“Ya ampun, Raina! Itu kenapa jidat lo?” Luna mendekati Raina hendak menyentuh kening Raina, tapi Raina menghindar.“Jatuh kemarin.”“Kok bisa?”“Didorong sama preman.”“Preman? Maksudnya?” Risa ikut bertanya.Kedua sahabatnya bingung dan juga kaget. Raina bisa memaklumi, karena ia memang tidak sempat menceritakan kejadian kemarin pada keduanya. Raina tidak mau mengganggu waktu keduanya. Jadi Raina memilih untuk menceritakan langsung.“Kemarin gue nolongin Sofhie yang digangguin preman. Terus premannya dorong gue. Jadi kayak gini, deh.” Raina menjelaskan secara singkat.“What? Nolongin Sofhie? Serius lo?” Luna mengembuskan napas sejenak lalu kembali melanjutkan ucapannya, “Gini ya, dia itu musuh lo. Tapi bisa-bisanya lo nolongin dia?”“Ya, gue kasihan sama dia. Lagian kita harus saling tolong-menolong, kan?”“Iya emang tapi lo mikir-mikir juga kali. Bisa aja dia sengaja nyewa preman-preman itu biar keliatan kalau dia digangguin, tapi ternyata cuma mau narik perhatian lo buat nolongin di
“Ngapain lo ke sini?” Rian bertanya dengan ekspresi tidak suka. Sama sekali tidak ada niatan untuk menyambut tamunya dengan ramah. Apalagi setelah tahu tamu yang datang adalah Sofhie.Setelah bertemu Raina tadi, “Gue ke sini mau ngomong sama lo. Sebentar aja.”“Lima menit. Habis itu lo udah harus pergi.”Sofhie mengangguk.“Mau ngomong apa?”Sofhie mengambil napas sejenak, lalu mulai berbicara, “Gue ke sini karena mau minta maaf sama lo. Gue nyesal udah ganggu hubungan lo sama Raina. Harusnya gue gak ngelakuin itu. Gue pikir dengan gue kembali lo bakal mau balik lagi sama gue. Ternyata gue salah.”“Soal preman-preman itu? Lo gak mau ngaku?” tanya Rian. Karena Rian masih curiga dengan Sofhie.Sofhie menggeleng. “Gue berterima kasih sama Raina karena dia udah mau nolongin gue. Tapi jujur gue sama sekali gak pernah nyuruh preman-preman itu. Kalau lo gak mau percaya silakan. Gue gak bakal maksa.”“Gue janji gak bakal ganggu hubungan lo sama Raina lagi. Gue bakal pergi jauh biar kalian gak
Raina baru saja keluar dari minimarket. Cewek itu disuruh mamanya untuk membeli bahan-bahan kue di minimarket. Setelah selesai, ia pun hendak menyeberang. Namun, karena terlalu fokus dengan ponselnya, ia malah tidak melihat sebuah mobil yang akan menabraknya."AWAS!"Raina terjatuh ke trotoar beserta belanjaannya karena seseorang mendorongnya."Lo bodoh apa gimana? Kalau nyebrang tuh liat jalan bukan liat hp!" ketus seorang cowok yang juga terjatuh ke trotoar.Raina tahu, cowok itu yang sudah menolongnya."Makasih udah nolongin gue. Dan, maaf karena udah ngerepotin lo," ujar Raina sembari menundukkan kepalanya. Cukup takut dengan cowok itu.Raina segera bangkit berdiri. Saat ia hendak pergi, cowok itu malah menahan lengannya."Mau ke mana lo?" tanya cowok itu."Mau pulang.""Urusan kita belum selesai.""Kan gue udah minta terima kasih tadi.""Kata terima kasih aja gak cukup."Raina menghe
"Kerjain PR gue. Jam tujuh lewat lima belas menit, lo udah harus antarin bukunya ke kelas gue," ucap Rian yang terdengar seperti perintah.Raina yang mendapat perintah seperti itu dari Rian langsung melotot tidak percaya. Apalagi, PR Rian tidaklah sedikit. Waktu yang diberikan cowok itu pun juga tidak banyak. Apa mungkin ia bisa menyelesaikan semua PR Rian dengan tepat waktu?"Tapi ini kan banyak banget, Yan. Gak mungkin gue bisa kerjain semuanya dalam waktu lima belas menit. Lagian, kenapa semalam lo gak antarin ke rumah gue aja? Kalau semalam lo antarin ke rumah gue, kan udah selesai PR nya.""Gak usah bacot. Gue gak mau tahu. Kalau sampai jam tujuh lewat lima belas menit lo belum ke kelas gue juga, jangan harap lo bakal lepas dari gue." Setelah mengancamnya, Rian langsung keluar dari kelas Raina."Dosa apa gue harus punya cowok gak waras kayak dia? Udah nakal, kasar, suka perintah lagi," gumam Raina."Sabar, ya, Rain. Mungkin Rian lagi tes lo aja," u
