Share

BAB 7 Negosiasi

Author: Atik Poery
last update Huling Na-update: 2025-07-17 04:53:19

Jonas dibuat hampir frustasi dengan syarat-syarat yang diajukan Alesha. Semuanya ia keberatan.

Syarat pertama yang dikatakan Alesha sudah membuatnya tak berdaya. "Tidur di kamar berbeda", sungguh itu hal yang sangat tidak ingin Jonas penuhi.

Bukan ingin berniat macam-macam dengan istrinya saat tidur, namun Jonas ingin orang terakhir yang ia pandang sebelum dan sesudah bangun tidur adalah Alesha.

"Ale, syarat kedua, ketiga, keempat dan kelima yang kamu minta masih bisa aku kabulkan. Tapi yang pertama...?"

"Emang kenapa dengan syarat yang pertama?" protes Alesha memotong.

Jonas mengusap kasar wajahnya. Tampak frustasi. Susah menjelaskan dengan kata-kata.

"Enggak bisa penuhi syarat yang pertama, ya udah enggak usah ada aturan menikah kontrak. Kita cerai saja!"

"No!"

"Ya tapi syarat pertama saja kamu enggak mau!" Alesha merengut sebal.

"Bukan enggak mau, Ale. Tapi di rumah aku banyak ART, kalau mereka tahu kita tidur di kamar berbeda, nanti mereka bisa laporan sama orang tua kita, atau ke oma-opa ... bisa kacau!"

"Huh, tinggal kamu ancam saja mereka biar enggak cerita atau lapor ke siapa-siapa. Kamu bos-nya, kalau mereka enggak nurut, tinggal pecat, beres!"

Jonas kehabisan akal harus memberi alasan apa lagi. Menggunakan keberadaan para pekerja, sama sekali tak memberi hasil yang sesuai. Beruntung ide lain muncul dengan cepat.

Jonas menggeser duduknya, mendekati Alesha.

"Aku khawatir kalau oma atau mami tiba-tiba datang ke rumah, lalu mereka lihat kita tidur di kamar terpisah, pasti akan menimbulkan kecurigaan mereka. Bukannya kita tadi sudah sepakat kalau rencana menikah kontrak ini rahasia kita berdua saja?"

Alesha menatap curiga pada Jonas. "Jangan bilang, ini cuma akal-akalan kamu aja. Kalau iya, awas aja--"

"Enggak kok!" Tuduhan Alesha harus segera dibantah, kalau tak ingin ketahuan.

"Em kita tidur di kamar yang sama, aku janji enggak akan macam-macam sama kamu. Em kamar aku besar, hampir dua kali lipat dari kamar tamu, aku bisa tidur di sofa dan kamu tidur di ranjang tidur. Bagaimana?"

Alesha berpikir sejenak, "oke, aku mau! Tapi awas kalau bohong!"

Jonas mengangguk setuju. Senyumnya merekah sempurna.

Ia bantu memindahkan koper Alesha ke kamarnya yang ada di lantai atas.

Alesha takjub dengan ruangan pribadi Jonas. Besar dengan nuansa warna biru muda yang menyegarkan mata. Salah satu warna kesukaannya.

Pemandangan dari balkon ruangan tersebut langsung menghadap ke hamparan tanaman bunga lily.

"Ah, aku kayaknya suka tempat ini!" Alesha menggumam sendiri.

"Ale, koper kamu aku letakkan di walk in closet ya?" Kemunculan tiba-tiba Jonas mengejutkan Alesha yang sedang menikmati pemandangan.

"Jantung aku bisa lepas kalau sering kamu bikin kaget!"

Jonas terkekeh sendiri. "Kenapa hobi sekali melamun?"

"Suka-suka aku lah!" Alesha membalikkan tubuhnya, kembali menghadap ke taman.

"Gimana menurut kamu taman bunga itu? Bagus enggak?" Jonas sudah berdiri di samping Alesha dan ikut melayangkan pandangan ke bawah balkon.

"Biasa saja. Seperti di taman bunga pada umumnya."

"Ah begitu ya? Oke, nanti aku bilang tukang kebun untuk mengganti bunganya!"

"Kenapa harus diganti?" Alesha melotot tak terima.

"Bukannya kamu bilang, tanaman-tanaman ini biasa saja? Kalau diganti mawar atau bunga lain mungkin akan lebih bagus."

