Share

34. Penguntit

last update Last Updated: 2025-07-03 21:42:50

PoV Bunga

"Jadi begitu ceritanya, Non, saya juga gak ngerti dan gak bisa menahan mereka untuk menunggu Non Bunga. Ini pakaian Non Bunga sudah saya masukkan ke koper ini." Bik Uti memberikan dua koper besar milikku. Aku tidak bisa balik ke rumahku karena rumah baru saja aku kontrakan. Ada beberapa mahasiswa Korea yang mengontraknya secara bersamaan kurang lebih lima orang. Aku gak mungkin suruh mereka keluar begitu saja.

"Makasih, Bik. Makasih udah mau nolongin saya. Tapi maaf, untuk saat ini mungkin Bik Uti balik kampung dulu ya."

"Iya, Non, gak papa. Semoga masalah Non dan tuan bisa segera selesai." Aku mengangguk penuh hari. Dari dalam tas, aku mengambil amplop coklat yang sudah aku isi uang dua juta lima ratus rupiah. Ini sebenarnya terlalu sedikit untuk bik Uti, tetapi mau bagaiamana lagi, saat ini aku perlu banyak uang untuk mencari keberadaan Gio dan ibunya. Tentu saja papaku juga. Air mata tiba-tiba saja turun begitu aku teringat papa.

"Non yang kuat dan sabar ya." Bik Uti me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Rahasia Suami dan Ibu Mertua   66. Ziarah

    PoV GioDua Tahun KemudianHari ini tiba waktunya. Setiap detik yang berjalan sejak aku membuka mata pagi tadi, hari inilah yang paling aku nantikan. Bisa menghirup udara bebas di luar jeruji besi. Aku tersenyum pada petugas lapas yang mengantarku sampai pintu depan. "Jalani hidup baik, maka kebaikan akan datang padamu. Jangan lupa pergi ke alamat yang saya kasih." Aku terharu. Sekali lagi aku menyalami Pak Farid. Satu-satunya petugas lapas yang tegas padaku, tetapi juga baik. Bahkan ia memberikan kartu nama sebuah bengkel mobil, di mana keponakannya pemilik di sana. "Makasih Pak Farid. Nanti saya pergi ke sini. Makasih atas nasihat Bapak selama saya dibina di sini. Semoga hidup saya bisa lebih baik." Aku pun melangkah dengan penuh harap masa depan yang akan aku jalani nanti. Pria itu baik sekali. Ia bahkan menyelipkan uang tiga ratus lima puluh ribu di tasku. Uang yang akan aku gunakan untuk ongkos pulang ke kampung. Aku menyetop angkot. Tujuanku saat ini salah pemakanan. Aku rind

  • Rahasia Suami dan Ibu Mertua   65. Munculnya Shofi

    "Heh, kamu, buka pintunya! Majikan pulang malah bengong aja!" Uti tentu saja tidak paham maksud Sofi. Apalagi dengan bibik yang berdiri di belakang Uti, lebih tidak paham lagi. "Ya ampun, kamu pembantu di rumah ini'kan? Aku lupa nama kamu, Bik. Tolong buka pintunya. Aku mau masuk. Suamiku mana?" cecar Sofi lagi seolah-olah tidak ada masalah. Bibik hendak membukakan pintu, tapi ragu. "Kayaknya Ibu salah alamat. Di sini, saya majikannya." Uti masuk ke dalam rumah, foto pernikahan besar yang belum sempat dipajang, ia bawa ke depan. "Ini, saya nyonya di sini. Ibu jangan mengaku-ngaku ya! Sudah sana pergi sebelum saya panggil satpam! Dasar wanita stres!" Sofi yang tidak tahu apa-apa tentu saja terkejut. Kapan suaminya menikah? Menikah dengan pembantu? Saat pintu rumah dibanting keras oleh Uti, disitulah Sofi tersadar bahwa ia tidak sedang bermimpi. Dari yang ia tahu, hanya Bunga yang menikah lagi, bukan dengan Aji. Aku harus ke kantornya. Sofi pun memesan ojek online. Tujuannya adalah

  • Rahasia Suami dan Ibu Mertua   64. Malam Syahdu

    Bunga baru saja selesai mandi. Setelah acara resepsi yang berlangsung sangat meriah, Bunga dan Helmi memutuskan untuk berbulan madu di rumah saja. Alias di rumah orang tua Helmi. Karena jika di rumah orang tuanya, tidak memungkinkan.Tidak masalah, Bunga mengerti posisi Helmi yang sekarang menjadi orang sibuk. Ia pun bisa menyusui baby Z sampai kenyang. Setelah itu, barulah ia bisa mandi. Baby Z sendiri sudah diangkut oleh ibu sambungnya, ibu mertuanya untuk tidur di kamar yang lain. Memang sudah langsung disediakan baby sitter untuk mengasuh baby Z agar Bunga tidak terlalu kerepotan. Notifikasi begitu banyak masuk ke ponselnya yang berisikan ucapan selamat. Sambil menunggu Helmi balik ke kamar, Bunga memutuskan untuk membaca semua pesan yang datang. Termasuk via WA dan sosial media seperti instagram dan Facebook. Ia tahu kehebohan ini pasti karena acara pernikahannya diliput salah satu televisi swasta Indonesia. Namun, sebuah akun yang mengirimkan DM di media sosialnya adalah akun