Raina mengernyit heran saat melihat tumpukan buku yang dibawa oleh Rian. Mereka kini sedang berada di rumah Rian. Sesuai perintah Rian, Raina mengikuti cowok itu untuk pergi ke rumahnya. Selama perjalanan tadi, Raina terus bertanya apa tujuan cowok itu membawanya ke rumahnya, namun Rian sama sekali tidak mau menjawab pertanyaannya membuat Raina kesal sendiri."Lo ngapain bawa buku banyak-banyak?" tanya Raina masih dengan wajah herannya."Catat materi yang ada di buku paket ke buku tulis gue.""Maksudnya lo nyuruh gue gitu?""Iya lah. Siapa lagi kalau bukan lo?" ketusnya."Tapi kan ini banyak banget, Yan. Kalau kayak gini bisa-bisa gue gak pulang ke rumah gue.""Itu bukan urusan gue. Sekarang lo harus catat semua materinya sampai selesai.""Gini aja deh, daripada gue catat di sini, mendingan gue pulang aja. Nanti biar gue catat di rumah. Kan lebih simpel.""Gak. Kalau lo catat di rumah lo, yang ada lo gak selesain catatannya. Ka
Pagi-pagi sekali, Raina sudah ditelepon oleh Rian. Cowok itu membangunkannya untuk menyuruh Raina membawakan bekal untuk cowok itu.Ingin sekali Raina menolak perintah Rian, namun ia sadar kalau ia menolak maka cowok itu akan semakin seenaknya memerintahnya."Raina. Tumben pagi-pagi kamu udah bangun. Mau ngapain?" tanya Dian.Riana yang sedang menyendok nasi menoleh pada mamanya lalu tersenyum."Ini Ma, aku mau masak nasi goreng.""Masak nasi goreng? Mau bawa bekal?""Iya Ma.""Ya udah sini biar Mama aja yang buatin.""Eh, gak usah, Ma. Biar aku aja.""Emang kamu bisa sendiri?""Dibisa-bisain, lah, Ma. Lagian, aku kan juga udah belajar dikit dari Mama."Dian tersenyum lalu mengusap lembut rambut putrinya. "Hebat anak Mama. Udah mulai bisa masak."Raina tersenyum lalu melanjutkan kegiatan mengiris bawang.*****Pukul tujuh tepat, Raina sudah sampai di sekolahnya. Dengan senyum yang
Raina, Luna, dan Risa berjalan memasuki kantin. Mereka memilih duduk di bangku yang kosong yang berada di pojok kanan kantin, tepatnya di samping meja Rian, Liam, dan Andi.Sebenarnya Raina tidak mau duduk di sana, mengingat ada Rian di sana. Ia tidak mau melihat wajah Rian. Jujur, ia masih kesal dengan cowok itu karena Rian sudah membuang nasi gorengnya ke tempat sampah. Bahkan cowok itu juga tidak meminta maaf padanya. Seolah ia tidak merasa bersalah."Lo berdua mau beli apa biar gue yang beliin," ucap Luna."Gue temenin lo aja deh," ujar Risa."Lo mau beli apa, Rain?" tanya Luna lagi."Gue mi goreng sama es teh." Raina menyerahkan uang sepuluh ribu pada Luna yang langsung diterima oleh cewek itu."Oke. Tunggu bentar, ya, Rain."Sembari menunggu kedua temannya membeli makanan, Raina memilih membuka ponselnya."Hai Rain," sapa Andi. Cowok itu duduk di hadapan Raina.Raina yang sibuk dengan ponselnya pun mengangkat wajahnya lalu
Rian menatap bingung Liam dan Andi yang berada di depan rumahnya. Kedua cowok itu datang tanpa memberitahunya terlebih dahulu. "Ngapain lo berdua ke sini?" tanya Rian. "Dia yang ngajak gue ke sini," ucap Liam menunjuk Andi. Andi yang diberikan tatapan datar oleh Rian langsung membuka mulutnya untuk menjelaskan. "Em, gue bosan di rumah makanya gue ke sini. Gue ngajak Liam biar lo bisa ijinin gue buat masuk. Kalau gue sendiri kan lo gak bakal mau gue masuk rumah lo," ucap Andi. "Gimana dia mau ijinin lo masuk kalau lo aja berisik mulu." Andi hanya cengengesan mendengar ucapan Liam. Memang benar, jika Andi datang sendiri ke rumah Rian, pasti cowok itu tidak akan mengizinkan Andi untuk masuk ke rumahnya. Karena jika Andi sudah masuk ke dalam rumahnya, maka Andi pasti akan berbuat aneh-aneh. Dan Rian tidak menyukainya.Kecuali jika Andi datang bersama Liam, barulah Rian akan mengizinkan Andi untuk masuk ke rumahnya. Karena Liam a