Share

RUNAWAY FIANCEE
RUNAWAY FIANCEE
Penulis: Sweet Strawberry

RF1

Dua jam yang lalu.

"Gaun yang ini sangat cocok untukmu, sayang. Lihatlah, kau tampak seperti seorang putri." Tom berkata spontan sambil menatap gadis yang sedang mematut diri di depan cermin.

"Masa? Kau pikir begitu?" tanya Ruby manja. Matanya melirik Tom yang duduk di belakangnya. Jemari Ruby menelusuri bordiran pada leher dan dada yang dihiasi mutiara. "Tapi gaun ini sangat mahal. Terlampau mewah. Kita tidak punya uang untuk membelinya," imbuh gadis itu.

Tom tersenyum. Ia menoleh dan memanggil pramuniaga toko yang tadi melayani Ruby.

"Berapa harga gaun itu? Kami ingin membelinya," ujar Tom sambil menunjuk Ruby yang tampak masih mengagumi gaun yang ia pakai.

"Tom! Kita tidak punya uang untuk membelinya," protes Ruby. Ia berbalik dan melotot. "Nona, tolong bawakan gaun lain yang lebih sederhana," perintah Ruby pada pramuniaga yang masih berdiri di tempatnya. Lalu ia mengambil tas ransel berisi pakaian yang tadi ia kenakan sebelum menggantinya dengan gaun yang kini sedang ia pakai.

"Tidak! Katamu kau suka gaun itu. Ayolah, membeli gaun itu tidak akan menyebabkan kita miskin," seloroh Tom. "Nona, ambil ini." Tom menyodorkan sebuah kartu berwarna hitam pada pramuniaga tersebut.

  

Mata pramuniaga itu melebar. Bibirnya tersenyum penuh arti  begitu ia melihat  kartu yang disodorkan Tom padanya. Sambil mengangguk hormat, pramuniaga berpakaian merah biru itu meraih kartu Tom dan menggeseknya pada mesin yang ia bawa.

"Seribu limaratus dollar, Tuan. Terima kasih telah berbelanja di sini. Apakah gaun itu mau 

dikemas atau …," ujar pramuniaga itu sambil menatap canggung pada Ruby dan Tom bergantian. 

Tom menghela napas dan langsung bangkit dari duduknya. "Tidak, Nona. Biarkan kekasih saya langsung memakainya saja. Ia tampak sangat cantik, bukan?" Tom memandangi Ruby dengan sorot mata kagum, sementara gadis itu justru menatapnya dengan mata terbelalak lebar.

"Apa? Bagaimana kamu bisa membelinya, Tom? Berapa harga gaun ini tadi? Seribu lima ratus dollar? Ya ampun, Tom. Apakah kamu menguras semua tabunganmu hanya untuk gaun ini? Ini terlalu mahal, Tom." Ruby menatap Tom tak percaya, seolah ia baru saja melihat Tom berubah menjadi seekor dinosaurus. Gadis itu terlalu fokus menatap kedua mata Tom, hingga tidak menyadari Tom memiliki sebuah kartu hitam. Kartu yang dapat membeli segalanya.

"Apapun untukmu, sayang. Aku ingin semua orang tahu bahwa kau adalah kekasihku dan sebentar lagi akan menjadi tunanganku." 

"Tom …." Kalimat Ruby terhenti. Matanya berkaca-kaca. Ia tak menyangka Tom akan seromantis dan seloyal itu. Membelikannya gaun mahal hanya untuk acara yang akan berlangsung sebentar saja. Pertunangan mereka. Padahal seperti kesepakatan mereka sebelumnya, acara itu pun hanya akan dihadiri oleh kerabat terdekat saja. Hanya sebuah pesta kecil, sesuai kemampuan Tom yang katanya hanya karyawan biasa di sebuah perusahaan penerbitan.

"Tapi?"

"Sudahlah. Jangan terlalu memikirkan uang, Ruby. Lagipula, sesekali menghabiskan uang untuk orang yang kita sayangi bukanlah hal yang buruk. Bukan begitu, Nona?" Tom menoleh. Mengalihkan pandang. Meminta persetujuan pada gadis pramuniaga yang melayani mereka.

"Ah, ya. Tentu saja, Pak," sahut pramuniaga itu dengan wajah berseri-seri. Mendapat konsumen yang royal adalah suatu keberuntungan baginya. Maka, buru-buru ia menawarkan produk lain yang dijual di toko itu. 

"Apakah ada lagi yang ingin Anda cari, Pak? Bagaimana dengan sepasang sepatu yang cocok dengan gaun itu?" tawar si pramuniaga sambil menunjuk ke deretan rak sepatu yang terletak tidak jauh dari tempat mereka berada.

"Sepatu?" Tom mengeryit. Dipandanginya alas kaki yang dikenakan Ruby. Kepalanya miring ke kiri dan kanan, lalu menoleh ke deretan rak sepatu yang ditunjuk pramuniaga tadi. 

Hmm, sepasang sepatu sneakers memang tampak kurang cocok untuk gaun mewah yang sedang dikenakan Ruby, pikir Tom.

Ruby mengikuti arah pandangan Tom. Dibandingkannya sepatu sneakers yang ia pakai dengan gaun yang melekat di tubuhnya. Memang kurang cocok. Gaun ini terlalu mewah untuk sepatu yang kupakai, pikir Ruby. 

