Share

Tekad Reva

Author: Sri_Eahyuni
last update Last Updated: 2025-04-05 17:29:19
"Silakan adukan sama tantemu, aku nggak takut! Jangan mentang-mentang kamu keponakan Bu Sarah, terus bisa berbuat seenaknya. Aku di sini bayar, bukan numpang, jadi aku nggak bakal takut! Lagi pula, aku bukan kerja jadi wanita panggilan. Aku kerja di restoran bakso Dua Putra, yang di seberang mal itu!" ujar Reva dengan tegas, menyebutkan tempat kerjanya.

Meysa tertawa meremehkan.

"Elo pikir gue percaya? Cewek kampung kayak elo, cuma lulusan SMA, bisa kerja di restoran mewah? Paling-paling juga cuma jadi tukang bersih-bersih atau cuci piring."

"Iya! Memang kenapa kalau aku cuma jadi tukang bersih-bersih? Yang penting kerjaanku halal! Nggak kayak kamu, bisanya cuma halo Mama, halo Papa—minta ini itu. Meski aku anak orang nggak punya, setidaknya aku masih punya harga diri. Dan bisa nikmatin segala sesuatu dari hasil keringat sendiri tuh rasanya spesial banget! Jadi daripada ngurusin hidup orang lain yang nggak penting, mending kamu pakai waktumu buat hal yang bermanfaat. Biar kamu bi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Meragukan

    "Maaf," imbuh Ziyad. Ia merasa bersalah karena telah kelepasan berbicara kasar.Ustadz Husain menghela napas dan menatap Ziyad dengan bijak. "Ziyad, kata-kata yang kamu ucapkan tadi tidak pantas keluar dari mulut seorang yang sedang belajar agama. Sebagai muslim kita dianjurkan untuk selalu berkata baik dan menjaga lisan."Ziyad menundukkan kepala, merasa menyesal. "Maaf, Ustadz. Saya tidak sengaja, hanya spontanitas saja."Ustadz Husain tersenyum, memahami. "Rasulullah mengajarkan bahwa ucapan adalah cerminan diri. Mari kita sama-sama berusaha menghindari kata-kata kasar, ya.""Insya Allah, Ustadz," jawab Ziyad, kini dengan wajah serius dan penuh kesungguhan. Tatapannya menunjukkan tekad yang baru, meskipun dalam hatinya ia tahu lima lagu lagi bukanlah hal yang mudah."Untuk lima lagi, insya Allah, Ali, bisa," tambahnya sambil tersenyum tenang. Ia melirik Ali, yang masih duduk dengan tenang, terlihat lebih pendiam dan fokus.Ham

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Lima? Modyar!!

    "Ali, Bah? Ali kan belum pernah menyanyikan lagu sholawat. Apa dia bisa menghafal dalam waktu sehari? Saya khawatir, Bah, meskipun suaranya memang sangat indah. Tapi dia baru belajar adzan saja harus menghafalnya dalam waktu berminggu-minggu," balas Ustadz Husain merasa ragu.Abah Kiyai tetap tenang, wajahnya menandakan keyakinan yang besar pada Ali. "Coba saja dulu. Besok pagi, saat anak-anak latihan rebana, biarkan Ali ikut bergabung. Kita lihat bagaimana kemampuannya."Perkataan Abah Kiyai itu membuat Ustadz Husain terdiam. Ia menyadari bahwa Abah Kiyai mungkin melihat sesuatu dalam diri Ali yang belum terlihat oleh siapa pun. "Baik, Bah." Akhirnya Ustadz Husain mengangguk pelan, menerima usulan itu dengan hati yang masih bimbang, tetapi penuh harapan.***Keesokan paginya, setelah sholat Dhuha, Ali duduk santai di gotaan. Ia sedang mengobrol dengan Ziyad dan Hamzah, karena di kamar 12 hanya mereka bertiga yang tidak sekolah

