Share

Sebuah Kebenaran

Penulis: Aphrodite
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-04 16:37:56

Berdiri di sini, di atas yacht mewah membuat Presley merasa kecil. Seumur hidup, dia menghabiskan waktunya hanya dengan bekerja dan bekerja. Dia tidak punya waktu sekedar untuk bersantai dan menikmati hidup. Namun sekarang, dia di sini memandangi laut mediterania bersama salah satu miliuner paling berkuasa di Yunani.

Presley memejamkan mata, menikmati hembusan angin yang menerpa kulitnya. Ini menyenangkan. Dia merasa bebas.

 “Ini.”

Presley membuka mata. Ariston mengangsurkan gelas berisi anggur padanya. “Tidak, terima kasih.”

“Kau tidak suka minum.”

Denganmu? Tentu saja tidak.

“Aku bukan peminum yang baik,” ungkapnya jujur.

“Kau pernah mabuk?”

Kenapa mereka membahas hal ini? Presley mengernyit. Dia tidak ingat kapan terakhir kali dia kehilangan kesadaran. Sudah lama sekali.

“Dulu.”

“Kau tidak suka bercerita tentang hidupmu, ya?”

“Tidak ada yang menarik tentangku.”

Ariston mengangkat gelas ke mulutnya, ikut memandang laut seperti yang dilakukan Presley.

“Sejak kapan kau memtuskan menjadi pelayan?”

Presley menoleh, sedikit terkejut mendengar pertanyaan Ariston. Apa laki-laki ini sedang menyelidikinya?

“Aku tidak memutuskan ingin menjadi pelayan. Keadaan membuatku melakukannya.”

“Kau menyalahkan keadaan atas ketidakberdayaanmu?”

Presley mengernyit. “Tidak semua orang terlahir dengan sendok perak di mulutnya. Beberapa orang terpaksa melakukan apa saja agar bisa bertahan hidup.”

Ariston menggeleng, garis mulutnya melengkung ke atas. “Kau salah.”

“Maaf?”

“Manusia lemahlah yang memutuskan untuk menyalahkan keadaan. Mereka terlalu pengecut untuk bertarung dan mengambil risiko. Kau pikir semua orang kaya hanya duduk dan tidak melakukan apa-apa?” ucap Ariston menyeringai. Dia merentangkan tangan, tersenyum angkuh.

“Kami bekerja delapan belas jam perhari.”

Presley membelalak mendengarnya.

“Jangan terkejut begitu,” kekeh Ariston. “Kami melakukannya karena menyukainya. Kekuasaan terlalu menggoda untuk diabaikan.”

Presley mengamati penampilan santai Ariston. Laki-laki itu mengenakan celana selutut dengan kemeja yang kancingnya sepenuhnya terbuka, mempertontonkan otot-otot dadanya yang keras dan tanpa lemak. Presley berusaha keras mengabaikan pemandangan menggiurkan itu. Ariston adalah gambaran pria sempurna yang akan membuat wanita mana pun jatuh dalam jerat pesonanya tanpa laki-laki itu bahkan bersusah payah berusaha. Mungkin dia tidak harus melakukannya. Para wanita pasti selalu mengerubunginya seperti ngengat. Apa itu yang dirasakan adiknya? Pikiran ini membuatnya muram dan tanpa sadar Presley mengambil jarak.

“Apa perjalanan ini seharusnya lama?” tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Ariston tersenyum, menikmati kegelisahannya. Berengsek.

“Tidak. Apa kau pernah menaiki kapal sebelumnya?”

“Tidak.”

“Pernah keluar negeri sebelumnya?”

Presley menatap Ariston. Matanya menyipit. “Kenapa kau bertanya?”

“Hanya penasaran,” balas Arston sambil lalu.

“Kenapa kau bersikeras aku harus ikut? Aku hanya pelayan dan sejauh yang kutahu dan aku tahu aku benar, kau memiliki pelayan di bumi mana saja kau menginjakkan kaki. Kenapa?” Apa Ariston tahu alasannya bekerja padanya? Pembicaraan terakhir yang mereka lakukan di lantai tiga penthouse pria itu membuatnya gelisah.

“Karena aku mau.”

Mata Presley menyipit. “Tentunya tidak sesederhana itu.”

“Selalu sederhana denganku, Ms. Presley. Selalu sederhana.” Dan Ariston melenggang pergi dengan keanggunan yang membuat wanita manapun iri. Ariston berhenti, tersenyum culas. “Dan berhubung kau mengingatkan, pelayan selalu ada di mana pun tuannya berada, kan?”