"Enggak! Enggak ada yang lebih bagus dari bunga lily! Awas saja kalau kamu berani ganti!" Alesha melenggang pergi begitu saja keluar kamar.

Jonas tersenyum puas. "Aku akan buat kamu nyaman di rumah ini, Ale. Sampai kamu enggan meninggalkan rumah ini dan aku. Alesha Wicaksana hanya milik Jonas Pramudya!"

***

Alesha membaringkan tubuhnya di ranjang tidur Jonas yang nyaman dan besar, seraya memainkan ponselnya.

Pandangannya sempat teralih sebentar, saat pintu terbuka dari luar dan masuklah si pemilik ruangan.

"Ale, besok malam ada undangan makan malam di rumah mami."

"Hm!"

"Buat memperkenalkan kamu ke keluarga besar aku sekaligus menyambut kepulangan Kiara."

Mendengar nama Kiara, tangan Alesha yang sedang menggulir layar ponselnya terhenti, Alesha menghela napas kasar. "Aku enggak ikut!"

Jonas menoleh heran ke arah istrinya. "Kenapa?"

Alesha mengedikkan bahunya ringan. "Malas saja. Lagian, kita menikah juga cuma kontrak satu tahun, kayaknya enggak perlu aku kenal semua keluarga besar kamu."

Jonas menggeram tertahan dan Alesha sama sekali tak peduli. Ia dengan santai meletakkan ponselnya di atas nakas kemudian menata badannya untuk posisi tidur yang nyaman.

Tak ingin ribut, Jonas pun ikut berbaring di sofa panjang yang berhadapan langsung dengan Alesha yang membelakanginya. Bisa sedikit meredam emosinya yang terpantik karena penolakan Alesha.

"Aku enggak akan bisa marah sama kamu, Ale," ucap Jonas sangat pelan agar Alesha tak mendengarnya.

Pria itu bergerak bangun, ketika melihat Alesha membalikkan tubuhnya dengan mata sudah terpejam rapat. Yang artinya gadis cantik itu sudah tidur.

Jonas mendekat dan berdiri tepat di depan Alesha. Tubuhnya membungkuk kemudian melesatkan satu ciuman di pipi istrinya. "Selamat tidur, Sayangku ... mulai sekarang, akan aku pastikan kamu selalu dikelilingi kebahagiaan!"

Pagi harinya Alesha terbangun dengan tubuh yang sangat segar. "Huh tumben banget mimpi buruk itu enggak datang lagi? Syukur deh!"

Alesha sudah menurunkan kedua kakinya dari ranjang, sudah akan beranjak pergi. Namun dibatalkan dan ia menoleh ke belakangnya. "Ya ampun, pantesan enggak mimpi buruk, orang penjahatnya yang ngejar-ngejar aku di mimpi lagi tidur." Alesha terkekeh sendiri, kemudian beranjak bangkit.

Alesha sedang kebingungan mencari sesuatu di dapur saat Jonas tiba-tiba datang dan berdiri di sampingnya. "Cari apa?"

"Pisau. Aku mau masak tapi dari tadi aku cari pisau buat motong-motong kok enggak ada ya?"

"Jangan cari pisau lagi, enggak akan ada pisau di sini!"

Alesha menghentikan pergerakannya lalu menatap heran pada Jonas. "Hah, kenapa?"

"Karena bisa kamu buat senjata untuk mengancam aku seperti kemarin."

"Ck ya ampun, itu kan--"

"Udah tinggalkan sayuran dan daging-daging ini, sekarang ikut aku saja!" Jonas sudah meraih tangan Alesha, namun gadis itu menahannya.

"Kemana?"

"Ke rumah mami."

Alesha berdecak sebal. "Kan aku enggak mau!"

"Kita diundang sarapan di sana, Ale. Acara nanti malam dibatalkan karena kamu enggak mau datang. Lagi pun, aku udah penuhi kelima syarat dari kamu di perjanjian kita."

"Ck aku aja belum lihat surat kontraknya. Bisa aja kamu bohong!"

"Sedang dibuat. Nanti siang baru diantar ke kita. Udah, ayo!" Jonas menarik lembut Alesha.

"Eh aku mau ganti baju!"

"Enggak perlu. Kita cuma mau makan bareng orang tua aku. Ayo!"

Alesha menurut saja dengan kata-kata Jonas. Ia tetap mengenakan celana pendek selutut dengan kaos oblong kesukaannya yang sudah dipakainya sejak tadi.

