Home / Romansa / Rahasia Malam Itu / Bab 49 - Mencium Luka Yang Sama

Share

Bab 49 - Mencium Luka Yang Sama

Author: iskz08
last update Huling Na-update: 2025-10-20 20:43:45

Tok!

Tok!

Tok!

Suara ketukan kecil di pintu apartemen itu terdengar tiga kali.

Lembut, tapi cukup untuk membuat Anetta tersentak dari lamunannya.

Entah siapa pelakunya, alih-alih memilih menekan bel, tamu yang belum diketahui siapa gerangan, memilih mengetuk pintu berulang.

Anetta yang baru saja selesai menidurkan Dion. Bocah itu tertidur pulas di kamar, memeluk boneka dinosaurus kesayangannya begitu erat di tangan.

Langit di luar masih mendung, menyisahkan sisa hujan senja membuat aroma tanah basah memenuhi udara.

Anetta melangkah pelan ke arah pintu. Dan ketika di buka, di sana terlihat berdiri sosok yang paling tidak ingin ia lihat malam ini, setelah pertanyaan sengit dilontarkan oleh pria tersebut, saat masih berada di Skyline Tower.

Anthony.

Wajah pria itu tampak sangat letih, namun sorot mata amber miliknya tetap tajam. Jaket kulit hitam yang ia kenakan dalam keadaan basah, juga rambut berantakan. Tapi yang paling menyakitkan, bukan penampilan Anthony terlihat saat ini, melaink
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia Malam Itu   Bab 51 - Refleksi di Balik Hujan

    Hujan belum juga reda malam itu.Cipratan air dari ban mobil yang melaju pelan terdengar lembut di telinga Anthony, berpadu dengan gemericik wiper yang berulang-ulang menyapu kaca depan. Lampu kota menari di permukaan jalan yang basah, seakan mencerminkan pikiran Anthony yang tak juga tenang sedari tadi. Anthony duduk di kursi pengemudi, tanpa benar-benar berniat pergi.Di genggamannya, ponsel yang menampilkan rekaman CCTV masih menyala. Tayangan itu berhenti di satu frame, dimana kening Bram menyentuh kening Anetta dengan lembut.Gerakan sederhana yang terasa lebih menyakitkan daripada seribu pengkhianatan. Napas Anthonty memberat. Jantungnya berdetak semakin cepat, tapi bukan karena marah, tapi lebih karena sesuatu yang mirip kehilangan yang baru saja menyadari bentuknya sendiri. Memberikan ia refleksi di balik hujan. “Kenapa... sekarang?” gumamnya rendah, suara nyaris tertelan oleh dentuman hujan di atap mobil. Ia meny

  • Rahasia Malam Itu   Bab 50 - Surat Tak Pernah Dikirim

    Terik matahari datang perlahan di siang itu, menembus tirai putih apartemen Anetta yang sunyi.Suara gemericik air dari dapur terdengar lembut, berpadu aroma kopi hitam yang menguar memenuhi udara.Sedangkan Dion masih tampak tertidur pulas di sofa, setelah usai pulang sekolah dan bermain sebentar bersama Bram.Ya, hari ini Bram sengaja menjemput sang putra dari TK-nya. Dikarenakan baik Anetta dan juga Karin, benar-benar sibuk di Atelier hari ini.Bram duduk di meja makan, mengenakan kemeja putih polos yang masih kusut di bagian lengan. Wajahnya tampak letih, tapi matanya tetap teduh.Di hadapannya, sudah ada setumpuk dokumen kerja belum tersentuh sama sekali. Pikirannya tidak di sana.Ia menatap amplop berwarna cokelat kusam di tangan, yang baru saja ia temukan di dalam salah satu kotak penyimpanan lama milik Anetta, tepat di bawah tumpukan buku desain dan jurnal yang sudah menguning di tepiannya.Tertulis di sana dengan tinta hitam:“Untuk Anthony Reynard.”Kening Bram seketika bert