Presley bungkam, memilih tindakan yang paling aman sekarang adalah tidak berkomentar apa pun.

“Sebentar lagi kita akan mendarat dan tiba di bandara Nasional Syros, terbang ke Athena setelah itu Italia.” Ariston terlihat bangga dengan dirinya sendiri. Matanya berkilat dengan humor yang membuat Presley sejenak kehilangan pegangan, membuat kebencian yang dia rasakan sekejap menguap dan Presley benci menyadarinya. Dia tidak boleh terlena dengan pesona Ariston. Tujuannya jelas dengan mendatangi laki-laki ini, batin Presley mengingatkan dirinya sendiri.

Hancurkan Ariston dan menghilang.

***

Presley menikmati pelayanan jet pribadi Ariston dengan decakan kagum. Dia tidak pernah naik pesawat terbang dan kemewahan ini memabukkan hingga rasanya terlalu sulit membayangkan kalau dia ada di sini. Di tempat mewah dengan miliuner Yunani paling tampan dan juga paling berkuasa.

Ariston sibuk dengan telepon dan juga berkas-berkas di depannya, sepenuhnya mengabaikan kehadiran Presley dan Presley senang karenanya. Dia bisa menikmati ini untuk dirinya sendiri. Seorang pramugari menghampirinya dan mengatakan sesuatu yang tidak dia mengerti. Bahasa Italia?

“Dia bertanya apa kau butuh sesuatu?” Ariston membuka suara, menatap makanannya yang masih utuh. “Tidak suka?”

Presley menggeleng lemah. “Bukan, perutku masih penuh.”

Ariston menatap pramugari dengan tubuh super model itu, mengatakan sesuatu dengan cepat. Pramugari itu tersenyum dan undur diri.

“Apa yang kau katakan?” tanya Presley curiga.

Ariston tersenyum. “Kenapa? Kau sepertinya takut. Tenang, aku tidak membunuh wanita.”

“Jika bukan wanita berarti kau bisa melakukannya?”

Senyum Ariston menghilang digantikan dengan ekspresi dingin tak terbacanya. Kilat mengerikan membayangi mata biru gelap itu dan Presley tanpa sadar menjilat bibirnya.

“Jangan melakukan itu.”

“Melakukan apa?”

“Menjilat bibirmu, kecuali kau mau aku menciummu.”

Presley melotot. “Tidak lucu!”

Satu alis Ariston terangkat. “Apa aku terlihat seperti bercanda, Ms. Presley?”

Suasana mendadak berubah diantara mereka. Tarikan magnet yang membuat darah berdesir membuat mereka berdua membeku. Rasa panas menjalari tubuh Presley sampai ke lehernya, dan Presley tanpa sadar kembali menjilat bibirnya. Ekspresi Ariston menggelap.

“A-aku mau ke toilet,” ujar Presley gugup, meninggalkan rasa panas di belakangnya dan setengah berlari menuju toilet.

***

Sial, sial, sial. Apa yang baru saja dia katakan? Ariston ngeri sendiri dengan reaksi tubuhnya terhadap tubuh lezat Presley. Wanita itu gugup dan dia memakluminya. Tidak ada yang bersikap tenang saat berhadapan dengannya. Wajah Presley yang memerah karena ucapannya kembali memenuhi kepala Ariston seperti gumpalan air bah yang siap meledak dan Ariston membencinya. Dia tidak suka reaksi tubuhnya terhadap Presley. Sebelum dia tahu rencana wanita itu, dia tidak akan melepaskannya.

Ariston meraih teleponnya dan menekan beberapa tombol. “Periksa kamarnya, dan cari tahu apa pun yang mencurigakan,” tukasnya sebelum memutuskan sambungan. Dia harus melakukan sesuatu.

Ariston merasakan gerakan dari belakangnya dan dia segera memperbaiki sikapnya. “Apa aku membuatmu takut?”

Presley kembali duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan Ariston.

“Sedikit,” akunya.

Setidaknya wanita ini jujur tentang ketakutannya, batin Ariston saat memandangi wajah Presley.

“Apa?” tanya Presley menantang.

“Kau tahu kenapa aku menerimamu Ms. Presley? Di saat semua pelayan yang bekerja untukku seharusnya memiliki kualifikasi yang mumpuni dalam pekerjaannya?”

