Share

PART 4

Raina, Luna, dan Risa berjalan memasuki kantin. Mereka memilih duduk di bangku yang kosong yang berada di pojok kanan kantin, tepatnya di samping meja Rian, Liam, dan Andi.

Sebenarnya Raina tidak mau duduk di sana, mengingat ada Rian di sana. Ia tidak mau melihat wajah Rian. Jujur, ia masih kesal dengan cowok itu karena Rian sudah membuang nasi gorengnya ke tempat sampah. Bahkan cowok itu juga tidak meminta maaf padanya. Seolah ia tidak merasa bersalah.

"Lo berdua mau beli apa biar gue yang beliin," ucap Luna.

"Gue temenin lo aja deh," ujar Risa.

"Lo mau beli apa, Rain?" tanya Luna lagi.

"Gue mi goreng sama es teh." Raina menyerahkan uang sepuluh ribu pada Luna yang langsung diterima oleh cewek itu.

"Oke. Tunggu bentar, ya, Rain."

Sembari menunggu kedua temannya membeli makanan, Raina memilih membuka ponselnya.

"Hai Rain," sapa Andi. Cowok itu duduk di hadapan Raina.

Raina yang sibuk dengan ponselnya pun mengangkat wajahnya lalu tersenyum ke arah Andi.

"Sendiri aja? Teman-teman lo mana?" tanya Andi.

"Ada. Mereka lagi beli makan."

"Oh gitu. Em, gimana kalau lo gabung aja sama kita."

"Hah? Ga... gabung sama Rian?"

"Iya lah. Biar lebih ramai. Lagian lo kan ceweknya Rian, lo gak mau gitu duduk bareng sama dia?"

"Enggak deh. Gue sama teman-teman gue aja. Gue gak mau jadi pusat perhatian."

Raina memang tidak begitu suka diperhatikan banyak orang. Menjadi pacar Rian saja sudah membuat Raina seperti artis di sekolahnya.

Banyak cewek yang mendekati Raina hanya untuk menanyakan bagaimana cara Raina memikat hati seorang Rian yang terkenal galak itu.

"Lo punya mata gak? Lo pikir gue apaan seenaknya lo nabrak gue." Suara Rian tampak memenuhi kantin.

Murid-murid yang awalnya sedang melahap makanannya, kini beralih menatap Rian dan seorang cowok yang tengah dimarahi oleh Rian.

"Woi, ngomong. Bisu lo?" Rian mendorong bahu cowok berkacamata itu.

"Sorry, gue gak sengaja," ucap cowok itu dengan kepala tertunduk. Cowok itu tampak ketakutan menghadapi Rian. Siapapun pasti akan takut jika berurusan dengan Rian.

"Lo pikir kata sorry aja bisa buat baju gue bersih kayak semula?"

"Te... terus gue harus ngelakuin apa?"

Rian mengambil alih es teh yang dipegang cowok itu, lalu ia menyiram minuman es teh tersebut ke wajah cowok itu.

Semua yang ada di kantin terkejut tak terkecuali Raina. Tidak menyangka Rian akan melakukan hal seperti itu, tapi tidak ada yang berani menegurnya. Mereka juga takut. Kalau mereka mencampuri urusan Rian, bisa-bisa mereka juga akan diperlakukan yang sama oleh Rian.

"Itu belum cukup. Nanti kalau soto ayam gue datang, gue bakal siram lagi ke baju lo biar kita impas."

Cowok itu semakin menundukkan kepalanya.

Raina yang berusaha untuk tidak mencampuri urusan Rian mendadak berdiri saat melihat Liam yang membawakan soto ayam untuk Rian.

Raina segera mengambil alih soto ayam yang dipegang Liam saat cowok itu ingin memberikannya pada Rian.

"Itu soto ayam gue. Balikin!" ucap Rian dingin.

"Gak! Gue bakal balikin kalau lo janji gak bakal siram soto ayam ini ke dia," ucap Raina.

Rian tertawa sinis. "Lo itu cuma pacar gue, lo gak berhak ikut campur urusan gue," ucap Rian.

"Gue emang gak berhak ikut campur urusan lo, tapi gue gak akan biarin orang kayak lo nindas orang lemah kayak dia. Dia itu gak sengaja tumpahin minumannya ke baju lo. Apa salahnya lo maafin dia aja? Lagian lo juga udah balas dia, kan? Apa belum cukup?"

"Mau jadi sok pahlawan? Oke. Kalau gitu lo aja yang gantiin dia." Raina melotot begitu mendengar ucapan Rian.

Apa Rian akan menyiram soto ayam itu ke Raina? Kalau sampai cowok itu melakukannya, Raina akan sangat membenci Rian.

"Gue suruh lo berhenti. Kenapa lo jadi mau siram gue? Emang salah gue apa?"

"Salah lo karena udah ikut campur masalah yang jelas-jelas bukan masalah lo."

