuti Wanda sembari memegang Raina.Wanda menghentikan langkahnya tepat di depan toilet yang sudah tidak dipakai."Bawa dia ke dalam."Kedua teman Wanda membawa Raina ke dalam toilet tersebut."Kalian mau ngapain sih, hah?" tanya Raina yang sudah mulai curiga."Lo diam aja bisa gak?""Gue gak akan diam sebelum lo lepasin gue."Wand
Rian baru saja keluar dari kelasnya bersama Liam dan Andi."Eh, Raina. Tumben ke sini. Mau pulang bareng, Rian, ya?" tanya Andi melihat Raina yang kebetulan sedang berdiri di depan kelas mereka."Enggak. Cuma mau ngomong sama dia aja."Andi menyenggol lengan Rian. "Raina mau ngomong sama lo tuh. Buruan ajak ke cafe kek atau ke mana kek.""Bisa diam gak lo? Bacot mulu dari tadi.""Sorry."Rian beralih menatap Raina. "Mau ngomong apa? Buruan.""Bisa kita ngomongnya di tempat lain aja gak?"Rian berdecak. "Aneh-aneh aja sih. Ya udah ayo.""Yam, Di, gue duluan.""Hati-hati, Bro. Anak orang jangan lo apa-apain."Rian tidak peduli dengan ucapan Andi yang menggodanya. Ia terus berjalan membiarkan Raina mengejarnya.*****"Mau ngomong apa?" tanya Rian saat mereka sampai di sebuah taman yang tidak jauh dari sekolah.Raina memang meminta Rian untuk berhenti di taman. Ia ingin berbicara dengan Ria