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tidak Yakin

    Mendengar kabar tersebut, raut wajah Abah Kiyai berubah. Beliau mengangguk pelan, mengerti situasi yang sedang terjadi."Baiklah, kalau begitu Abah akan segera ke puskesmas sekarang. Terima kasih, Nak." Beliau pun segera beranjak, mengambil peci dan tas kecilnya."Assalamualaikum," ucap Abah Kiyai, siap berangkat."Walaikumsalam, Bah," jawab Ali sambil mengikuti Abah ke luar.Ketika Abah Kiyai hendak masuk ke mobil, namun ternyata sopir pribadinya saat ini sedang mengemudikan mobil umum pesantren untuk menuju Puskesmas. Abah Kiyai tampak bingung sejenak, memikirkan cara terbaik untuk segera sampai ke puskesmas.Melihat situasi itu, Ali mendekat, menawarkan diri dengan sigap, "Abah, kalau tidak keberatan, biar saya saja yang menyupiri."Abah Kiyai memandang Ali sejenak, lalu bertanya, "Apa kamu bisa menyetir, Nak?"Ali tersenyum kecil, menundukkan kepala, dan dengan penuh percaya diri menjawab, "InsyaAllah bisa, Bah."

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tragedi

    "Selamat siang anak-anak. Assalamualaikum." Suasana di kelas tiba-tiba senyap saat seorang guru muda memasuki ruangan, suaranya lembut namun tegas."Selamat siang, Pak Reza. Walaikumsalam," balas semua siswa siswi serempak sembari berhamburan duduk di kursi masing-masing.Kedatangan pak Reza, membuat Nisa menghela napas lega. Ia merasa terselamatkan dari pertanyaan Zahra yang mengimitasinya. Ia menundukkan kepala, pura-pura sibuk mengambil buku catatan di dalam tasnya, sementara Zahra mendengus kesal sebab rasa penasarannya belum tuntas.Kedatangan guru muda itu memberi kesempatan bagi Nisa untuk mengalihkan fokus dan meredakan kegugupannya. Guru yang baru datang itu bernama Pak Reza, guru mata pelajaran bahasa Inggris yang baru beberapa bulan ini mengajar di sekolah mereka. "Sebelum kita memulai pelajaran, Bapak ingin mengucapkan selamat kepada Nisa atas kemenangannya. Tetap semangat, dan jangan pernah berubah untuk menjadi anak yang rendah hati

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Ternyata....

    _Allah hu Akbar Allahu Akbar La ilahhaillah_"Astaghfirullah...!! Udah selesai qomat..!" Pekik Nisa. Ia tak sadar telah larut dalam adzan yang di kumandangkan Ali."Haduh telat aku," ucap Nisa. Ia segera berlari menuju masjid sambil memakai mukena.Nisa tergesa-gesa berlari menuju masjid, tak ingin mendapat hukuman karena telat sholat berjamaah . Hatinya masih bergetar karena adzan yang dikumandangkan Ali tadi begitu menyentuh. Suara Ali yang lembut namun tegas, membuatnya larut hingga tanpa sadar ia hampir saja tertinggal shalat."Suara siapa tadi ya?" gumam Nisa bertanya-tanya.Sesampainya di masjid, Nisa menarik napas dalam-dalam, mencoba mengatur napas yang tersengal-sengal. Dengan langkah ringan, ia segera masuk dan mencari tempat di shaf perempuan, menyelip di antara jamaah yang sudah bersiap melaksanakan shalat. Tepat pada saat ia selesai mengatur mukenanya, imam memulai takbir, dan Nisa pun tenggelam dalam kekhusyukan shalat, menc

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Suara Emas

    Semua orang sedang menunggu Nisa berbicara dengan cemas, hanya Bapak Aisyah yang nampak acuh."Syaratnya harus menunggu Aisyah lulus sekolah. Biarlah, Ais, menyelesaikan pendidikannya agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. Izinkan juga Aisyah untuk mempersiapkan hati berumah tangga Tante, Om," ujar Nisa mengeluarkan pendapatnya.Umi Kulsum menatap Nisa dengan bangga dan tersenyum haru. Ia salut dengan keberanian dan kecerdasan gadis itu. Selain cantik fisik, Nisa juga berhati baik, selalu memikirkan keadaan orang lain."Menurut saya, pendapat Nisa patut dipertimbangkan, Bu, Bapak. Kasihan Aisyah, biarkan dia menyiapkan mental untuk menghadapi hari-hari selanjutnya. Pernikahan bukan hanya tentang menyatukan dua insan, tetapi juga mempertemukan dua keluarga besar, dua pandangan hidup, dan dua jiwa yang harus siap dalam segala hal. Waktu yang cukup akan membuat semua pihak lebih matang dan siap menjalani amanah ini," ujar Umi Kulsum, suaranya penuh ketulusan.Bapak Aisyah tetap ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status