Share

RHMD 178

Penulis: Ziya_Khan21
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-07 15:00:52

Nenek Lina tersenyum, garis-garis halus di wajahnya memancarkan ketulusan. “Kau telah tumbuh, Nio. Kau bukan hanya lelaki kuat, tapi juga berhati besar. Pergilah, dan pulanglah. Tapi jaga dirimu. Dunia di luar sana tidak mudah.”

“Aku akan pastikan aku pulang. Kali ini, untuk selamanya.” Nio memeluk nenek itu pelan, seolah takut hembusannya menyakitinya.

Dari kejauhan, Ruby melambai sambil tertawa kecil, “Nio! Lihat, dia mau ikut pulang!”

Nio melangkah perlahan menghampiri Ruby yang masih duduk bersila di atas rumput, tertawa kecil saat anak anjing itu menjilat-jilat tangannya tanpa henti. Wajah Ruby bersinar oleh sinar matahari pagi, dengan mata yang memancarkan kebahagiaan sederhana. Melihat pemandangan itu, Nio merasa dadanya menghangat.

"Kelihatannya kalian cocok," ucap Nio sambil berjongkok di samping Ruby.

Ruby menoleh, tersenyum cerah. "Dia manis sekali. Kamu lihat, dia seperti tak mau aku berhenti mengelus kepalanya."

Anak
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Yanti5699
kalian ini bikin iri aja,,apalagi bikin jomblo kepanasan ...wah nio bisa Maska nih enak ga ya masakannya seorang mafia...
goodnovel comment avatar
Safitri Adibah
yakin nio bisa masak?? kok meragukan ya wkwkw
goodnovel comment avatar
Novi M Q
Lah anak anjing nya ga di bawa pulang ?? wkwk padahal kan bisa jadi teman nya Ruby selama Nio belum kembali
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 205

    Nio berdiri tak jauh darinya, menatap pemandangan itu. “Dan beruntungnya ini bukan mimpi, Ruby. Jadi nikmatilah sepuasnya bersamaku.”Ruby menoleh, tertawa pelan. “Kamu memang pandai sekali membuat kalimat manis.”“Jadi, apa kamu menyukainya?” tanya Nio.“Ya, aku sangat menyukainyaaa!” teriak Ruby dan berjalan menjauh.Langkah kaki Ruby terasa ringan ketika ia melangkah ke hamparan pasir putih yang hangat. Begitu telapak kakinya menyentuh pasir, ia langsung berlari kecil, meninggalkan jejak-jejak mungil yang segera disapu ombak kecil di tepi pantai. Tawa riangnya terdengar jelas, bercampur dengan suara deburan ombak yang berkejaran ke tepian. Sesekali, ia membentangkan kedua tangannya, membiarkan angin laut yang asin menerpa wajahnya, rambutnya yang panjang ikut terbang bebas mengikuti arah angin.Nio berdiri tak jauh dari sana, kedua tangannya terselip di saku celana, matanya tak lepas sedikit pun dari sosok Ruby. Ada sesuatu yang mengha

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 204

    Minggu pagi datang dengan cahaya matahari yang hangat menembus tirai kamar. Ruby menggeliat malas di atas ranjang, matanya terasa berat dan sedikit sembab karena semalam ia tidur terlalu larut. Ia mengusap wajahnya perlahan, lalu melirik ke sisi ranjang yang kosong.Alisnya sedikit berkerut. “Kemana dia pagi-pagi begini?” gumamnya. Ia turun dari ranjang, mengenakan sweater tipis, lalu berjalan keluar kamar. Aroma harum roti panggang dan telur dadar menyambutnya begitu ia melewati ruang tamu.Di dapur, terlihat Nio yang mengenakan kaos sederhana dan apron abu-abu, sibuk mengaduk sesuatu di wajan sambil sesekali melirik beberapa kotak bekal di meja. Wajahnya santai, namun tangannya cekatan menyiapkan makanan.“Nio?” panggil Ruby pelan, setengah heran.Pria itu menoleh, senyumnya langsung mengembang. “Pagi, Sleeping Beauty. Tidur nyenyak?” sapanya sambil menaruh telur dadar ke piring.Ruby tersipu, mengabaikan julukan itu. “Kamu lagi ngapain? Dan… mau pergi kemana? Bekalnya banyak sekali