  • Rahasia Suami dan Ibu Mertua   63. Janda Anak Satu Dapat CEO

    "Halo, Helmi, kamu di mana, Nak?""Di kasur, Pa, ini masih jam dua malam. Ada apa, Pa? Bunga baik-baik aja'kan? Papa masih di kampung apa udah di---""Bunga mau melahirkan, Helmi. Apa kamu bisa ke rumah sakit Budi Asih. Cepat ya.""Hah, melahirkan? B-bukannya baru tujuh bulan, Pa?""Nanti aja Papa jelaskan. Kamu ke sini dulu." Aji memutus panggilannya. Di rumah sakit ada Andre yang menemaninya malam ini, sedangkan Uti di rumah bersa bayi dan ART mereka. Sanak famili yang lain sudah pulang begitu jam sembilan malam. "Kok lama ya, Pa?" kata Andre gugup. "Iya, Papa juga gak tahu. Semoga aja semuanya lancar. Papa mules, keringat dingin.""Pa, Andre!" Helmi sudah ada di dekat ayah dan anak itu. Lelaki itu menyalami keduanya. Di belakang Helmi ada sopir sekaligua bodyguard yang memang disediakan pihak kantor untuk mengawal ke mana saja Helmi pergi. "Gimana, Pa?""Masih di dalam. Masih tindakan.""Papa jangan khawatir. Bunga wanita yang kuat. Bayinya juga," ucap Helmi memberikan semangat

  • Rahasia Suami dan Ibu Mertua   62. Pengantin Baru

    "Angga kenapa belum tidur, Dek? Kasihan Papa nih!" Aji merengek pada putranya. Bayi berusia empat bulan itu belum ingin tidur, padahal sudah jam sebelas malam. Bayangan malam pengantin berisik dengan suara istrinya, pupus sudah, yang ada berisik suara celotehan Angga. Aji menimang Angga dengan kain gendongan jarik, berharap bayinya nyaman dan cepet tidur, tetapi yang ada, Angga malah mengajak ayahnya bercakap-cakap. "Anak bayi boleh dikasih obat tidur gak, Ti?" sontak pertanyaan Aji membuat Uti mendelik kaget. "Ya, gak boleh, Pa. Sabar aja. Sini, biarin saya yang kelonin. Mungkin mau ASI." Uti mengambil Angga dari gendongan Aji, lalu kembali membawanya ke ranjang. Ranjang dengan taburan kelopak mawar itu sudah bersih sekarang. Aji yang membersihkannya atas permintaan Uti karena istrinya gak mau kalau sampai kelopak bunga itu malah masuk ke dalam mulut Angga tanpa sengaja. "Jangan menghadap ke tembok, sini aja lihat ke saya saat m3nyusu!" Uti bersemu merah. Wanita itu tahu hal ini

  • Rahasia Suami dan Ibu Mertua   61. Cintq Itu Takdir

    "Tadi katanya lapar, kenapa makanannya cuma diaduk-aduk saja? Bingung ya?" Helmi tertawa cekikan melihat ekspresi malu-malu Bunga. Terang saja wanita hamil itu malu, bisa-bisanya ia meminta jadi istri di depan vendor WO. Untunglah sekarang vendor tersebut sudah pulang lebih dahulu, meninggalkan Helmi dan Bunga yang makan berdua saja. "Mau ditukar makanannya?" tanya Helmi lagi. Bunga menggelengkan kepala. "Terus kenapa? Makan dong, kasian bayinya, tuh, cuma bisa nyium aroma masakan, tapi gak dimasukin ke perut juga sama bundanya." Helmi mengambil nasi dan sayur capcay seafood pilihan Bunga, maksud hati ingin menyuapi wanita itu makan. "Gak papa, Hel, biar aku aja." Bunga mengambil sendok dari Helmi, tetapi ditahan oleh lelaki itu. "Salah sendiri kenapa gak mau dimakan dari tadi? Jadi, biar aku yang suapi kamu makan. Biar makanannya juga gak keburu dingin.""Tapi aku bisa makan sendiri." Bunga masih berusaha mengambil sendok dari Helmi. Namun, tetap saja Helmi bisa menahan tangan wa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status