  • Rahasia Malam Itu   Bab 49 - Mencium Luka Yang Sama

    Tok!Tok!Tok!Suara ketukan kecil di pintu apartemen itu terdengar tiga kali.Lembut, tapi cukup untuk membuat Anetta tersentak dari lamunannya.Entah siapa pelakunya, alih-alih memilih menekan bel, tamu yang belum diketahui siapa gerangan, memilih mengetuk pintu berulang.Anetta yang baru saja selesai menidurkan Dion. Bocah itu tertidur pulas di kamar, memeluk boneka dinosaurus kesayangannya begitu erat di tangan.Langit di luar masih mendung, menyisahkan sisa hujan senja membuat aroma tanah basah memenuhi udara.Anetta melangkah pelan ke arah pintu. Dan ketika di buka, di sana terlihat berdiri sosok yang paling tidak ingin ia lihat malam ini, setelah pertanyaan sengit dilontarkan oleh pria tersebut, saat masih berada di Skyline Tower.Anthony.Wajah pria itu tampak sangat letih, namun sorot mata amber miliknya tetap tajam. Jaket kulit hitam yang ia kenakan dalam keadaan basah, juga rambut berantakan. Tapi yang paling menyakitkan, bukan penampilan Anthony terlihat saat ini, melaink

  • Rahasia Malam Itu   Bab 48 - Yang Kamu Cintai Siapa?

    Sesi foto sudah berakhir, tapi bukan berarti akhir dari ketegangan.Studio sementara di lantai dua Skyline Tower kini kosong, kecuali tiga orang yang masih berdiri dengan perasaan yang sama-sama belum selesai.Anetta melepaskan blazernya, menatap pantulan dirinya dari kaca besar yang baru saja menjadi latar pemotretan. Bayangannya tampak tenang, tapi dada wanita itu bergetar hebat.Bukan karena sorot lampu kamera, tapi karena dua pasang mata, yang satu mengawasi dengan diam, dan satu lagi menatap dengan kenangan.Anthony masih bersandar di tepi meja, memperhatikan setiap gerak tubuh Anetta tanpa berkata apa-apa.Sementara Bram… sedang merapikan kameranya, tapi setiap gerakan kecil itu terasa seperti kode rahasia yang hanya mereka bertiga mengerti.“Kamu nggak berubah, Netta,” suara Bram terdengar memecah keheningan. “Masih tahu gimana bikin ruangan berhenti ada oksigen cuma karena kamu senyum.”Anetta menoleh cepat. “Ck, jangan mulai, Bram,” ucap Anetta pelan.Tapi Bram hanya tersenyu

  • Rahasia Malam Itu   Bab 47 - CEO Apa Bodyguard?

    Ruang pantry di lokasi proyek Skyline Tower sore itu tak seramai biasanya. Para pekerja satu persatu berangsur pulang. Hanya menyisakan beberapa yang masih ada.Aroma kopi arabica bercampur dengan suara mesin espresso yang berdengung halus. Anetta berdiri di dekat meja bar, berusaha menenangkan diri setelah rapat panjang. Namun setiap kali menatap permukaan cangkirnya, bayangan wajah Anthony muncul di sana, bersama ciuman mereka pagi tadi yang belum sempat ia lupakan.Anetta mendesah pelan. 'Bodoh' rutuk Anetta di dalam hati. Harusnya ia marah di sosor terus tanpa aba-aba. Tapi yang terasa malah… campuran antara kesal dan getar aneh di dada. Namun, ia juga tidak menampik jika menyukai momen itu. Dimana Anthony bertindak begitu dominan, menunjukkan sisi posesifnya.Kreett!Pintu pantry terbuka.Anthony masuk, tanpa menggenakan dasi, lengan kemeja digelung seperti biasa. Langkahnya berat saat memecah kesunyian, “Ngumpet di sini, hm?” suara Anthony memecah hening.Anetta mendongak. “Ngg

  • Rahasia Malam Itu   Bab 46 - Bayangan di Balik Lensa

    Ruang maket di lantai tiga Skyline Tower masih sunyi ketika Anetta datang pagi itu. Cahaya matahari menembus kaca tinggi, memantul pada model bangunan miniatur yang berdiri di tengah ruangan—seolah menghidupkan ulang ambisi, kelelahan, dan rahasia yang tertinggal di setiap lantainya. Ia meletakkan tablet di meja panjang, lalu menatap rancangan layout lantai dua di layar. Mata Anetta mencoba fokus, tapi pikirannya menolak diam. Setiap bayangan di permukaan kaca seolah mengulang kembali detik-detik di ruang rapat kemarin. Saat Anthony berdiri terlalu dekat, suaranya berat, tatapannya menembus, dan genggaman tangannya terlalu lama untuk disebut profesional. Anetta menarik napas panjang. "Fokus, Tata." Monolognya seorang diri. Tapi baru saja jari-jarinya menyentuh layar, suara langkah sepatu kulit terdengar di belakangnya. Anthony. Pria itu muncul dengan dasi yang sengaja tidak dikencangkan, kemeja biru muda yang digulung di lengan, dan wajah yang seperti menyimpan badai di balik seny

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status