"Rian udah. Lo gak usah cari masalah. Apa kata anak-anak kalau lo berantem sama Raina? Lo kan sama dia pacaran. Jaga sikap lo," bisik Liam tepat di telinga Rian.

Sebagai orang yang bisa mengendalikan Rian, ia harus menghentikan Rian.

Bagaimanapun, Rian tidak boleh bersikap tidak baik pada perempuan. Apalagi pacar cowok itu sendiri.

"Lo boleh pergi," ucap Rian pada cowok berkacamata itu.

Cowok itu kembali meminta maaf pada Rian lalu pergi dari sana.

"Lo duduk sama gue," ucap Rian pada Raina membuat cewek itu sedikit terkejut.

"Hah?"

"Perlu gue ulangi?"

"Enggak." Raina menurut lalu duduk di samping Rian.

Raina menaruh mangkuk berisi soto ayam yang sempat diambilnya dari tangan Liam di hadapan Rian.

"Selamat makan," ucap Raina sembari tersenyum.

Rian sendiri tidak membalas ucapan Raina. Cowok itu melahap soto ayamnya dalam diam.

"Loh, Rain, kok lo duduk sama Rian?" tanya Luna saat ia kembali dengan Risa membawa nampan berisi satu porsi mi goreng dan dua mangkuk bakso.

"Em, iya. Gue disuruh sama dia. Lo berdua duduk di meja yang tadi aja. Andi juga duduk di situ kok."

"Ya udah ini mie goreng sama es teh lo."

"Makasih, Lun, Sa."

Rian melirik mi goreng yang ada di hadapan Raina. Lalu tanpa meminta izin terlebih dahulu, cowok itu langsung mengambil seporsi mi goreng tersebut lalu melahapnya. Hal itu membuat Raina terkejut sekaligus kesal.

"Rian! Itu kan mi goreng punya gue. Kok lo makan sih?" Raina tidak terima.

"Sejak kapan punya lo? Emang ada bukti kalau ini punya lo?"

"Gak ada sih. Tapi kan itu punya gue. Gue yang nitip sama Luna buat beliin. Itu juga pakai uang gue."

"Gue gak peduli. Intinya gue mau makan mi goreng ini."

"Ya elah, Yan, kalau emang lo mau makan mi goreng, kenapa tadi lo nyuruh gue beli soto ayam?"

"Tadinya pengin makan soto ayam, tapi liat mi goreng gue jadi pengin."

Rian menatap Raina yang tampaknya masih tidak terima karena makanannya direbut begitu saja oleh Rian.

"Makan aja soto punya gue. Gue udah gak minat makan sotonya."

Raina mendengus. Ia sama sekali tidak berniat untuk menyantap soto ayam itu. Karena sekarang yang ia inginkan adalah mi goreng. Benar-benar menyebalkan.

*****

"Kak Rian," panggil seorang adik kelas perempuan.

Rian yang baru saja keluar dari kelas bersama Liam dan Andi pun menoleh pada cewek itu.

"Ini aku punya coklat buat Kak Rian." Cewek itu memberikan sebatang coklat yang berhiaskan pita berwarna merah muda di tengahnya.

"Gue pikir setelah lo udah jadian sama Raina fans cewek lo bakal hilang, padahal masih ada aja," kekeh Andi.

"Terima Yan, kasihan dia udah siapin buat lo," suruh Andi.

Rian menerima coklat tersebut membuat cewek itu tersenyum. Namun, senyumnya itu tidak bertahan lama, karena Rian membuang coklat itu ke lantai lalu menginjak-injaknya sampai hancur.

"Dengar ya, ini terakhir kalinya lo kasih gue coklat. Kalau lo kasih gue coklat lagi, gue pastiin lo bakal dijauhin sama teman-teman lo. Ngerti?"

Cewek itu menangis lalu pergi dari hadapan mereka.

"Yan, lo kenapa sih? Jangan gitu lah sama cewek. Kasihan dia," ucap Andi.

"Gak peduli."

"Rian!" Raina berlari kecil mendekati Rian yang menatapnya datar.

"Apa?"

"Kenapa sih lo tega banget sama adek kelas itu? Kalau lo terganggu sama dia ya lo ngomong baik-baik sama dia. Bukannya lo perlakuin dia kayak gitu."

"Gak usah ikut campur urusan gue!"

"Pokoknya kalau lo masih bersikap kasar sama orang-orang, gue bakal ikut campur, Yan. Gue gak akan biarin lo semena-mena sama orang lain."

Rian tersenyum miring. "Gak usah sok pahlawan. Semakin lo ikut campur, kebebasan lo semakin berkurang."

Rian melempar buku tulisnya yang langsung ditangkap oleh Raina.

"Kerjain tugas gue sampai selesai."

"Dasar manusia gak punya hati. Gue sumpahin lo cepat mati."

***************************

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status