"Apakah kau juga akan membelikanku sepatu baru, Tom?" ujarnya sambil mengangkat wajah dan memandangi Tom dengan mata berbinar. Ya, meskipun tadi dia menolak Tom membelikan gaun dengan harga yang cukup mahal. Tapi memakai gaun mewah dengan sepatu sneakers di kakinya akan terlihat sangat aneh juga.

Meskipun bagi Ruby, lebih baik berhemat dan menabung untuk masa depan mereka daripada menghamburkkan uang hanya untuk sebuah gaun dan sepasang sepatu, tetapi ia teringat perkataan Tom bahwa mereka akan bertemu dengan para kerabat. Ruby tidak ingin membuat malu Tom dan keluarganya. Meskipun, pada awalnya, ia sangat menyukai gaun yang sedang ia coba dan tak terbersit sekalipun dibenaknya untuk memilikinya. 

Bagi Ruby, membeli barang mahal harus sesuai dengan seberapa bermanfaat dan selama apa barang itu akan digunakan. Sedangkan membeli gaun yang mungkin hanya akan digunakan beberapa kali saja adalah bentuk dari pemborosan, tak selaras dengan prinsip hidup sederhana bagi dirinya yang besar di sebuah panti asuhan. Tetapi bagaimana bila nanti penampilannya tampak begitu norak dan keluarga serta kerabat Tom malu karenanya? Ruby bimbang. Di satu sisi ia tidak mau menerima resiko itu. Sementara di sisi lain, dia juga tidak mau Tom menghamburkan uang terlalu banyak hanya untuk acara sehari itu. Sementara itu, Tom justru memikirkan hal lainnya.

"Sudahlah, Ruby. Jangan terlalu mendramatisir. Seharusnya kau senang dengan tindakanku. Sebagaimana wanita lain akan senang bila dibelikan barang yang menurutmu mahal seperti ini. Bukankah semua wanita seperti itu? Senang dibelikan barang mahal?" ujar Tom ringan. Tak menyadari ucapannya itu menggores hati Ruby. "Lagipula, kita akan bertemu banyak orang. Apa yang melekat di badan kita, akan menentukan seberapa tinggi status sosial kita. Belilah sepatu baru yang cocok untuk gaun itu. Itu akan membuatmu berkelas dan elegan."

"Apakah itu penting untukmu?" tanya Ruby tak suka. Nada suaranya mulai berubah ketus. "Apakah kau pikir aku sama seperti wanita lain yang sangat memuja uang dan status sosial? Bagaimana bisa kau mengatakan seolah aku perempuan materialistis? Kita sudah kenal lama, bukan? Bagaimana kamu bisa berpikir bahwa aku menilai hubungan kita dengan uang?" Emosi Ruby meninggi. Perkataan Tom membuatnya tersinggung.

"Aku tidak bermaksud begitu. Percayalah. Aku hanya berpikir, aku ingin kamu terlihat cantik dan menawan dan kita tampak serasi …."

"Jadi kalau aku kumal atau  memakai baju murah, kita tidak serasi? Kalau aku hanya memakai jeans belel dan kaos murahan, kita tidak serasi?" desak Ruby. Semakin tersinggung. Gadis itu meremas kedua telapak tangan. Matanya berair. Ia tidak menyangka Tom akan menilainya serendah itu.

Tom menarik napas dalam. Berusaha mendinginkan kepala yang terasa mulai panas.

"Ayolah, sayang. Hari ini hari pertunangan kita. Maafkan aku bila aku berkata kasar padamu. Ayo kita berangkat." Tom mendekat. Ingin memeluk Ruby yang nampak begitu gusar.

Ruby mundur setapak. Satu tangannya terjulur dengan telapak tangan menghadap Tom. "Jangan sentuh aku!"

Tom mengangkat kedua tangannya ke atas. "Oke. Oke. Tapi, tolong bersikap baiklah. Kita akan bertemu banyak orang. Keluargaku. Temanku. Teman kita. Jangan marah seperti ini. Jangan merusak hari ini ya. Tolonglah," ujar Tom memelas. Kedua tangannya menangkup di depan dada.

Ruby menunduk lalu menarik napas panjang. "Tolong jangan rendahkan aku, Tom. Aku juga punya harga diri. Jangan samakan aku dengan wanita matre yang kau kenal," ujar Ruby lirih. Ditatapnya Tom dengan mata yang basah.

Tom tidak langsung menjawab ucapan Ruby. Dia hanya mengangguk dan tersenyum kecut. Tak mau orang di sekitar mereka menyadari perselisihan antara dirinya dan Ruby. 

Tidak lama kemudian seorang wanita yang baru saja memasuki toko memanggil Tom.

"Tom Smith, bukan?" tanya wanita itu sambil tersenyum.

Tom mengangguk. Membalas senyum wanita tersebut.

"Siapa dia? Apa kau kenal dia?" Ruby berbalik saat ia akan membuka pintu toko. Keningnya berkerut mendengar bagaimana wanita tadi memanggil nama Tom seolah dia dan Tom sudah lama kenal. Apakah dia teman kerja Tom? Pikir Ruby.

"Ah, tidak. Bukan siapa-siapa. Aku tidak kenal dia."

"Tapi mengapa dia tahu namamu?" Kedua alis Ruby bertaut.

Tom tak menjawab, hanya mengangkat kedua bahunya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status