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 203

    Para penghuni panti mulai membuka kotak masing-masing, aroma sedap makanan segera memenuhi ruangan. Ada sup hangat, ayam panggang berbalut bumbu rempah, roti lembut, dan potongan buah segar. Ruby duduk di samping Nenek Lina, membantu memotongkan daging ayam untuknya. Nio duduk di seberang mereka, sesekali melirik ke arah Ruby yang tertawa kecil sambil mengobrol dengan nenek itu."Ini benar-benar enak," ujar salah satu penghuni panti dari meja sebelah. "Terima kasih, Nak!" serunya sambil mengangkat tangannya pada Nio.Nio tersenyum lebar. "Sama-sama. Senang kalau kalian menyukainya."Ruby menatapnya lama. Ada sesuatu di matanya sebuah rasa hangat yang tak bisa ia sembunyikan. "Kamu selalu saja membuatku terkesan," katanya pelan.Nio hanya menanggapinya dengan senyum samar. "Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan."Suasana ruang makan penuh tawa, percakapan, dan aroma masakan yang menggoda. Nenek Lina tampak menikmati setiap suapan, s

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 202

    Udara di taman terasa sejuk dengan semilir angin yang membawa aroma bunga-bunga yang sedang mekar. Langit mulai berwarna keemasan, memberi nuansa hangat pada suasana. Ruby berjalan perlahan di samping Nio dan Nenek Lina, sambil sesekali memandangi pepohonan yang bergoyang lembut.Tiba-tiba, seekor anak anjing kecil berlari menghampiri mereka. Ruby tertegun sejenak lalu tersenyum lebar."Hei… ini kan anak anjing yang kita temui waktu itu," katanya sambil berjongkok dan mengelus bulu lembutnya. Anak anjing itu menggoyangkan ekor dengan riang, seolah benar-benar mengenali Ruby. Nio hanya tersenyum melihat interaksi itu, sedangkan Nenek Lina tertawa kecil."Dia memang suka sekali kalau ada yang mau mengajaknya bermain," ucap Nenek Lina.Mereka lalu duduk di salah satu bangku taman. Nio membuka tas kecil yang dibawa Ruby, mengeluarkan beberapa buah yang tadi mereka beli. Dengan telaten, ia mengupas jeruk dan memisahkannya menjadi potongan-potongan rapi."Silakan, Nek," kata Nio sambil meny

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 201

    Begitu jam kerja berakhir, Nio sudah berada di lobi kantor, duduk di salah satu sofa sambil memandangi pintu lift. Ia melirik arlojinya sesekali, tapi wajahnya tetap tenang. Meski menunggu, hatinya justru merasa hangat membayangkan pertemuan dengan Nenek Lina nanti. Tak lama, suara langkah tergesa terdengar dari arah lift. Ruby muncul dengan napas sedikit terengah, rambutnya sedikit berantakan, namun senyumnya tetap manis. “Maaf… sudah membuatmu menunggu terlalu lama,” ucapnya sambil mengatur napas. “Pekerjaan hari ini benar-benar menumpuk.”Nio berdiri, menggeleng pelan. “Tidak masalah. Aku juga tidak lama menunggu. Yang penting sekarang kita bisa pergi,” katanya sambil meraih tangan Ruby. “Ayo, kita langsung saja ke rumah Nenek Lina. Dia pasti senang melihat kita.”Ruby tersenyum lega, merasa sedikit bersalah sudah membuat Nio menunggu, tapi senang karena ia tidak mempersoalkannya. Mereka berjalan keluar lobi berdampingan, langkahnya tenang, namun hati keduanya sama-sama bersemang

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 200

    Pelayan langsung menyambut mereka dengan senyum, lalu mengantar ke meja di sudut yang cukup tenang. Begitu duduk, Ruby memperhatikan interior restoran yang penuh sentuhan kayu dan pencahayaan lembut.“Aku suka tempat ini,” katanya sambil tersenyum.“Aku juga,” jawab Nio, lalu mengambil menu. “Tapi yang paling penting, aku ingin melihat kamu menikmatinya.”Suasana restoran siang itu terasa hangat dan elegan, dengan cahaya matahari yang menembus jendela besar di sisi kiri ruangan. Aroma rempah dan masakan khas memenuhi udara, membuat Ruby tak henti mengedarkan pandangan, menikmati suasananya.“Apa yang paling enak di sini?” tanya Ruby sambil menatap daftar menu di tangannya.Nio, yang duduk di seberangnya, tersenyum kecil. “Kalau aku sih merekomendasikan grilled salmon mereka. Sausnya khas, nggak ada di tempat lain.”Ruby mengangguk, matanya berbinar. “Kalau begitu aku coba itu. Tempatnya juga nyaman sekali, ya. Rasanya… menen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status