Kedatangan Jonas bersamaan dengan kedatangan dua orang perempuan. Yang satu berusia sekitar 50 tahunan yang satunya masih seumur Alesha.

"Oh jadi ini istri kamu, Jo?" Wanita paruh baya itu memandang Alesha dari atas ke bawah seolah sedang menilai Alesha.

"Iya, Tante ... ini Alesha."

"Enggak ada seujung kukunya Shabrina!" cibir perempuan satunya.

"Iyalah, jauh sekali! Beda kelas. Shabrina itu sempurna. Dia cantik, kaya raya, modis, tidak seperti dia, seperti gem-bel!"

Alih-alih tersinggung, Alesha tak menanggapi julid-nya dua manusia berbeda generasi tersebut.

"Jaga mulut kalian!" Jonas menggeram tertahan.

"Tante cuma mengeluarkan unek-unek.""

"Saya tidak butuh pendapat kalian! Pergi sekarang atau saya suruh penjaga untuk menyeret kalian keluar dari rumah saya!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia Cinta Tuan Jonas    BAB 48 Ada Gila-gilanya!

    Tidak menjawab pertanyaan Alesha, orang di hadapannya ini melenggang masuk begitu saja ke dalam rumah. Membuat Alesha berdecak kesal karena ini. "Mau apa lagi ke sini? Katanya enggak mau pulang? Pergi saja sana!" tanya Alesha kesal sekali. "Jonas, berhenti kamu!" teriak Alesha tak terima karena pria yang memang Jonas ini kembali mengabaikan dirinya. Tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Jonas membalikkan badan, berhadapan langsung dengan Alesha. Tak ingin tampak lemah, Alesha menunjukkan ekspresi wajah garang, kedua tangannya berkacak di pinggang. Aura menantangnya kuat sekali. Namun yang terjadi di luar dugaan, Jonas yang beberapa waktu lalu masih cuek dengan raut wajah datarnya, tiba-tiba mengulurkan tangan dan mengusap lembut bagian bawah mata Alesha yang membengkak karena terlalu lama menangis. "Aku suruh kamu pulang ke rumah, bukan pergi ke taman dan menangis sampai mata bengkak, Ale...." Bibir Alesha mengerucut sebal. "Kamu pikir siapa yang bikin aku seperti

  • Rahasia Cinta Tuan Jonas    BAB 47 Jadi Salah Paham

    Tak ingin menanggapi, Alesha memundurkan trolinya agar bisa sedikit berbelok melewati dua orang di depannya yang sangat dekat dengannya itu. Namun usahanya tak berhasil. Troli belanja yang seharusnya berjalan mulus, tiba-tiba ditahan salah satu tangan dari salah seorang di depannya. "Mau apa kalian?" Akhirnya Alesha buka suara dengan menanyakan tujuan dua orang itu menghambat langkahnya. Kedua orang itu saling pandang kemudian tertawa sinis. "Mau apa? Ya jelas kita mau gangguin lo lah, Cewek Kampung!" Alesha emosi namun ditahannya sebisa mungkin. Kedua tangannya yang berada di pegangan troli terkepal kuat. "Susah move on kayaknya dia dari aku, Va?" Salah satunya seorang pria ini berujar sangat percaya diri. Mendengarnya, Alesha ingin sekali tertawa. Percaya diri orang di hadapannya yang adalah mantan kekasihnya itu sungguh menggelikan. Membayangkan mantan pacarnya itu bertemu dengan sosok Jonas, apa tidak insecure? Jonas jauh lebih tampan, lebih baik, berwibawa dan keka

  • Rahasia Cinta Tuan Jonas    BAB 46 Perhatian Kecil Alesha

    Alesha sudah berganti pakaian. Ia baru saja membersihkan diri di kamar mandi yang ada di kamarnya. "Ehh Jonas belum selesai?" tanya Alesha pada diri sendiri. Saat kembali ke ruang keluarga, memang tak nampak suaminya. Dan kamar mandi yang sedang digunakan Jonas tadi masih tertutup rapat dan terdengar suara gemericik air. Alesha memutuskan menunggu di sofa panjang tadi yang ia dan Jonas gunakan untuk bercumbu. Alesha merinding sendiri jika ingat kegiatan panasnya dengan sang suami tadi. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Malu! "Ish ya ampun, bisa-bisanya! Sentuhan Jonas mematikan!" ucapnya sangat pelan, takut Jonas tiba-tiba keluar dan mendengarnya. Bisa tambah malu. "Huh tapi enggak apa-apa kan? Orang suami sendiri ini, bukan suami orang!" katanya kemudian. Kedua tangannya menangkup wajahnya sendiri. Sesekali mengusapnya kasar. Jujur masih malu, tak sangka ia akhirnya menikmati sentuhan Jonas di bagian sensitifnya. Setelah hampir satu minggu menikah. Kejadian de

  • Rahasia Cinta Tuan Jonas    BAB 45 Hampir Saja!

