Share

Rahasia Cinta
Rahasia Cinta
Penulis: ayu andiyani

Kutemukan Anakku di Klinik Ilegal

Indira memacu mobilnya secepat kilat. Dia terus menginjak pedal gas tanpa ampun. Wajahnya merah padam mengingat semua kejadian seminggu belakangan. 

"Perempuan j*l*ng! Kurang ajar!" Indira mengumpat sambil memukul-mukul kemudi. 

Air matanya mengalir deras membuat pandangannya kabur. Namun, segera diusapnya. Dia mencoba tegar dan terus berusaha mengenyahkan sakit hati yang begitu menusuk di dada.

"Tega kamu, Mas! Apa maumu? Aku sudah memberikan hidupku dan ini balasanmu?! Bi*dab!" Indira terus saja berteriak kesetanan, dia benar-benar ingin melampiaskan semua rasa kesal itu.

Hatinya begitu hancur, ketika mengetahui kebusukan Hendra, suaminya. Lelaki yang sudah hidup bersamanya selama dua puluh tahun itu, kedapatan berselingkuh dengan gadis SMA. Tidak sampai itu saja, ternyata hubungan keduanya sudah jauh, sudah keterlaluan, sudah sampai di ranjang. Parahnya, gadis itu minta pertanggung jawaban atas janin yang terlanjur tumbuh subur di rahimnya. 

Memalukan.

Menyakitkan.

Menghancurkan semua usaha Indira Ningrum yang mati-matian membangun image baik tentang keluarganya dengan Hendra. 

Ternyata, kebaikan dan kelembutan Hendra hanyalah tameng tebal yang digunakan untuk menutupi kebusukannya. Di rumah dia adalah imam yang baik dan sabar. Dia terlihat lembut terhadap Indira. Pria itu juga sangat menyayangi putri semata wayang mereka yang kini sudah beranjak dewasa. Bahkan, umur anak yang dihamili Hendra tak jauh dari putri mereka, hanya selisih dua tahun.

Indira tak habis pikir. Bagaimana lelaki bersahaja itu bisa menjalin hubungan sejauh itu dengan gadis yang lebih pantas jadi putrinya sendiri. Indira benar-benar tak bisa menerimanya. Dia syok dan kalut.

Inginnya dia membelokkan mobil menuju pengadilan. Menggugat cerai Hendra saat ini juga, tetapi bagaimana bisa dia melihat kehancuran keluarga ini. Mau ditaruh di mana mukanya sebagai istri dan wanita karir. Bagaimana cibiran orang lain bila mengetahui berita ini. Pun nasib Alea, anaknya,  juga pasti akan berantakan. Putri semata wayangnya itu tak boleh tahu, dia harus hidup dengan nyaman dan tentram.

Indira akhirnya memutuskan mengajak gadis itu bertemu di sebuah klinik kandungan ilegal. Dia terlebih dahulu membuat janji lewat telepon sambil memberi tahu kondisi gadis hamil yang kini sedang menunggunya di sana. Ini semua harus cepat selesai dalam waktu singkat. Indira sudah menyiapkan semuanya termasuk uang dengan jumlah fantastis yang dia jamin tak bisa ditolak oleh gadis itu.

Dua milyar. Harga yang akan Indira bayar untuk menutup kasus ini. Hendra tak tahu menahu keputusan yang dibuat istrinya dan gadis kemarin sore itu. Dia hanya tahu, pacar gelapnya ingin pulang kampung dan berhenti sekolah. Indira sadar, Hendra tak ingin bertanggung jawab. Dia yakin, Hendra sudah menunjukkan sifat lainnya. Sifat predator yang hanya mementingkan nafsu belaka tanpa mau tahu konsekuensinya seperti apa. Seburuk apa.

***

Indira berbelok ke sebuah bangunan putih di jalan yang cukup sepi. Perlahan dia memakirkan mobil di samping mobil lain yang terlihat familier.

Setelah turun dari mobil, Indira menatap lama kendaraan di sampingnya. Dia menatap nomor polisi dengan saksama. Hatinya berdegup sepuluh kali lipat karena mengenali nomor polisi itu. Dia yakin seratus persen, kalau itu milik Alea, putrinya.

Indira mengeluarkan ponsel dan menghubungi Alea bertubi-tubi. Setelah panggilan ke lima, telepon tersambung.

"Di mana kamu?!" bentak Indira, napasnya tersengal-sengal karena emosi.

"Di kampus, Mam. Aada apa?" jawab Alea dengan nada tenang.

"Mama lihat ada mobil kamu di klinik ilegal! Jujur Alea! Keluar kamu! Temuin mama di dep—"

Panggilan langsung terputus. Indira semakin kalut dan memutuskan masuk ke dalam. 

Dia kini sudah di dalam klinik. Beberapa wanita muda sedang menunggu giliran, termasuk Juli--selingkuhan Hendra-- ketika dia melihat Indira, tangannya langsung melambai dengan wajahnya yang sedikit pucat.

Indira mengedarkan pandangan, mencari sosok Alea yang harusnya ada di sini. Namun, dia kesulitan karena lampu begitu remang. Indira memutuskan menghampiri Juli.

"Gimana kata dokter?"

"Tadi saya sudah dikasih obat lagi. Katanya sih tinggal nunggu. Tapi, tadi ada satu cewe yang mendadak pingsan, kayaknya dia keracunan obat, deh."

"A-apa?!" Indira kaget bukan main.

Dengan tangan yang bergetar, dia memegang ponsel dan membuka galeri. Dicarinya foto Alea, lalu memperbesarnya dan menunjukkan kepada Juli.

"Apa, ini orangnya?" tanya Indira, takut-takut.

Juli menatap lama dengan alis berkerut, kemudian matanya membulat sempurna dan dia mengangguk cepat.

"I-iya, dia juga ke sini mau buang j*nin di r*himnya. Sama seperti saya. Tuh, pacarnya lagi nunggu di depan ruang praktek."

Indira kehilangan tenaga. Ponselnya terjatuh begitu saja. Dia mengikuti  jari Juli yang menunjuk ke arah belakang. Kakinya terasa lemas saat berdiri, jantungnya juga terus berdebar hebat. 

Dengan tertatih, Indira mendekat dan melihat dengan saksama pria yang sedang tersenyum menatap layar ponsel. 

"Siapa kamu?!" tanya Indira dengan nada kencang. Semua orang mulai memperhatikan dia.

Si pria muda yang sedang asyik memainkan ponsel itu terlonjak mendapati Indira yang menatapnya penuh amarah.

"Santai, woy! Buat apa Anda nanya-nanya!" katanya dengan tidak sopan.

"Apa hubungan kamu dengan Alea Pradipta?"

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status