Presley menelan ludah susah payah. Matanya melebar panik dan Ariston menikmatinya. Wanita ini perlu disadarkan posisinya dan keinginan konyolnya untuk balas dendam adalah hal paling menyedihkan yang bisa dia bayangkan. Tentu saja dia tahu Presley ingin balas dendam. Hanya itu alasan masuk akal kenapa wanita ini bersikeras ingin bekerja padanya.

Ariston melipat kakinya. Satu tangannya mengusap-ngusap dagunya dengan gerakan teratur. Matanya tidak pernah berpaling dari Presley yang sekarang duduk dengan tidak nyaman.

“Karena kau tahu aku baik dalam pekerjaanku?”

Ariston menggeleng, senyum yang tidak menyentuh matanya kembali terukir di wajahnya. “Karena kau satu-satunya wanita yang tidak tertarik padaku.”

Presley membelalak tidak percaya.

“Kau membenciku, Ms. Presley dan aku bertanya-tanya, apa ini karena adikmu yang mati bunuh diri?”

Darah serasa meninggalkan tubuh Presley mendengar kalimat Ariston. Laki-laki itu mengatakannya dengan nada santai tapi dia bisa merasakan bahaya mengancam dibaliknya.

“Kau ingin membalas kematian adikmu, bukan?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rahasia Sang Miliuner Yunani   Cemburu?

    Presley mendorong tubuh Ariston saat dia masih punya kekuatan untuk melakukannya.“Kupikir kau ingin kita minum,” serunya lembut, berusaha menunjukkan wajah cerianya. Dia menatap ke mana pun kecuali pada Ariston.“Ada apa?”Pertanyaan itu seperti sengatan listrik. Presley berusaha mempertahankan ekspresi tenangnya meski saat ini dia merasa kalut. Ariston bukan orang yang mudah dibohongi.“Bukan apa-apa, aku hanya merasa lelah, Ariston.”“Kau tahu kalau kau ini pembohong yng payah?” Ariston mendekat dan Presley merasa jantungnya seperti siap meninggalkannya.Saat pria itu berdiri tepat di depannya, Presley yakin kalau suara detak jantungnya bisa di dengar pria itu.Kedua tangan Ariston mengurung Presley di dinding.“Kau tidak mau mengatakanya padaku?”Presley cepat-cepat menggeleng sebelum kinerja otaknya berantakan dan dia tidak bisa berpikir. Pandangan Ariston jatuh pada bibirnya dan langsung memberikan efek pada perutnya. Beruntung, saat Presley yakin dia tidak akan selamat suara bu

  • Rahasia Sang Miliuner Yunani   Tertampar Kenyataan

    Sekali lagi.Mereka terjebak dan berada dalam pelarian. Presley menatap Ariston yang tengah fokus menyetir. Rahang mengeras dan otot-otot wajahnya yang terlihat jelas menunjukkan kalau pria itu marah.Terkadang dia benar-benar lupa betapa kaya dan berkuasanya seorang Ariston. Dua hal yang pasti akan menarik minat banyak orang khususnya para pencari berita. Presley menoleh ke belakang hanya karena merasa perlu, meski kecepatan mobil Ariston membuatnya ragu kalau wartawan itu bisa mengejar mereka.“Wartawan itu tidak akan mengejar kita jika itu yang kau takutkan.”Presley memiringkan badannya sehingga fokusnya sepenuhnya pada Ariston. “Apa memang selalu seperti ini? Kau dikejar dan dikerubungi wartawan di mana pun kau berada?”Ariston tertawa mencemooh. “Saat kau memiliki kekayaan yang bisa menundukkan siapapun, percayalah kau akan jadi mangsa yang menarik bagi siapapun.”“Apa kau tidak bisa mengatasinya? Membuat wartawan menjauhimu?”Ariston menatap Presley sebentar. “Menurutmu kenapa

  • Rahasia Sang Miliuner Yunani   Ancaman Publisitas

    “Ketika ayahku terlalu mabuk atau terlalu marah dengan semuanya biasanya dia menggunakan tangan pada ka—maksudku aku untuk melampiaskannya. Dia bisa sangat marah ketika aku bertindak tidak masuk akal.”“Tidak masuk akal?”Ariston mengangkat bahu enggan, jelas sekali topik ini membuatnya tidak nyaman.“Ya. Aku menentangnya disetiap kesempatan, bentuk pemberontakan anak remaja dan saat itu terjadi aku biasanya melarikan diri ke sini dan wanita itu akan memberiku makan.”“Berapa usiamu saat hal itu terjadi?” tanya Presley penasaran.Seorang pelayan datang dan meletakkan makanan di meja mereka. Presley merasa air liurnya hampir menetes melihat makanan yang disajikan. Tangannya secara refleks mengambil sendok namun langsung mengaduh kesakitan.Presley merasakan gerakan di sampingnya dan ternyata Ariston sedang menggeser tempat duduknya. Pria itu sekarang duduk persis di sampingnya.“Ada apa?”“Kau tahu, Presley, saat kau butuh bantuan yang perlu kau katakan hanya memintanya.”Presley menge