    Sengaja Jonas tak mau langsung menjawab pertanyaan Alesha. Padahal gadis itu sudah sangat penasaran. "Tunggu besok malam ya, Sayang...." Alesha berdecak sebal. Kalimat ini sudah berulang kali Jonas katakan. "Huh enggak suka aku kalau dibikin penasaran seperti ini!" Jonas tersenyum senang. "Sabar--" "Huh sabar-sabar! Udahlah malas aku sama kamu!" Alesha mencebik protes lalu bangkit berdiri dari tempatnya. Hendak meninggalkan Jonas. "Udah lepas! Aku mau masak! Lapar!" ketus Alesha pada Jonas yang menahan pergelangan tangannya. "Makan aku--" "Jonas, jangan mulai lagi!" potong Alesha dengan tatapan galaknya. Alih-alih takut, Jonas justru tergelak puas. Gemas melihat Alesha melotot lucu seperti itu. Saat di dekat Alesha, kegiatan favoritnya memang menggoda gadis itu. Apalagi jika sudah melihat istrinya mengomel lalu salah tingkah, itu berkah tersendiri untuk kebahagiaan Jonas. Jonas mengekori Alesha yang berjalan ke arah dapur. Rasanya tak bisa melepas wanitanya barang

  • Rahasia Cinta Tuan Jonas    BAB 44 Pemindahan Aset Berharga

    "J-Jonas, ini apa?" tanya Alesha terlihat syok setelah membuka semua berkas dan segera mengembalikannya pada Jonas setelah tahu isi di dalamnya. "Itu buat kamu, Ale. Surat-surat pemindahan aset atas nama kamu!" terang Jonas menjawab kebingungan istrinya. Dan penjelasan Jonas semakin membuat Alesha ternganga. "Hah? Buat aku? Tapi i-ni...?" Jonas tersenyum, tangannya meraih tangan Alesha untuk digenggam. "Semua ini milik kamu, Sayang. Kalau suatu saat aku mengecewakan kamu, kamu bisa tinggalkan aku dan hidup dengan lebih bahagia dengan semua ini." Bibir Alesha berdecak tak suka. Kedua matanya menatap tajam ke arah suaminya. "Aku enggak butuh harta kamu ini! Aku cuma butuh kamu setia dan jangan menyakiti aku. Itu sudah cukup!" Jonas membawa genggaman tangannya dengan tangan Alesha hingga depan wajahnya. Ditempelkan punggung tangan Alesha di pipinya. "Aku akan selalu setia sama kamu, Sayang. Aku juga tidak terpikir untuk menyakiti kamu, cuma sebagai manusia aku takut khilaf dan

  • Rahasia Cinta Tuan Jonas    BAB 43 Apa Ini?

    Jika biasanya Alesha yang sering marah-marah dan merajuk, sekarang berganti Jonas. Pria itu sebal sekali karena Alesha yang terus menerus menolak ajakan bulan madunya. Dan Alesha yang menyadari kesalahannya, berusaha membujuk pria-nya yang "ngambek" itu. "Udah sih ngambeknya?" Alesha menarik-narik lengan kemeja Jonas yang sudah dilipat hingga siku. Persis seperti anak kecil yang sedang minta dibelikan mainan. Jonas enggan menyahut, pura-pura fokus mengemudi. "Jonas... bulan madunya kan--" "Jangan dibahas kalau jawabannya masih tetap sama!" potong Jonas ketus. "Ya kan aku belum siap. Percuma dong jauh-jauh ke sana kalau kita belum bisa em--begituan." Tangan Alesha bergerak lucu mempraktekkan sesuatu. Kata "begituan" yang diucapkan dan gerakan tangan Alesha sebenarnya sudah membuat Jonas geli dan hampir saja tawanya lepas, namun masih gengsi. Maka, ia tahan tawanya sebisa mungkin. "Aku enggak minta di sana nanti kita langsung 'begituan', aku cuma mau pergi berdua sama ka

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status