Beranda / Romansa / Rahasia Malam Itu / Bab 24 - Pesan Ancaman

Share

Bab 24 - Pesan Ancaman

Penulis: iskz08
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-01 20:10:08

Pagi itu, suara bel apartemen membuat Anetta hampir menjatuhkan gelas susunya. Ia mengintip dari peephole dan menghela napas panjang, Anthony lagi.

Dengan wajah yang setengah kesal, ia membuka pintu. “Kamu tuh… nggak ada kerjaan lain, ya? Bukannya kamu seorang CEO perusahaan besar?”

Anthony berdiri santai, mengenakan kemeja putih digulung sampai siku. Senyumnya nakal. “Kerjaanku sekarang ya begini, nemenin Dion… dan bikin kamu senewen tiap pagi. Karena aku CEO, ya aku bebas mau kemana aja.” Jawab Anthony enteng.

Anetta mendengus, tapi tak bisa menahan ujung bibirnya yang terangkat sedikit. “Masuk kalau mau. Dion pasti udah teriak-teriak nyariin kamu.”

Benar saja, bocah itu muncul dari kamar sambil menyeret bantal dinosaurus. “Om Anthonyiiiii! Main robot lagi yuk!”

Anthony jongkok, merentangkan tangan. Dion langsung berlari menghantam pelukan itu. Anetta hanya bisa berdiri, memperhatikan. Ada sesuatu di dadanya yang bergetar tiap kali melihat interaksi itu, hangat, indah, tapi juga men
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Rahasia Malam Itu   Bab 42 - Papa Kangen Kamu, Nak!

    Hujan sore di Jakarta akhirnya reda, meninggalkan aroma tanah basah yang masuk lewat jendela balkon apartemen Anetta. Langit senja berganti gelap, tapi lampu-lampu gedung di seberang masih berkelip, menambah kesan sepi dan hampa di dalam apartemen.Anetta berdiri di dapur, mengenakan kemeja longgar dan celana santai. Rambut ia gulung seadanya, wajah cantik itu pun tampak lelah. Setelah semua kejadian di kantor, pikiran Anetta masih kusut. Suara pertengkaran Anthony dan Bram terus berputar di kepalanya seperti gema yang menolak berhenti.Tapi suara bel membuat Anetta tersentak.Ding-dong!Anetta mengerutkan kening, melirik jam dinding, sudah hampir pukul tujuh malam. Siapa yang datang jam segini? monolog Anetta dalam hati.Ia berjalan ke pintu dan mengintip lewat lubang intip. Begitu melihat sosok di luar, jantung Anetta langsung melompat.Bram.Pria itu berdiri tegak dengan tangan membawa paper bag besar. Rambutnya sedikit berantakan tertiup angin malam, tapi wajahnya tetap tenang, ba

  • Rahasia Malam Itu   Bab 41 - Terbongkar

    Suara ding dari lift terdengar pelan, memantul di antara dinding marmer putih lobi Skyline Tower yang sepi sore itu. Lampu gantung kristal berpendar lembut, menciptakan bayangan samar di wajah Bram yang baru keluar dari lift. Namun langkah Bram mendadak berhenti. Di depan sana, seseorang sudah berdiri tegap sengaja menunggunya. Anthony. Kemeja hitamnya tergulung sampai siku, rambut sedikit berantakan, tapi sorot matanya menusuk seperti belati yang siap menebas siapa pun yang berani mendekat. Bram menatap balik dengan tenang, tapi matanya menyala dingin. Hening panjang menggantung di udara, hingga suara napas mereka berdua terdengar lebih keras dari langkah sepatu di lantai marmer. “Ini milik lo, kan?” suara Anthony akhirnya pecah, rendah tapi tajam. Tangannya terulur, menunjukkan kalung berliontin huruf B. Bram menatap kalung itu tanpa ekspresi. “Apa maksud lo?” suaranya datar, tenang. “Kita nggak seakrab itu buat gue nebak isi kepala lo.” Anthony tersenyum tipis, tapi matanya

  • Rahasia Malam Itu   Bab 40 - Kamu Gila, Bram!