  • Rahasia Sang Miliuner Yunani   Ayah Kejam

    “Proses pemulihannya lebih cepat dari yang kuperkirakan.”Presley tersenyum mendengar penuturan dokter yang memeriksanya.“Apa ini berarti sebentar lagi tangan saya akan bisa digerakkan dengan normal?” tanyanya antusias.Dokter wanita berambut sebahu itu tersenyum menyetujui.“Tetap saja, berhati-hati lebih bagus. Nah, obat ini akan membantu mempercepat pengeringan luka dan juga mengurangi rasa sakit di lengan dan telapak tanganmu.”Presley mengulurkan tangannya yang tidak terluka untuk meraih resep yang disodorkan, namun sebuah tangan besar mendahuluinya. Dia menoleh, menatap Ariston yang sejak tadi hanya diam dan menyimak. Ekspresi wajah pria itu tidak menunjukkan apa pun.“Terima kasih,” ucap Ariston datar. Pria itu berdiri seolah sudah tidak sabar meninggalkan ruangan. Kening Presley berkerut.“Ayo, kita pergi!”Meski heran, Presley memutuskan untuk menurut. Setelah sedikit mengangguk pada dokter yang memeriksanya dia mengikuti langkah Ariston.“Ada apa?” tanyanya langsung.“Apany

  • Rahasia Sang Miliuner Yunani   Rasa Penasaran

    Presley hampir meloncat karena kaget. Dia berbalik dan mengumpat pelan. Sepertinya dia harus mulai membiasakan diri dengan kehadiran Ariston yang mendadak.“Apa yang kau lakukan di sini? Kupikir kau memintaku bersiap untuk makan malam?”Ariston mengangkat bahu. Dia berjalan dan menutup pintu di belakangnya.“Aku tahu kau akan melakukannya.”“Melakukan apa?”Saat Presley mengikuti arah pandang Ariston seketika dia sadar kalau tangannya masih menyingkap pakaian yang dia kenakan sampai menunjukkan perutnya. Buru-buru Presley menurunkan bajunya.“Aku bisa melakukannya.”“Dengan tangan terluka seperti itu?”“Itu bukan masalah. Sedikit rasa sakit sebagai pengingat agar lebih berhati-hati. Selalu ada hal positif untuk setiap peristiwa yang terjadi,” ucapnya melantur berhasil membuat sudut mulut Ariston terangkat.Saat pria itu berdiri di depannya, Presley menahan napas.“Aku sudah pernah melihat seluruh tubuhmu, Presley. Kenapa kau harus malu? Kau memiliki tubuh yang indah.”Wajah Presley me

  • Rahasia Sang Miliuner Yunani   Pindah Kamar

    Presley menatap Marta, tapi gadis itu sedang menatap Ariston. Bikini one piece yang dikenakan gadis itu membalut tubuhnya yang sempurna. Presley meringis, seandainya dia memiliki tubuh seperti itu.“Kau pikir apa yang kau lakukan?” ujar Ariston datar.“Aku bosan dan Presley tidak membutuhkan bantuanku. Bagaimana menurutmu?” Marta memutar-mutar badannya, menunjukkan lekuk tubuhnya. “Aku membelinya waktu liburan di italian. Ini edisi terba—““Kau tahu kenapa kau ada di sini, bukan?” potong Ariston, sama sekali tidak tertarik mendengar ocehan Marta.Marta merengut. “Aku tahu,” gadis itu kini menatapnya. “Tapi Presley baik-baik saja. Luka di lengannya juga tidak buruk. Kenapa kau begi—““Aku tidak tahu apa yang kau katakan Marta, tapi sekali lagi kau mengabaikan kebutuhan Presley, kau harus pergi dari rumah ini,” gumam Ariston dingin, berlalu dari hadapan mereka berdua.Presley meringis dan tersenyum minta maaf. “Dia bisa sangat tidak masuk akal. Tidak usah cemas, dia tidak akan melakukan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status