    Udara siang di Skyline Tower terasa ganjil hari itu. Bukan karena panas, tapi karena ada sesuatu di antara udara yang menggantung di ruang kerja Anetta — sesuatu yang tak bisa didefinisikan antara masa lalu dan masa kini.Anetta baru saja selesai memeriksa desain fasad lantai 27 ketika suara ketukan pintu terdengar pelan.Tanpa menoleh, ia menjawab, “Masuk.”Dan di sanalah Bram berdiri, dengan kemeja putih yang digulung sampai siku, membawa dua gelas kopi di tangannya.“Sepertinya kamu butuh ini,” kata Bram tenang, menyodorkan satu ke arah Anetta. “Masih sama, tanpa gula.”Anetta mendongak, agak kaget karena ia bahkan tidak ingat pernah bilang preferensi kopinya kepada Bram dalam waktu dekat. Tapi tentu saja Bram tahu. Ia selalu tahu hal-hal kecil yang orang lain abaikan.“Terima kasih,” katanya datar, tapi tangannya sempat bersentuhan dengan jari Bram saat menerima gelas itu. Sentuhan singkat yang membuat napasnya tersendat sepersekian detik.Ia buru-buru menarik tangannya.“Masih s

  • Rahasia Malam Itu   Bab 39 - Teman Lama

    Langit Jakarta sore itu tampak berat, seolah ikut menahan sesuatu. Anetta berdiri di depan jendela ruangannya di Skyline Tower, menatap siluet kota yang perlahan tertelan senja. Di belakangnya, terdengar suara langkah yang begitu familiar berjalan pelan, namun punya tekanan yang membuat dada Anetta menegang. “Sudah lama kita nggak berkeja sama langsung, Netta,” suara itu dalam, tenang, tapi meninggalkan getaran yang dulu sempat ia kenal. Anetta memejamkan mata sesaat. Ia tak perlu menoleh untuk tahu siapa pemilik suara itu. “Bram…” napasnya nyaris tak terdengar. Pria itu melangkah mendekat. Setelan jasnya rapi, wajahnya lebih dewasa, tatapannya lembut tapi menyimpan sesuatu yang tak bisa didefinisikan, semacam rindu yang menua bersama waktu. “Aku nggak datang untuk menuntut apa pun,” ucap Bram akhirnya, suaranya rendah namun jelas. “Aku cuma… pengin tahu kamu baik-baik aja.” Anetta berbalik. Tatapan mereka bertemu, dua dunia yang dulu pernah bersinggungan, kini bertabrakan lagi.

  • Rahasia Malam Itu   Bab 38 - Bertemu Lagi

    Cahaya pagi menembus tirai apartemen, lembut tapi cukup untuk membangunkan sisa keheningan yang menggantung setelah malam yang panjang. Aroma kopi baru diseduh memenuhi ruang tengah, bercampur dengan suara halus sendok yang beradu dengan cangkir.Anetta menatap ke arah sofa, dan di sanalah tampak Anthony masih tertidur dengan posisi setengah tengkurap, satu tangan terjulur, rambut acak-acakan menutupi sebagian wajahnya. Napasnya teratur, tapi ekspresi wajahnya seperti orang yang baru saja melewati badai panjang.Senyum kecil muncul di bibir Anetta. “Tidur kayak anak kecil…” gumamnya pelan. Ia lalu mendekat, meletakkan secangkir kopi di meja. Tapi baru saja hendak berdiri, tiba-tiba tangan Anthony bergerak pelan, tanpa sadar menyentuh pergelangan tangan Anetta hangat, membuat jantung wanita itu berdetak lebih cepat.“Ta…” suaranya serak, mata masih setengah tertutup. “Kopi buat aku?”Anetta mengerjap, wajahnya memanas. “Kamu udah bangun?”Anthony menegakkan tubuh pelan, rambutnya beran

  • Rahasia Malam Itu   Bab 37 - Ingin Ada di Sisi Kalian

    Hujan malam Jakarta menetes pelan di jendela apartemen, membentuk ritme yang hampir seperti detak jantung. Anthony masih berdiri dekat meja, ponsel Anetta di tangannya, sorot mata ambernya tajam menatap perempuan itu."Kenapa kamu diam aja, hm? apa dugaan aku benar? Jawab aku, Ta." Suara Anthony terdengar pelan namun tajam.Anetta duduk di sofa, menunduk, jari-jari gemetar memainkan ujung selimut. “Tony… aku… aku nggak tahu harus bilang apa,” suaranya serak, tapi ia berusaha tetap tenang.Anthony menaruh ponsel, mendekat pelan, lalu duduk di sampingnya. Bahunya hampir menempel, tapi cukup untuk membuat Anetta merasakan kehangatan yang menenangkan sekaligus menegangkan. “Kamu nggak harus langsung menjelaskan semuanya sekarang,” katanya lembut, namun nada itu tetap memaksa, membuat Anetta tak bisa lepas dari tatapan matanya.“Kalau begitu… apa yang harus kulakukan?” Anetta menatap tangan Anthony, berharap bisa meminjam sedikit keberanian dari laki-laki di sampingnya itu.Anthony menghe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status